Energi, Renewable Sources

Serapan Potensi Baterei Pasar Global sangat Besar, Gunakanlah Kendaraan Listrik

ShareApakah serapan potensi baterei pasar global dan Indonesia besar? Para pihak utamanya masyarakat harus komit menggunakan kendaraan listrik mulai sekatang. Penulis/editor: Marinus...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >
Potensi Baterei

Apakah serapan potensi baterei pasar global dan Indonesia besar? Para pihak utamanya masyarakat harus komit menggunakan kendaraan listrik mulai sekatang.

Potensi Baterei
Siklus dan bahan baku produksi baterei. Serapan potensi baterei pasar global sangat besar (Foto/@: European Commission)

Penulis/editor: Marinus L. Toruan

mmINDUSTRI.co.idBagaimana serapan potensi baterei pasar global dan Indonesia? Sangat besar demikian Adhietya Saputra yang mewakili Chief Executive Officer Indonesia Battery Corporation pada dialog yang diseleggarakan Lembaga Kajian Nawacita belum lama ini.

Potensi Baterei

Ia menjelaskan potensi pasar global baterei ke depan khusus untuk kendaraan bermotor electric vehicles, alat-alat rumah tangga,  dan penyimpan stationer atau energy storage system sangat besar.

Volume total pasar mencapai 1.661 GWh, sementara proyeksi demand (kebutuhan) Indonesia mencapai untuk electric vehicles battery dan energy storage system akan mencapai 13,9 GWh pada tahun 2030 yang meningkat sebesar 43,3 GWh pada tahun 2035, bahkan mencapai 55.5 GWh.

Dengan pembangunan pabrik baterei di Karawang, Indonesia bakal  menjual baterei untuk motor atau electric motor cycle dengan tingkat penetrasi 40-50 persen dan untuk mobil penumpang tingkat penetrasinya 14-20 persen.

Selanjutnya, ujar Adhietya Saputra menjadi dua teratas untuk pemasok impor electric vehicles  di Asia Tenggara dengan pangsa pasar sekitar 35 persen yang  diharapkan tercapai pada tahun 2035.

Menurutnya, Indonesia Battery Corporation mengarisbawahi posisi pasokan komuditas global untuk bahan baku baterei khususnya Lithium-ion, Cobalt (Co), graphite (g), Nickel (Ni), Manganese (Mn) masih sangat tergantung pada pasokan luar negeri—kecuali Ni dan Mn yang kurang dari 2 persen untuk digunakan di industri baterei.

Selanjutnya, Adhietya Saputra meminta perhatian semua pemangku kepentingan,  seperti regulator, keekonomian, investasi, teknologi, dan sangat penting perubahan mindset masyarakat agar komit ikut serta menurunkan emisi gas rumah kaca dengan menggunakan kendaraan listrik.

Kebijakan dan proyeksi ekonomi yang didukung pengembangan industri baterei Indonesia masa depan, pendapat Pudji Untoro yang  mewakili Komite KBMM-LKN. Dekan Fakultas Teknik – Universitas Surya itu mengemukakan hasil kajiannya, kebijakan sumber CM’s belum menjadi perhatian.

Sementara beberapa negara telah menjadikannya sebagai kebijakan ysng disiapkan sebagai cadangan strategis CM’s—telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan saat dan penyediaan pasokan berkelanjutan industry masa mendatang.

Industri masa depan harus disiapkan dengan langkah terintegrasi yang dilakukan oleh para pihak seperti kemandirian sumber daya alam, sumber daya manusia unggul yang menguasai produk hasil riset dan inovasi.

Selain itu belum disiapkan program untuk penguatan bahan baku industri terkait critical raw materials yang bersumber dari material tambang dalam negeri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan industri yang mempunyai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi masih belum memberikan jaminan keberlanjutannya.

Hasil simulasi menunjukkan material/mineral terkait Co, Li dan LTJ  sangat kritis untuk menjadi perhatian terkait keberlanjutan supply dan cadangan yang disimpan.

Sedangkan untuk Ni bila tidak diekspor, dan hanya digunakan untuk mensupply industri baterei masih sangat aman. Oleh karena itu,  perlu disiapkan langkah program dan kebijakan terkait critical raw materials yang mendukung implementasi jangka panjang.

Kajian Pudji Untoro didukung oleh Presiden Institut Otomotif Indonesia, I Made Dana Tangkas yang menekankan pentingnya akselerasi pengembangan kendaraan listrik nasional dengan dukungan penuh pemerintah termasuk infrastruktur pendukungnya.

Sesuai Perpres No.55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterei untuk Transportasi Jalan, selain persyaratan TKDN untuk kendaraan roda empat sampai tahun 2021 mencapai 35 persen, dan mencapai 80 persen pada 2030.

Ia mengusulkan pemberian insentif kepada investor dan pengguna kendaraan listrik berupa insentif pajak penjualan barang mewah, pembebasan atau pengurangan pajak di pusat dan di daerah.

Selanjutnya, peninjauan  tarif parkir, bea masuk impor kendaraan berbasis baterei, insentif bea masuk bahan produksi, dan keringanan biaya pengisian listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum.

Pemerintah memproyeksikan jumlah kendaraan listrik terus meningkat, mulai tahun 2021 dengan jumlah 2,7 juta unit hingga mencapai 7,5 juta unit pada tahun 2030, sementara kebutuhan jumlah SPKLU yang secara otomatis bertambah, dari 170 unit pada 2021 hingga 530 unit pada tahun 2030.

Perlu penguasaan teknologi komponen utama kendaraan bermotor yang berisikan baterei, charging, battery management system, motor listrik, dan konverter/inverter.

I Made Dana Tangkas menyoroti pengembangan industri baterei meliputi perakitan, produksi beterei sel, pembuatan BMS, penambangan bahan baku baterei, dan sampai dengan daur ulang baterei—maka Indonesia memiliki industri baterei yang terintegrasi dan terbesar di Asia Tenggara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *