Energi, Supporting

Lampu Hemat Energi dan Nyaman ke Mata, Bagaimana Mengolah Limbah?

ShareGunakan lampu hemat energi dan nyaman ke mata, serahkan pengolah limbah B3 kepada ahlinya seperti PT Arah Environmental Indonesia yang dikumandani oleh Gufron Mahmud.                              ...

Written by Erwin Prasetyo · 2 min read >
Lampu Hemat Energi

Gunakan lampu hemat energi dan nyaman ke mata, serahkan pengolah limbah B3 kepada ahlinya seperti PT Arah Environmental Indonesia yang dikumandani oleh Gufron Mahmud.                              

Lampu Hemat Energi
Lampu-lampu penerangan melancarkan kegiatan umat manusia, namun jika limbahnya tidak dikelola dengan baik dan benar hal itu berdampak terhadap lingkungan. Lampu hemat energi dan nyaman ke mata, bagaimana mengolah limbah? (Foto: File PT Arah Environmental Indonesia)

Kita berterima kasih kepada para penemu arus listrik dan beragam lampu penerangan.

Akan tetapi, selain memberikan beragam manfaat, lampu-lampu yang menggunakan energi listrik juga mempunyai sisi keburukan yang berpotensi menimbulkan efek negatif terhadap manusia dan lingkungan.

Kebanyakan jenis yang kita gunakan adalah lampu pijar, lampu pendar  yang berbentuk tabung panjang atau biasa disebut lampu TL (tubular lamp) atau lampu neon.

Bentuk lain dan ukurannya lebih kecil yang tabungnya  seperti ditekuk sehingga tampak seperti spiral, dan jenis ini masuk kategori lampu hemat energi.

Lampu pendar termasuk hemat pemakaian aliran listrik yang  berdampak terhadap efisiensi biaya rekening listrik. Usia penggunaan lampu lebih lama dibandingkan dengan umur lampu pijar.

Penggunaan lampu pendar berefek terhadap penurunan pemanasan global. Sayangnya, penggunaan lampu pendar mempunyai efek  yang berpotensi menyulut ancaman bahaya.

Di dalam setiap lampu pendar terdapat 5 milligram mercury berbentuk uap dan bubuk. Bahan kimia itu berbahaya yang berpotensi meracuni metabolisme tubuh manusia yang terkena sekali pun hanya sangat kecil dalam milligram.

Sementara merkuri berdampak buruk bagi anak-anak. Dampaknya adalah penurunan tingkat  intelligence quotient  (IQ) yakni penurunan tingkat kecerdasan dan berpengaruh hingga anak berusia dewasa.

Bahan kimia yakni uap raksa dalam tabung adalah neurotoksin merupakan racun yang sangat berbahaya bagi kesehatan otak dan ginjal.

Lebih jauh jika keadaan itu berlanjut dan terakumulasi dalam tubuh maka yang terganggu adalah sistem syaraf, janin dalam kandungan, dan jaringan tubuh.

Kita berterima kasih kepada pencipta lampu  LED (Light Emitting Diode). Selain hemat penggunaan energi, lampu LED lebih ramah terhadap lingkungan.  

Konsumsi listrik lampu LED hanya sebesar 20 persen dibanding lampu pijar. Artinya, lampu LED menghemat 80 persen daya listrik. Kalau dihitung lebih rinci, setelah lampu jenis LED digunakan selama 18 bulan maka harga lampu sudah impas.

Panas yang dihasilkan juga sangat minim, karena lampu LED lebih optimal dalam mengubah energi listrik menjadi cahaya. Hal ini membuat ruangan tetap nyaman, penggunaan pendingin ruangan (AC) pun dapat lebih irit.

Usia penggunaan lampu LED  rata-rata 50.000 hingga 100.000 jam. Jika dihitung penggunaannya misalnya rata-rata selama 12 jam sehari, lampu LED mampu bertahan lebih dari 10 tahun.

“Sayangnya meski lampu LED hemat energi dan bebas bahan kimia yang berbahaya—tanpa kandungan timah dan merkuri, dan bebas emisi ultra violet, pada kenyataannya, masih banyak warga yang belum terbiasa menggunakan lampu LED,” tutur Gufron Mahmud, Direktur Utama PT Arah Environmental Indonesia.

Mungkin karena harganya  tergolong tinggi, ujar Gufron. Masyarakat lebih cenderung menggunakan lampu pendar. Berdasarkan penelitian Puslitbangtek Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi yang dijurnalkan Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan (Vol. 12 No. 2 Desember 2013).

Data historis menunjukkan penetrasi LHE yang tergolong lampu pendar di masyarakat meningkat lebih dari 20 kali pada tahun 2011 dibandingkan dengan penetrasi  tahun 2000.

Diperkirakan penetrasi LHE ini akan terus meningkat tajam hingga tahun 2020. Sejak tahun 2020 hingga tahun 2030 terjadi peningkatan meski nilainya relatif kecil.

Laju penetrasi lampu LHE diperkirakan sekitar 7,2 unit per rumah tangga pada tahun 2020, dan sekitar 7,94 unit per rumah tangga pada tahun 2030. Penjualan lampu LHE  diperkirakan meningkat mencapai 578 juta unit sedangkan limbah LHE sekitar 570 juta unit tahun 2030.

Gufron Mahmud memperkirakan secara kumulatif, limbah lampu LHE terbuang mencapai 9.068 juta unit,  dan limbah merkuri sekitar 45 ton pada tahun 2030.

Kita sulit membayangkan bagaimana bentuk kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap kesehatan jika limbah lampu itu tidak dikelola dengan baik. Logam berat dan senyawa berbahaya yang terkandung di dalam bekas lampu LHE, memengaruhi kualitas kesehatan sesuai kurun waktu.

“Kami mengingatkan hal itu jangan sampai terjadi. Saya dan jajaran perusahaan kami mengeluarkan Ecofren—merupakan solusi pengelolaan limbah dan sampah tadi untuk segmen bisnis dan sarana komersial—termasuk limbah lampu,” urai Gufron.

Gufron menambahkan, melalui program Ecofren, pihaknya berinisiatif mengedukasi dan membantu masyarakat, para pelaku usaha agar lebih tahu cara mengelola limbah lampu yanf berbahaya dan beracun (B3)—secara tepat dan sesuai dengan standar pengendalian pencemaran lingkungan hidup.

Gufron Mahmud mengingatkan sebaiknya kita megunakan lampu tanpa merkuri, dan rajinlah mengumpulkan limbah lampu pendar, dan serahkan ke perusahaan yang piawai mengelola limbah seperti PT Arah Environmental Indonesia yang memiliki izin dan profesional.

Mengelola limbah B3 harus sesuai prosedur, benar, dan akuntabel. Mari hijaukan lingkungan sekitar kita sesuai dengan misi Go Green.Kita membutuhkan lampu hemat energi dan nyaman ke mata dan limbahnya kita olah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *