Maritime-Tech, SHIP BUILDING

Kapal Menjelajahi Lautan tanpa Awak, Simulator Membantu Perencanaan

ShareApakah kapal menjelajahi lautan tanpa awak mungkin pada masa depan? Para ahli yang berasal dari 5 negara merancang desain kapal angkut yang...

Written by Erwin Prasetyo · 2 min read >
Kapal Menjelajahi Lautan tanpa Awak

Apakah kapal menjelajahi lautan tanpa awak mungkin pada masa depan? Para ahli yang berasal dari 5 negara merancang desain kapal angkut yang berlayar tanpa nakhoda. Bagaimana kapal yang tanpa ABK itu menghindari tabrakan dengan kapal lain atau suatu benda di lautan? 

Kapal Menjelajahi Lautan tanpa Awak
Di dalam kapal modern, banyak peralatan berfungsi secara otomatis. Apakah kapal-kapal yang disiapkan tanpa awak atau tanpa nakhoda? Apakah kapal sepenuhnya leluasa berlayar di lautan lepas tanpa pengawasan manusia? Kapal menjelajahi lautan tanpa awak    (Foto/©: Fraunhofer MUNIN)

Kapal Menjelajahi Lautan tanpa Awak

Hans-Christoph Burmeister memindai instrumen di atas kapal. Ia mengecek bagan maritim elektronik, tampilan kedalaman air laut, dan monitor yang berdekatan dengan tampilan gambar radar. 

Kemudian Burmeister meraih kemudi kapal yang berbentuk lingkaran seperti roda dan mengarahkan kapal barang angkut 220 m miliknya itu ke arah yang lain. 

“Sekarang kita berlayar dengan kecepatan 290 derajat, kecepatan dua belas knot,” ujar Hans-Christoph Burmeister dengan nada serius.  

Sekalipun skenario di atas cukup realistis, Hans-Christoph Burmeister bukanlah kapten yang sedang berada di ruang nakhoda sebuah kapal. Ia justru sedang berdiri di sebuah ruang di Pusat Fraunhofer yang membidangi Logistik Maritim dan Layanan CML di Hamburg, Jerman. 

Simulator navigasi kapal telah dipasang di fasilitas Institut Fraunhofer untuk Aliran Material dan Logistik IML. Instrumen kemudi (kapal) dan display/diatur mirip menyerupai kapal pengangkut barang sungguhan. 

Dengan simulator itu tim ahli mengharapkan dapat membantu memajukan upaya yang ambisius melalui Proyek EU MUNIN. Para peneliti di Fraunhofer bekerja sama dengan para ahli yang berasal  dari lima negara telah merancang desain untuk kapal tanpa anak buah kapal.

Secara otonom, sebuah kapal curah berlayar melintasi lautan di samudera lepas tanpa awak. Bagaimaja konsepnya dilakukan? 

Tim ahli melakukan pendekatan dengan menggunakan teknologi yang sudah digunakan di kapal yang tanpa awak. Di berbagai kapal-kapal modern, banyak peralatan yang telah terotomatisasi dan bekerja atau berfungsi tanpa banyak senutuhan manusia.

Contohnya, autopilot mengarahkan kemudi yang telah ditentukan dengan bantuan Global Positioning System (GPS), dan pada sistem otomasi tempo mempertahankan kecepatan laju kapal.  

Peralatan radar dan sistem deteksi kapal mencari di sekitarnya, dan membunyikan alarm atau sirene secara otomatis jika ada risiko misalnya ada kapal lain. Kapal otonom atau kapal tanpa anak buah kapal (ABK)  juga  dilengkapi dengan sensor-sensit mutakhir.  

Sensor itu terdapat pada kamera lengkap dengan inframerah yang berguna untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Juga untuk mendeteksi kapal-kapal yang berukuran lebih kecil seperti  flotsam dan kapal  bangkai kapal yang karam di dasar laut.

Apakah operator dapat melakukan intervensi melalui satelit jika terjadi keadaan darurat?

Inti kapal barang yang tak berawak  atau tanpa ABK ini sepenuhnya bergerak dengan aplikasi perangkat lunak secara terpusat. Aplikasi menganalisis data yang berasal dari semua sensor dan kemudian menentukan arah yang harus diubah secara mendadak atau darurat.

Misalnya bagaimana kapal mengubah jalurnya atau arah untuk menghindari tabrakan dengan benda lain? Misalnya, kapal tanpa awak itu harus menghindari benda yang jatuh dari atas kapal barang lainnya dan berada di sekitar kapal yang tanpa awak tadi.  

Meskipun demikian, kapal  yang tak berawak tetap tidak leluasa berlayar tanpa campur tangan manusia. Manusia tetap berperan untuk melakukan monitoring semua kejadian yang terjadi tiba-tiba. 

“Pada situasi tertentu, kita membayangkan di mana sistem on-board otonom terlalu berat pekerjaan,” tandas Hans-Christoph Burmeister koordinator Proyek Burmeister seraya melanjutkan, “Ketika beberapa kapal secara bersamaan berada pada jalur tabrakan atau terjadi gangguan teknis.” 

Untuk kasus-kasus seperti tadi, tim ahli telah menyiapkan sebuah stasiun di darat. Stasiun itu  melakukan intervensi melalui satelit, dan kemudian mengarahkan kapal dari jarak jauh sehingga tidak terjadi tabrakan.

Untuk menunjukkan bagaimana ini mungkin muncul dalam pengaturan yang sebenarnya Burmeister menempatkan simulator ke dalam gir. Di layar, kita dapat melihat kapal kontainer mendekati  pelabuhan. 

Meskipun kapal barang yang diuji oleh Burmeister memiliki hak jalan, kapal yang lain tidak akan bergerak. Untuk mencegah tabrakan, peneliti mengambil kendali melalui kapal otonom. 

“Saya menonaktifkan autopilot, mengatur perubahan arah untuk kanan, mengurangi kecepatan dan menunggu sampai kapal lain telah lewat,” jelas Hans-Christoph Burmeister. 

“Ketika berlabuh dan membuang, seorang manusia harus berada di pucuk pimpinan. Jika kapal berangkat dari pelabuhan, seorang kru berada di kapal. Setelah kapal barang mencapai laut terbuka, tim meninggalkan kapal melalui kapal pilot atau helikopter, dan kemudi otomatis mengambil alih pekerjaan,” ungkap Hans-Christoph Burmeister. 

Di tempat tujuan, kebalikannya dilakukan. Tepat pada waktunya, sebelum kapal memasuki pelabuhan, sebuah tim berangkat menuju dan mengarahkan kapal barang.

Sejak proyek MUNIN itu diluncurkan pada tahun 2012, banyak pihak yang memesan kapal otonom yang tanpa awak itu. Para ahli bekerja dengan cermat untuk mengatasi berbagai masalah. 

Tim ahli menjamin kualitas baling-baling kapal yang berfungsi dengan baik ketika teknisi mekanik tidak tersedia. Ruang mesin dikonfigurasi tanpa pengawasan selama 24 jam. 

Jika terjadi kebakaran di papan misalnya korsleting maka sistem sprinkler otomatis menyala. Tindakan pencegahan maka area-area kritis dibanjiri dengan CO2 untuk memadamkan api. 

Untuk jalur laut yang sulit, autopilot harus memutar lambung sedemikian rupa sehingga  dampak teroaan ombak sesedikit mungkin. 

Tim ahli membuat simulasi komputer yang memungkinkan para peneliti untuk menguji dan meninjau ide-ide mereka secara virtual. Setelah itu, dimungkinkan untuk melengkapi kapal nyata dengan sistem yang sepenuhnya otomatis. 

Namun, sebelumnya navigasi berawak dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian kami,” ujar Hans-Christoph Burmeister.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *