Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Khasiat dan Keampuhan Terapi Digital dengan Laba-Laba Raksasa

ShareKhasiat dan keampuhan terapi digital dengan laba-laba raksasa, menurut tim ahli cukup efektif untuk membantu penderita fobia.  Simak digital khas Jepang—menyembuhkan rasa...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Terapi Digital dengan Laba-Laba

Khasiat dan keampuhan terapi digital dengan laba-laba raksasa, menurut tim ahli cukup efektif untuk membantu penderita fobia.  Simak digital khas Jepang—menyembuhkan rasa persih di persendian. Bagaimana teknologi alogaritma berperan?

Terapi Digital dengan Laba-Laba
Puchiban semacam salompas ditempelkan di bagian tubuh yang pegal. Wakoh Denken adalah produsen  puchiban yang bermarkas di Jepang. Toshimitsu Sakuragi general manager Wakoh Denken bersama timnya memperkenalkan terapinya kepada pengurus dan anggota Indonesia Japan Business Networking di Jakarta pada 08 Agustus 2018. Tiap strip berisikan 60 puchiban berbentuk piramid berupa logam putih yang berkhasiat menstimulus rasa perih. Khasiat dan keampuhan terapi digital dengan laba-laba raksasa  (Foto: Rayendra L. Toruan)

Menurut rilis Fraunhofer, penderita fobia—yakni rasa takut berlibihan terhadap laba-laba atau makhluk lainnya—dapat diterapi dengan sistem digital yang menggunakan kacamata hitam.

Akan tetapi, peralatan dan sistem yang berbasis data itu kurang dimanfaatkan oleh penderita. Maklum, ketika menjalani proses perawatan, pasien menyaksikan paparan berbentuk makhluk berkaki delapan.

Bagi orang-orang tertentu, paparan itu dianggap sebagai prospek yang terlalu menakutkan padahal pilihan terapi yang lain tidak selalu tersedia di tempat tinggal pasien.

Tim peneliti dari Institut Fraunhofer untuk Teknik Biomedis IBMT yang bekerja sana dengan perusahaan pembuat aplikasi yakni Promotion Software GmbH, Saarland University, dan Pusat Kesehatan Universitas Saarland menciptakan solusi melalui proyek DigiPhobie,.

Tim gabungan mengembangkan sistem terapi digital merupakan terapi jenis baru yang dirancang khsusus sehingga memungkinkan terapi pemaparan dapat dilakukan di lingkungan rumah tangga.

Gagasan ini berdasarkan kondisi kejiwaan saat pasien menghadapi objek yang ditakuti dalam bentuk virtual namun tampak nyata meski tidak ada mahluk yang ditakuti itu di hadapannya.

Pasien merasa lebih mudah untuk menghadapi ketakutan sendiri dan tidak merasa terintimidasi  prospek ketika proses perawatan dimulai.

Sistem ini terdiri dari lingkungan terapi digital lengkap dengan sensor yang dipakai dalam bentuk kacamata augmented reality (AR) yang tepat. Terapi pemaparan dilakukan secara virtual dan seolah nyata atau realis.

“Kami mentransfer terapi paparan nyata ke sistem perawatan digital yang sumber datanya berasal dari kacamata data. Semua tugas terapi disimulasikan secara digital. Penderita fobia dapat menghadapi berbagai tantangan,” advis Dr Frank Ihmig seorang ilmuwan di Fraunhofer IBMT.

Ia menggambarkan pendekatan terapis dilakukan dengan cara pasien seolah akan  menangkap seekor laba-laba dengan gelas. Cara lain dengan menggunakan sepotong kertas untuk menggerakan seekor laba-laba. Jari tangan pasien menyentuh laba-laba virtual yang tampak seperti nyata.

Dr Frank Ihmig dan timnya membuat perangkat lunak sebagai panduan terapi dan sistem kontrol biofeedback—terdiri dari sensor yang dapat dipakai untuk mengukur parameter vital pasien selama sesi terapi.

Kita akan mengetahui  variabilitas detak jantung, konduktansi kulit, dan laju pernapasan pasien. Artinya, sistem terapan digital itu mampu menghitung respon ketakutan fisiologis dengan algoritma yang datanya berasal dari mesin

Dari hasil parameter yang diukur, dimungkinkan untuk mengekstraksi fitur yang menunjukkan tekanan emosional pasien. Terapi digital menggunakan fitur stres yang dilakukan oleh tim peneliti berdasarkan uji coba berbasis algoritma yang telah didesain dalam mesin.

“Dengan pembelajaran berdasarkan algoritma, kami mendapatkan tanggapan yakni rasa takut fisiologis dari pasien, dan mencoba dengan cara ini untuk menentukan intensitas ketakutan pasien. Bersamaan dengan persepsi subyektif dari arakhnofobia, terapi ini memberikan ukuran objektif dari respons rasa takut pasien,” ungkap Dr Frank Ihmig.

Dr Frank Ihmig menambahkan, ukuran yang sangat terhitung dimasukkan kembali ke dalam permainan terapi digital, yang secara efektif menciptakan sistem loop tertutup. Dengan cara itu, tim peneliti dapat menyesuaikan terapi dengan kebutuhan pribadi pasien.

Elemen permainan seperti ukuran, jumlah dan jarak laba-laba, serta perilaku gerakan arakhnida, dapat disesuaikan secara dinamis.

Para peneliti di Fraunhofer menggunakan elektroda perekat untuk mengukur ECG dan skin con-duktansi. Pernapasan dimonitor dengan bantuan tali pada dada dengan sensor piezoelektrik. Sinyal yang diukur ditransmisikan tanpa kabel melalui Bluetooth ke perangkat lunak manajemen terapi.

Semua data pada sesi terapi dimasukkan dalam arsip sebagai database yang tersedia bagi terapis dan penelitian secara klinis—termasuk sebagai bahan analisis dan evaluasi.

Tim terus melakukan studi klinis untuk mengetahui tingkat efektivitasnya. Dan pada musim semi 2019, hasil studi validasi—merupakan permulaan evaluasi efektivitas terapi digital.

Pendekatan serupa menggunakan kacamata virtual reality (VR) dan  menunjukkan bahwa hasil yang baik dapat dicapai dengan bentuk terapi yang tepat.

Hasil dari analisis adalah meletakkan dasar untuk konsep perawatan lebih lanjut. Bisa dibayangkan, misalnya, bahwa terapi dapat diterapkan bagi orang-orang fobia atau takut terhadap ular, kecoak, dan binatang lainnya.

“Kami berharap hasil studi klinis ini membuka perspektif baru untuk mengobati pasien yang menderita fobia spesifik,” imbuh Ihmig. Selain itu, hasil penemuan tim memberikan dasar untuk mengembangkan kits berisikan rangkaian terapi secara lengkap.

“Tujuan jangka panjang bagi pasien adalah untuk dapat meminjam peralatan dari kantor dokter atau apotik atau toko peralatan medis. Pasien pun melakukan sesi dan latihan sendiri  di rumahnya,” tandas Ihmig.

Kementerian Pendidikan dan Penelitian Pemerintah Federal Jerman (BMBF) tentu berperan  mendanai proyek DigiPhobie yang berlangsung sejak tahun 2017 hingga akhir 2019.

Inilah sebagian inisiatif  untuk menemukkan solusi teknik medis untuk perawatan kesehatan warga berbasis terapi digital. Jika demikian halnya, khasiat dan keampuhan terapi digital dengan laba-laba raksasa cukup ampuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *