Inspiration, MICE

Katarak Mudah Disembuhkan dengan Teknologi, Lepaskan Penderita dari Kebutaan

SharePenderita backlog katarak bertambah 250.000 orang tiap tahun dan yang dapat dibantu baru sekitar 180.000 orang. Katarak mudah disembuhkan dengan menggunakan teknologi...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >
Katarak Mudah Disembuhkan

Penderita backlog katarak bertambah 250.000 orang tiap tahun dan yang dapat dibantu baru sekitar 180.000 orang. Katarak mudah disembuhkan dengan menggunakan teknologi EYEMATE dan sistem mikrosensor. Kenapa orang berusia 15 tahun terkena backlog katarak?

Katarak Mudah Disembuhkan
Implan sensor enkapsulasi untuk mengukur tekanan intraokular pada mata. Katarak mudah disembuhkan dengan teknologi, lepaskan penderita dari kebutaan (Foto/©: Fraunhofer IMS)

Sungguh mengejutkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan, pertumbuhan penderita backlog katarak mencapai 250.000 orang setiap tahun.

Data itu tentu berdasarkan laporan resmi, namun dari antara masyarakat (mungkin) tidak punya akses ke lembaga kesehatan. Diperkirakan, hanya 180.000 orang (penderita) yang dapat disembuhkan setiap tahun.

Bagaimana nasib penderita yang belum diobati, apakah mereka (mungkin) menjadi buta? Ironisnya terdapat kecenderungan orang yang menderita backlog katarak dimulai pada usia 15 tahun, dan sekitar 16-22 persen penderita yang dioperasi di bawah usia 55 tahun.

Pola makan dan gaya hidup seseorang menyebababkan rentan terhadap diabetes melitus. Kandungan gula dalam darah seseorang memengaruhi mata—inilah penyebab backlog katarak  menimpa orang berusia muda.

Operasi katarak secara massal sering dilakukan oleh organisasi masyarakat dan Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menyebutkan, “Jika kita tidak segera mengatasi backlog katarak maka angka kebutaan di Indonesia akan semakin tinggi,” kutip laman tirto.id.

Selain melakukan operasi, akses masyarakat terhadap kesehatan sebaiknya diperluas dan dipermudah. Pemberdayaan masyarakat mengenai pola hidup sehat perlu ditingkatkan—termasuk kalangan kedokteran (mata) dan rumah sakit agar menggunakan teknologi yang lebih canggih.

Salah satu temuan baru yang diterapkan cepat, mudah, dan tidak rumit.  Teknologi dan sistem sensor EYEMATE hasil pengembangan Fraunhofer Institute for Microelectronic Circuits and Systems IMS (Duisburg) dan perusahaan Implandata Ophthalmic Products GmbH (Hanover) di Jerman.

Teknologi ini merupakan inovasi berguna untuk mengukur tekanan intraokular pasien glaukoma agar hidupnya lebih mudah. Dengan implan memungkinkan terapi yang optimal bagi pasien backlog katarak.

Di mata penderita terjadi pertukaran air secara terus-menerus padahal cairan mata itu harus diproduksi untuk menggantikan caairan mata yang lama.

Jika jumlah aqueous humor (cairan dalam mata) yang baru diproduksi lebih besar daripada cairan efluen (lama), maka terjadilah peningkatan tekanan intraokular yang menimbulkan kerusakan permanen—termasuk kematian saraf optik atau disebut glaukoma.

Penderita pada awalnya tidak menyadari penyakitnya hingga banyak saraf optik yang telah mati. Ketika kualitas pandangan visualnya berkurang, barulah penderita mengetahui penyakitnya.

Penyebaran glaukoma dan pengurangan bidang visual harus dicegah. Demikian juga tekanan intraokular harus dibawa kembali ke kisaran normal yang ditahan dengan obat seperti tetes mata dan melalui prosedur operasi.

Dalam menangani setiap kasus, pemilihan terapi yang tepat sangat penting dalam pengobatan glaukoma. Oleh karena itu, dokter yang harus mengetahui ukuran tekanan di mata dan mampu menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien.

Sayagnya, metode pengukuran  hanya menyediakan sedikit database dan dokter hanya menggandalkan sedikit informasi tentang penderita backlog katarak. Biasanya pengukuran  dilakukan di ruang praktik dokter—menyebabkan interval waktu dan pengukuran terlalu lebar.

Kemungkinan lain adalah tingkat bahaya terlalu tinggi yang dapat terjadi beberapa kali setiap hari namun datanya tidak dicatat. Inilah penyebab bahaya yang bersumber  dari keputusan terapi yang salah. Risiko bagi pasien menjadi lipat ganda.

Bagaimana mengatasinya? Terima kasih kepada para ilmuwan di Fraunhofer IMS yang berhasil menemukan solusi untuk menangani backlog katarak.  

“Kami bekerja sama dengan perusahaan Implandata Ophthalmic Products, mengembangkan EYEMATE, sistem mikrosensor yang memungkinkan orang yang terkena dampak untuk melakukan pengukuran tekanan non-kontak pada mata yang terkena backlog katarak,” turur  Michael Görtz salah seorang ilmuwan Fraunhofer IMS.

Sensor yang dimasukkan pada mata mengukur tekanan dan suhu. Data pengukuran dicatat, didigitalkan, dan direproduksi dengan alat pembaca genggam.

Alat itu dipegang oleh pasien dan ditempatkan di depan matanya. Dalam hitungan detik, tekanan dan suhu dalam mata dapat diukur secara tepat tanpa kontak yang dilakukan kapan saja.

Dokter yang merawat menerima basis data jauh lebih tinggi untuk menciptakan terapi yang tepat. Selain membaca dan mendigitalkan hasil pengukuran, dimungkinkan pentransferan nilai ke cloud computing.

Dokter dapat mengakses data pasien setiap waktu dan mengevaluasi perkembangan penyakit katarak itu. Dokter menyesuaikan cara terapi tanpa mengharuskan pasien menemuinya di ruang praktik atau di klinik dan rumah sakit.

Pasien pun mudah mengakses data melalui aplikasi smartphone untuk mengetahui tekanan intraokularnyai. Ia pun mudah bereaksi atau menentukan tindakan jika tekanan di matanya terlalu tinggi.

Semakin sering pasien menggunakan alat baca semakin berarti nilai-nilai yang diukur sehingga terapi dilakukan secara mandiri dan tentu dikoordinasikan dengan dokter.

Tinjau dan evaluasi perkembangan penyakit backlog katarak dan penyesuaian metode terapi secara langsung tanpa mendatangi klinik atau rumah sakit.

Mungkinkah di Indonesia dilakukan penanganan katarak mudah disembuhkan dengan teknologi untuk melepaskan para penderita dari kebutaan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *