Bagaimana mendeteksi partikel nano berbahaya dalam tubuh? Salah satu caranya dengan menggunakan rekayasa multi-organ chip.
Penulis/editor: Rayendra L Toruan
mmINDUSTRI.co.id – Apa yang terjadi ketika kita menghirup partikel atau serbuk nano yang dipancarkan atau berasal dari mesin misalnya printer laser?
Bisakah partikel nano ini merusak saluran pernapasan dan bahkan organ lain tubuh manusia?
Partikel nano merupakan unit terkecil yang dapat berperilaku sebagai satu kesatuan yang utuh dalam hal sifat dan transpor.
Biasanya, partikel nano rata-rata berukuran 100 hingga 2500 nanometer (atau dengan kata lain, sangat kecil).
Setiap diskusi tentang nanopartikel dengan menggunakan teknologi nano untuk mengetahui prosesnya, aplikasinya, dampaknya—berputar di sekitar salah satu hal terkecil di dunia yakni nanopartikel.
Nano partikel atau nanopartikel didefinisikan sebagai unit terkecil yang masih dapat menjadi satu kesatuan utuh dalam hal sifat dan transportasi.
Seperti disinggung di atas, bagaimana jika benda sangat kecil ini terhirup, apakah berbahaya?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, peneliti di Fraunhofer sedang mengembangkan perangkat eksposur yang disebut NanoCube.
Perangkat Chip multi-organ terintegrasi Nanocube yang diteliti di laboratorium Technical University of Berlin (TU Berlin) yang oleh organisasi spin-off Bernama TissUse mendeteksi interaksi antara nanopartikel dan sel paru-paru.
Dan penyerapan nanopartikel ke dalam aliran darah dan kemungkinan efek pada hati.
Detektiert chip multiorgan gefährliche Nanoteilchen
Jika memiliki mesin printer laser tepat di samping tempat kerja Anda tentu sangat praktis.
Meskipun demikian, ada resiko bahwa mesin ini, seperti halnya printer 3D, justru dapat memancarkan aerosol selama pengoperasian yang mengandung, antara lain, nanopartikel–partikel berukuran antara satu hingga seratus nanometer.
Sebagai perbandingan, satu helai rambut memiliki ketebalan sekitar 60.000 hingga 80.000 nanometer.
Nanopartikel juga dihasilkan oleh kendaraan yang lewat, misalnya melalui abrasi ban.
Namun, masih sedikit yang diketahui tentang bagaimana partikel-partikel itu memengaruhi tubuh manusia ketika partikel itu terhirup dan masuk ke dalam paru-paru.
Sampai sekarang, satu-satunya cara untuk mempelajari nanopartikel adalah dengan pengujian terhadap hewan.
Terlebih lagi, jumlah sampel yang besar dari aerosol yang relevan harus dikumpulkan dengan biaya yang besar.
Dampak biologis yang dapat diukur secara langsung
Para peneliti di Fraunhofer Institute for Toxicology and Experimental Medicine ITEM dan Fraunhofer Institute for Algorithms and Scientific Computing SCAI bekerja sama dengan TU Berlin dan organisasi spin-off TissUse GmbH—perusahaan milik Fraunhofer.
Melalui proyek NanoINHAL para periset menyelidiki dampak nanopartikel pada tubuh manusia .
Proyek itu didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Penelitian Federal Jerman (BMBF).
“Kami dapat menganalisis dampak biologis aerosol secara langsung dan mudah menggunakan metode in vitro – dan tanpa pengujian pada hewan,” ungkap Dr. Tanja Hansen, Manajer Grup di Fraunhofer ITEM.
Menggabungkan dua teknologi yang ada telah memungkinkan hal ini: Chip multi-organ Humimic Chip3 dari TU Berlin dan organisasi turunannya TissUse, dan P.R.I.T.® ExpoCube®, yang dikembangkan oleh Fraunhofer ITEM.
Baca: Menempatkan Kultur Jaringan Berukuran 100.000 Kali Lipat, Dengan Pompa Mikro