Agenda, MICE

Kulit Reptil Bangkitkan Industri Sepatu, Kebaya Goes to UNESCO

SharePotensi kulit reptil jenis ular piton, biawak, dan buaya ikut membangkitkan industri sepatu. Kebaya khas Indonesia pun diperjuangkan goes to UNESCO. Dapatkan...

Written by Rayendra L. Toruan · 4 min read >

Potensi kulit reptil jenis ular piton, biawak, dan buaya ikut membangkitkan industri sepatu. Kebaya khas Indonesia pun diperjuangkan goes to UNESCO. Dapatkan ragam peluang bisnis dari Indo Leather & Footwear Expo di Kemayoran, Jakarta pada 25-27 Agustus 2022.

Para narasumber pada jumpa pers Indo Leather & Footwear Expo 2022.  Kulit reptil bangkitkan industri sepatu  (Foto/@: PT Kristamedia Pratama Exhibition).

Penulis/editor: Rayendra L Toruan

mmINDUSTRI.co.id – Kekayaan fauna reptil seperti ular piton, biawak, dan buaya menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen kulit yang unik dan eksotik yang digemari pasar dunia. Nilai jual produknya pun sangat tinggi.

Potensi kulit reptil itu termasuk yang digali oleh Daud D Salim melalui perusahaannya PT Kristamedia Pratama Exhibition pengelola Indo Leather & Footwear Expo di Kemayoran, Jakarta pada 25-27 Agustus 2022.

Bersamaan dengan pameran persepatuan itu, jajaran Daud Salim juga memberikan informasi peluang bisnis melalui National Sneakers Week dan Indo Garment & Textile Expo dengan gelaran beragam produk, mesin manufaktur, peragaan, seminar, dan acara lainnya—semua terkait ekspo.

“Setelah tidak berpameran secara fisik lebih dari dua tahun, silakan para pebisnis mengunjungi pameran kami di Kemayoran,” imbuh Daud D Salim melalui jumpa pers secara virtual.

Apa kehebatan ke-3 jenis reptil yang merupakan fauna yang ditakuti oleh manusia? Keberadaan mereka di bumi Indonesia justru memberikan konstribusi signifikan terhadap bangkitnya ekonomi nasional asalkan dikelola dengan penggunaan teknologi dan konsisten.

Para pengrajin menggunakan kulit ular piton, biawak, dan kulit buaya sebagai bahan baku pembuatan sepatu, tas, dompet, dan produk asesoris yang sungguh menarik bagi masyarakat dunia.

Kulit ular piton misalnya, menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, reptil jenis ini terdiri dari 13 jenis seperti sanca batik (Python reticulatus) yang pola kulitnya mirip motif Batik. Oleh karena panjang ular ini mencapai 8 meter, maka kulitnya cukup potensial sebagai bahan baku kerajinan.

Kulit ular sanca bodo (Python bivittatus) juga diminati oleh pebisnis. Papua memiliki potensi ular piton seperti piton cokelat, sanca hijau, sanca bulan, sedangkan sanca darah hitam menghuni bentangan Pulau Sumatra.

Produk alas kaki berbahan kulit ular piton buatan Buleleng (Foto/@: Gemabisnis)

Penggunaan teknologi inovasi merupakan salah satu kiat keberhasilan memasuki pasar dunia seperti yang dilakukan oleh pemilik Bellasima yang berlokasi di Bali. Sejak tahun 2012, Bellasima menggeluti  industri tas, dompet, dan asesoris dengan menggunakan bahan kulit ular piton.

Pengelola perusahaan mengembangkan usaha di industri tas, dompet, dan asesoris dari kulit ular piton. Industri ini dipilih karena peluang pasarnya masih cukup besar di pasar dalam negeri dan luar negeri.

Dalam memproduksi tas, dompet dan asesoris, Bellasima mengandalkan keunggulan dalam mengolah kulit ular piton menjadi berbagai produk demikian laman Gemabisnis melaporkan.

Produk dengan bahan dari kulit ular piton diminati oleh pembeli berkat corak yang eksotik dan permukaan kulit sangat halus, ungkap Rahayu B, pengelola Bellasima yang mendapatkan pasokan kulit ular piton dari pemasok Sumatera dan Kalimantan.

Kulit ular  mentah disamak dengan bahan-bahan tertentu agar  kulit menjadi lebih kuat dan permukaan pun lebih halus dengan warna cerah. Bahan lain adalah lem, benang jahit, dan pelapis bagian dalam tas—semua buatan Indonesia. Sedangkan bahan pelembut atau glossy diimpor.

Dengan 120 orang karyawan, Bellasima mengekspor produknya sebanyak 70 persen ke Amerika Serikat, Prancis,  dan Singapura, sisanya yang 30 persen  dijual di pasar lokal.

Bagaimana dengan kulit biawak?  Menurut Evy Ayu Arida dan Evy Arida keduanya peneliti tentang ekspor kulit reptil di Indonesia—berlangsung sejak 90 tahun silam. Indonesia pernah mengekspor dua juta lembar kulit repitl pada tahun 1930-an.

Industri kulit biawak berlokasi di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Kondisi populasi biawak menimbulkan spekulasi tentang keberlanjutan perdagangan biawak.

Menurut peneliti Shine dan kawan-kawan (1990) kemungkinan terjadi kepunahan lokal akibat pengambilan secara terus menerus dalam jumlah besar. Hal itu disebabkan kulit biawak yang bernilai estetika tinggi sehingga daya tariknya menggoda pembeli dalam dan luar negeri, demikian Warta Herpetofauna. .

Kulit biawak memiliki keunikan khusus karena terbuat dari 100 persen kulit biawak demikian Ketut Adnyana Tunggal Jaya, pemilik Tjtoe salah satu pusat sepatu kulit di Singaraja, NusaBali, Bali.

Produk sepatu berbahan kulit biawak jarang ditemukan di pasar. Proses pembuatannya memerlukan keahlian dan ketelitian khusus. Contohnya Ketut Adnyana produse sepatu kulit biawak.

Model sepatu selalu disesuaikan dengan selera anak muda atau orang kantoran. Harga sepatu berbahan kulit biawak dipatok mulai dari Rp1 juta hingga   Rp2 juta per pasang.

Sementara itu, seperti dikutip Antara, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian,  bahwa kerajinan kulit buaya dikategorikan sebagai kerajinan eksotik dan bernilai jual tinggi di pasar internasional.

Kementerian Perindustrian terus mendorong optimalisasi potensi di berbagai daerah—melalui  kegiatan produksi industri guna meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal, seperti kulit buaya yang diolah menjadi barang kerajinan.

Di Provinsi Papua yakni Kabupaten Mamberamo Raya yang memiliki tiga sungai besar dan merupakan habitat asli buaya air tawar—khususnya di Sungai Mamberamo, Sungai Tariku (Rouffaer),  dan Sungai Taritatu (Idenburg).

Menurut Doddy Rahardi, Kepala BPPI, dua jenis buaya menghuni sungai itu, yakni buaya muara (Crocodile porossus) dan buaya Irian (Crocodile novaguinea) yang diburu oleh masyarakat karena daging (untuk dimakan) dan kulitnya dijual.

Pemerintah Daerah Papua melegalkan pemasaran kulit buaya dengan ketentuan bahwa usia buaya minimal satu tahun yang dapat dimanfaatkan.

Kulit buaya yang telah disamak dapat diolah menjadi produk kulit dengan nilai jual yang sangat tinggi mulai dalam bentuk dompet atau sabuk demikian Doddy Rahardi.

Harga paling murah kerajinan kulit buaya berkisar Rp300.000 dan yang paling mahal mencapai lebih Rp30 juta mislanya dalam bentuk produk tas golf.

Sementara itu Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Ignatius Warsito menyatakan,  industri alas kaki secara makro mengalami kenaikan hingga 4,33 persen sedangkan permintaan dari luar negeri meningkat 13,12 persen.

Hal itu berpengaruh terhadap peningkatan perminatan bahan baku seperti kulit buaya.

“Kita harus memperkuat supply chain,” ujar Ignatius agar mampu memenuhi permintaan dalam negeri yang dibutuhkan oleh anggota TNI, Polri,  Satpam, dan Satuan Pamong Praja.

Negara-negara lain pun mengalihkan pembelian alas kaki buatan Indonesia. Oleh karena itu, utilisasi atau kapasitas produksi nasional harus ditingkatkan. Ignatius menjelaskan bahwa Indonesia telah menjadi  produsen sepatu terbesar ketiga di dunia.

Pameran Indo Leather & Footwear Expo 2022 didukung oleh Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, KADIN Indonesia, Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO), dan Asosiasi Penyamakan Kulit (APKI).

Selanjutnya Asosiasi Industri Reptil dan Amfibi Indonesia ( AIRAI ), Asosiasi Indonesia Association of Exhibition and Convention Organizers (ASPERAPI), Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), asosiasi terkait, dan tentu saja peran para jurnalis.

Salah satu kenggulan kulit buaya adalah motif nan unik dan eksotis—memenuhi sebagai bahan baku produk fesyen. Apa lagi jika kulit buaya buatan Indonesia berkualitas tinggi maka nilai jualnya semakin tinggi pula.

“Proses penyamakan kulit buaya harus standar dunia dengan inovasi yang tinggi,” ungkap Erick M Wiradinata, Ketua Umum Asosiasi Industri Reptil dan Amfibi Indonesia (AIRAI). Erick menyatakan tidak semua spesis ular piton, biawak, dan buaya yang dilindungi.

Dan izin untuk menggunakan kulit ketiga jenis reptil itu cukup ketat dan menerapkan sistem kuota yang harus ditaati tambah Erick M Wiradinata.

Sementara Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO) Lany Sulaiman menuturkan bahwa organisasinya membangun kolaborasi dengan asosiasi alas kaki seperti MICAM (Italia) dan beberapa asosiasi alas kaki di negara-negara lain.

Tanpa menyebut angka, Lany mengungkapkan organisasinya pernah mendapatkan hibah dana yang digunakan untuk pengadaan mesin sepatu dan penyamakan kulit. Italia dan Prancis termasuk negara prodosen sepatu berkualitas dunia.

Belakangan ini sepatu jenis sneakers semakin trendy di Indonesia. Apa lagi sejak Presiden Joko Widodo sering menggunakan sepatu sneakers buatan dalam negeri pada saat kununjungan kerja ke daerah misalnya melihat perkembangan proyek.

Salah sat tujan Indo Garment & Textile Expo 2022 adalah keikutsertaa Krista Exhibitions mendukung program Kebaya Goes to UNESCO. Pameran diikuti oleh lebih dari 110 peserta dengan target pengunjung 5.000 orang yang sebaian berasal dari China, Hongkong, India, dan  Indonesia.

Para designer melaksanakan fashion show seperti alas kaki pria & wanita, sandal, semi-finished leather, finished leather, exotic leather, perabotan berbahan kulit, fashion berbahan kulit, jaket kulit, tas kulit, barang & bahan kulit, komponen & aksesoris sepatu, mesin dan teknologi pembuatan sepatu, penyamakan kulit, dan industri terkait lainnya.

Sementara National Sneakers Week dan Indo Garment & Textile Expo menampilkan mesin garmen dan tekstil, teknologi manufaktur, bahan  baku dan cara mendesain sepatu yang diperlihatkan oleh para siswa Politeknik ATK Yogyakarta.

Selamat berbisnis!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *