Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Pasien Bedah Rileks tanpa Takut Dioperasi, Alunan Musik Membantu

ShareAlunan musik membuat pasien bedah rileks tanpa takut dioperasi. Tindakan craniotomy bagi penderita tumor otak, beku darah, aneurisma, cedera kepala, pengeluaran benda...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Pasien Bedah

Alunan musik membuat pasien bedah rileks tanpa takut dioperasi. Tindakan craniotomy bagi penderita tumor otak, beku darah, aneurisma, cedera kepala, pengeluaran benda asing, dan infeksi butuh recovery dalam 1-2 bulan. Apakah bekas bedah terasa nyeri?    

Pasien Bedah
Temuan baru cara operasi tumor semakin penting agar bedah atau tindakan craniotomy tetap  terjaga. Manfaat sistem komunikasi membuat pasien tetap terjaga. Pasien bedah rileks tanpa rasa takut dioperasi, alunan musik membantu (Foto/©: Fraunhofer IPA/Vanessa Stachel)

Berkat penemuan teknologi terbaru, proses bedah atau tindakan craniotomy bukan lagi hal yang menakutkan. Ketika melalui proses, pasien bedah rileks tanpa takut dioperasi  sambil menikmati alunan musik. 

Sistem dan penerapan teknologi sukses dilakukan oleh lembaga Fraunhofer PAMB di Rumah Sakit milik  Universitas Mannheim di Hybrid-OP, Jerman. 

Pasien Bedah Rileks

Tim medis membuat  sejenis teater operasi eksperimental yang berhasil dan menghibur pasien serta tim medis meski suasana operasi cenderung berlangsung menegangkan terutama bagi kerabat. 

Betapa tidak, langkah-langkah yang menunjukkan proses bedah demikian rileks dan sistem demikian berfungsi penuh di ruang opertasi Hybrid-OP. Tim peneliti mengembangkan sistem komunikasi  yang efektif dan berguna bagi pasien bedah.

Bagaimana jika pasien bedah mengalami hambatan bicara pascaoperasi? Berkat sistem dan teknologi, pasien tidak terlalu lama mengalami hambatan. Pasien bedah dapat bersantai dengan musik favorit saat berada di atas meja operasi ketika dilakukan tindakaan craniotomy

Suara lain yang melatari ruang operasi tidak mengganggu meski pasien bedah mendengarkan alunan musik dan saat yang bersamaan tim medis melakukan beberapa tes. 

Sementara tim ahli terapi wicara diisolasi dari kebisingan suara latar belakang agar mereka mudah menangkap rintangan bicara sekecil apa pun yang dialami oleh pasien. 

Tim medis dapat memilih dan mengalihkan saluran komunikasi kepada ahli bedah dan membagikan temuan yang berhubungan dengan pasien. Peralihan bergantung pada kebutuhan pasien yang sedang menjalani tindakan craniotomy

Rileks tanpa Takut

Kerabat pasien seperti keluarga, penerjemah bagi pasien yang tidak dapat berbicara bahasa tim medis, dan pembantu eksternal lainnya—semua dapat dilibatkan dalam komunikasi sesuai kebutuhan pasien bedah. 

Semua proses pasien bedah dicatat dan ahli terapi wicara dapat meninjau seta mengevaluasi untuk menyimpulkan yang kemudian diterapkan pada tindakan craniotomy

Selanjutnya, semakin kecil kemungkinan bahwa pasien mengalami gangguan bicara. Rilis Fraunhofer IPA tidak mengungkapkan secara detail variabel yang berkaitan antara musik dan proses bedah.

Kenapa rumah sakit melibatkan kelompok kerja Musik & Medizin (-technologie)? Pusat promosi yang menangani bisnis Startup Mannheim mendirikan kelompok kerja yang dinamai Musik & Medizin (-technologie).

Tujuan pendirian Musik & Medizin (-technologie) untuk mensosialisasikan pemahaman dan mempromosikan transfer pengetahuan di antara kedua industri yakni musik dan rumah sakit. 

Para pihak yang berkerja sama adalah Fraunhofer untuk Otomasi dalam Kedokteran dan Bioteknologi PAMB, Rumah Sakit Universitas Mannheim, dan perusahaan Startup Mannheim.

Sementara tiga pelaku industri musik yang diikutsertakan dalam proyek itu adalah  SPL elektronik GmbH, Session pro GmbH, dan inEar Monitoring GmbH & Co KG).

Rileks tanpa Takut

Sedangkan Grup Proyek untuk Otomasi dalam Kedokteran dan Bioteknologi PAMB merupakan bagian dari Universitas Mannheim yang berlokasi di negara bagian Baden-Württemberg. Fraunhofer Group memiliki potensi otomatisasi dalam bidang kedokteran dan bioteknologi. 

Lima kelompok interdisipliner yakni diagnosis, terapi, laboratorium, dan pembuat laporan medis saling bekerja sama meski bidang pekerjaan berbeda fokus namun saling berkaitan. 

Tim peneliti menjelaskan bahwa tindakan craniotomy merupakan operasi atau bedah untuk memotong tulang yang berada di tengkorak. Bagian tengkorak atau penutup tulang harus dikeluarkan agar mudah mengakses otak yang berada di bawahnya.  

Dengan cara ini maka tumor dalam otak, darah yang membeku atau hematoma, aneurisma,  cedera kepala secara traumatis, mengeluarkan benda asing seperti peluru mudah dilakukan. Bahkan penyembuhan otak yang membengkak dan infeksi otak dapat dilakukan. 

Efek dan karakteristik tindakan craniotomy adalah nyeri yang dirasakan oleh pasien. Nyeri pada pasca tindakan craniotomy menimbulkan denyut di bagian kulit kepala yang dibedah.  

Rasa nyeri merupakan akibat sayatan bedah dan refleksi otot perikranial dan jaringan lunak kulit kepala yang mengandung somatik

Tiap pasien bedah mengalami sakit di kepala yang menyebabkan gangguan konsentrasi. Pasien memerlukan 4-8 minggu untuk recovery. Sedangkan sayatan pada operasi terasa nyeri selama 5 hari pascaoperasi. 

Pasien bedah (mungkin) mengalami mati rasa dan rasa sakit pada bekas operasi atau mengalami  bengkak dan memar di sekitar mata. Sedangkan komplikasi umum dari tiap tindakan craniotomy seperti perdarahan, infeksi, pembekuan darah, dan reaksi terhadap anestesi mungkin terjadi. 

Komplikasi spesifik yang terkait dengan tindakan craniotomy meliputi stroke, kejang, pembengkakan otak, kerusakan saraf, kebocoran Cerebrospinal fluid, dan hilangnya beberapa fungsi mental.

Sesuai dengan prosedur kedokteran, pasien bedah membutuhkan perawatan di rumah sakit 3-7 hari. Namun, tiap orang berbeda sehingga unit rehabilitasi yang merawat menentukan waktu pemulihan sesuai dengan kondisi pasien dan hadapilah dengan rileks tanpa rasa takut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *