Agenda, Photo Stories

Manfaatkan Peluang Bisnis dan Pekerjaan pada Era Ekonomi Digital

ShareManfaatkan peluang bisnis dan pekerjaan pada era ekonomi digital—berlaku bagi tiap orang, UKM, dan swasta besar. Apa yang harus kita miliki dan...

Written by Rayendra L. Toruan · 3 min read >
Manfaatkan Peluang Bisnis dan Pekerjaan

Manfaatkan peluang bisnis dan pekerjaan pada era ekonomi digital—berlaku bagi tiap orang, UKM, dan swasta besar. Apa yang harus kita miliki dan bagaimana memasuki e-commerce? Sebagian peserta pameran Communic-Broadcast-NXT Indonesia 2018 siap bekerja sama.

Bagaimana kepulauan Indonesia menerapkan ekonomi digital? Tanya sebuah tulisan di laman mckinsey.com—sebuah lembaga riset yang hasil penelitiannya selalu andal dan dijadikan referensi para stake holders.

Menurut mckinsey orang Indonesia merupakan salah satu di antara pengguna media sosial paling antusias di dunia—dengan ekosistem perdagangan online, layanan antar-jemput, distribusi media, layanan keuangan, dan lainnya—berkembang pesat secara digital.

Kondisi itu merupakan faktor-faktor yang berpeluang menciptakan bisnis secara signifikan dan pekerjaan baru, peningkatan akses ke layanan, dan mempromosikan konektivitas yang lebih besar dengan masyarakat global.

Artinya (sebagai contoh), jika Anda berjualan kopi maka pasar global berpeluang Anda masuki. Apakah melakukannya mudah?  

Tentu Indonesia harus mengatasi beberapa tantangan untuk mengembangkan ekonomi digital yang bermanfaat dan mudah diterapkan oleh masyarakat.

McKinsey (Indonesia) melakukan penelitian yang mengeksplorasi dampak perdagangan online—didefinisikan sebagai konsumen membeli dan menjual barang fisik secara online—kini tercapai US$8 miliar per tahun yang memengaruhi produksi lokal secara langsung.

Laporan itu mengeksplorasi dinamika ekonomi digital melalui perdagangan online, dan mengeja langkah-langkah prioritas yang diperlukan untuk membuka ekonomi digital Indonesia yang lebih luas.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menuturkan, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam lima tahun terakhir. Akan tetapi,  pertumbuhan industri e-commerce justru semakin pesat di tengah perlambatan laju ekonomi tanah air.  

“Bukan tak mungkin nantinya industri e-commerce dapat menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional,” Rudiantara optimistik.

Ia menambahkan, kebanyakan pelaku bisnis e-commerce berskala kecil dan menengah (UKM)—usaha yang paling tahan banting di saat terjadi krisis ekonomi.

Peran e-commerce cukup signifikan mendukung ekonomi Indonesia dan menjadi kekuatan ekonomi baru pada tahun 2020. Potensi  e-commerce di Indonesia—menurut  analisis Ernst & Young, pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di Indonesia meningkat 40 persen.

Sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia.  Masyarakat di kota-kota besar menjadikan internet dan e-commerce sebagai bagian dari gaya hidup mereka.

Perilaku konsumtif puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia menjadikan e-commerce akan terus berkembang. Industri e-commerce bukan lagi sekadar jual beli barang dan jasa via internet.

Industri pendukung lainnya, seperti penyediaan jasa layanan antar (logistik termasuk gudang), provider telekomunikasi, produsen perangkat pintar—menjadikan e-commerce sebagai pendukung perekonomian nasional.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, tahun 2014, nilai bisnis industri e-commerce mencapai USD12 miliar di Indonesia. Pemerintah yang dibantu oleh Ernst & Young telah menyusun  e-commerce Roadmap di Indonesia.

Sejalan dengan itu, Indonesia pun menyusun roadmap Making Indonesia 4.0 sebagai bentuk awal implementasi era Industry 4.0 khas Indonesia. Bahkan Presiden Joko Widodo dan pejabat terkait telah berdiskusi dengan Jack Ma pendiri Alibaba yang menjadikannya sebagai superkaya di China.  

Untuk meningkatkan e-commerce yang merupakan bagian dari ekonomi digital, pemerintah membenahi beberapa elemen yang berperan meningkatkan e-commerce di Indonesia.

Isyu pendanaan, perpajakan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, logistik, edukasi, dan sumber daya manusia—harus dikerjakan bersama-sama dengan lembaga terkait untuk menghasilkan kebijakan yang komprehensif dan tersinkronisasi.

Pemerintah telah merumuskan prinsip-prinsip utama dalam mengembangkan e-commerce lewat aksi afirmatif. Prinsip tersebut antara lain, seluruh warga Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses serta menjadi pelaku e-commerce—termasuk Anda pribadi.

Kita orang Indonesia harus memiliki ilmu dan pengetahuan agar dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk perekonomian, dan menciptakan lapangan pekerjaan baru sesuai denan tuntutan era ekonomi digital.

Kita sebaiknya mampu mengimplementasikan perangkat hukum dan kebijakan yang mendukung keamanan e-commerce—mencakup  pengetahuan technology neutrality, transparansi, konsistensi internasional, dan pelaku bisnis e-commerce lokal mendapatkan perlindungan yang layak.

Pemerintah menstimulus para pelaku bisnis e-commerce—level pemula, UKM, dan established business—tentu saja mendapatkan dukungan masyarakat , pihak swasta, media, mau pun organisasi non-profit untuk mendorong e-commerce menjadi sebuah gerakan nasional.

Kita jangan ketinggalan dari China yang telah menetapkan Five Year Plan for the Development of e- Commerce tahun 2011. Dalam waktu 3 tahun, volume transaksi bisnis e-commerce di negeri Panda itu mencapai 10,1 persen dari total penjualan ritel dengan angka mencapai USD 426. 

Tahun 2015, nilai bisnis e-commerce  senilai US$ 18 miliar dan pada tahun 2020, volume bisnis e-commerce di Indonesia diprediksi mencapai US$130 miliar dengan angka pertumbuhan 50 persen per tahun sekitar. Anda berpeluang menciptakan bisnis secara online.

Pemerintah Indonesia ingin menempatkan Indonesia sebagai Negara Digital Economy terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Setelah menetapkan e-commerce Roadmap, pemerintah menargetkan dapat menciptakan 1.000 technopreneurs baru pada tahun 2020 dengan valuasi bisnis US$10 miliar.

Sekarang pelaku bisnis e-commerce pemula, perdagangan online, dan start-up digital terus bertambah. Pemerintah mendorong tumbuhnya technopreneurs agar bekerja sama dengan technopreneurs terkemuka, data center, technopark, serta memberikan pendanaan.

Potensi e-commerce di Indonesia demikian besar. Melihat peluang itu, sejumlah peserta pameran Connunic-Briadcast-NXT Indonesia 2018 menawarkan beragam alat dan teknologi dengan platfom baru yang mendukung ekonomi digital di Indonesia.

Beberapa perusahaan seperti ATS INTERNET, N-com, FLUKEnetworks, ManageEngine, alitam,  SAT, JONSA, CHINA SATCOM, PLUMETT, GBS, ANTIK, dan peserta lainnya—simak penjelasan mereka.

Pada tahun 2020, revolusi bisnis online Indonesia diprediksi mendongkrak Pendapatan Domestik Bruto sebesar 22 persen. Kemungkinan itu dapat dicapai Indonesia—asalkan stakeholders—termasuk Anda—siap memasuki era ekonomi digital.

Mari, manfaatkan peluang bisnis dan pekerjaan pada era ekonomi digital—saatnya menciptakan peluang binis dan pekerjaan—artinya Anda menjadi bos bukan lagi karyawan atau buruh semata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *