Packaging, Raw Materials

Indonesia Tiga Besar, Penghasil Singkong

ShareSingkong atau ubi kayu sarat potensi pangan, obat, pakan ternak, energi, bahan kertas dan plastik—terurai dalam 10 minggu—sedangkan plastik kovensional butuh 500-1000...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Singkong atau ubi kayu sarat potensi pangan, obat, pakan ternak, energi, bahan kertas dan plastik—terurai dalam 10 minggu—sedangkan plastik kovensional butuh 500-1000 tahun.

Tanaman singkong atau ubi kayu terdapat di hampir semua kawasan Nusantara. Sebagai penghasil singkong, Indonesia masuk tiga besar di dunia. (Sumber foto: http://belukab.go.id) 
Tanaman singkong atau ubi kayu terdapat di hampir semua kawasan Nusantara. Sebagai penghasil singkong, Indonesia masuk tiga besar di dunia. (Sumber foto: http://belukab.go.id)

Seorang petani yang hanya menghasilkan singkong atau ubi kayu merupakan calon orang kaya atau berpeluang menjadi milioner. Umbi singkong sarat potensi yang jika diolah dengan sentuhan teknologi maka kandungan dalam singkong dapat dibuat beberapa turunan (diversifikasi produk) bernilai ekonomis yang dapat diekspor atau diolah menjadi bahan baku (raw materials) pembuat biji plastik dan sumber energi terbarukan. Jadi, singkong tidak hanya untuk goreng-gorengan atau bahan pangan (awal) sebelum makan nasi.

Oleh karena itu, jika kita berasal dari keluarga petani singkong, berbanggalah. Jangan kecil hati meski mendengarkan lagu regae berjudul “Anak Singkong”. Singkong sangat mudah ditanam dan memeliharanya. Masa panen pun paling banter 8-10 bulan. Seseorang tanpa pengetahuan ilmu pertanian dapat menanam singkong, tancapkan saja batangnya dilahan yang sudah empuk—entah itu di pinggir halaman rumah—ubi kayu itu akan tumbuh. Daun, batang, umbi bahkan kulit ubi menjanjikan nilai ekonomis yang menggiurkan.’

Kita tidak perlu melakukan studi banding seperti sering dilakukan oleh anggota DPR RI, jika ingin menanam singkong. Hampir seluruh kawasan (darat) Indonesia subur untuk tanaman singkong. Kita bisa dapat informasi penyuluhan dari Kementerian Pertanian  atau beli buku-buku pertanian terbitan Trubus. ‎

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2015, Indonesia  menghasilkan lebih  24 juta ton singkong per tahun. Tahun 2016, diperkirakan produksi nasional sekitar 27 juta ton. Indonesia termasuk dari 3 (tiga) negara penghasil singkong terbesar di dunia—setelah Nigeria dan Thailand.

Indonesia pun berpeluang menjadi negara penghasil singkong terbesar di dunia—asalkan diversifikasi budidaya singkong kita lakukan secara intensif dan terus-menerus. Beberapa perusahaan telah mengekspor ubi kayu ke China, Korea, dan Eropa. Sekadar contoh, tahun 2011, Indonesia mengekspor 125.260 ton  singkong senilai US$57.865 sementara volume impor pada tahun yang sama mencapai 98.023 ton setara US$53.496.

Pada tahun 2015, petani Indonesia mengekspor 16.755 ton ubi kayu senilai US$8,7 juta. Akan tetapi, BPS mencatat Indonesia masih mengimpor ubi kayu dari Vietnam (Maret 2016) sebanyak  987,5 ton atau senilai US$191.093. Artinya, permintaan singkong di dalam negeri kian meningkat sementara kapasitas produksi tidak meningkat secara signifikan.

Plastik singkong ramah lingkungan

Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian menawarkan teknologi produksi singkong yang meliputi cara penyiapan lahan dan bibit—pola, waktu dan cara tanam; pengendalian erosi—populasi tanaman dan jarak tanam; pengendalian gulma; pemupukan; pengendalian hama dan penyakit; dan cara panen. Pemerintah pun menyediakan varietas unggul—mempunyai  karakteristik: a) berkadar pati tinggi, b) potensi hasil tinggi, c) tahan tekanan cekaman biotik dan abiotik, dan d) fleksibel dalam usaha tani dan umur panen.

Kementerian Pertanian menyediakan 16 varietas unggul ubi kayu terdiri dari 4 varietas memiliki karakter sesuai dengan kriteria tersebut: varietas Adira-4, Malang-6, UJ-3 (Thailand), UJ-5 (Cassesart), dan varietas lokal Barokah. Adira-4 memiliki kandungan pati 25-30 persen, tahan penyakit layu, potensi hasil 25-40 ton per hektar dan umurnya 8 bulan. Varietas Malang-6 memiliki kandungan pati 25-32 persen, potensi hasil 35-38 ton per hektar dan agak tahan hama kutu merah serta mempunyai umur 9-10 bulan.

Sementara varietas UJ-3 memiliki kandungan pati 25-30 persen, potensi hasil 35-40 ton hektar, tahan penyakit bakteri dan umur mencapai 8-10 bulan. Varietas UJ-5 memiliki kadar pati 30-36 persen, potensi hasil 45-60 ton per hektar, tahan penyakit bakteri dan mempunyai umur 9-10 bulan. Sedangkan ubi Barokah memiliki kadar pati 25-30 persen, potensi hasil 35-40 ton per hektar dan mempunyai umur 9-10 bulan.

Pemerintah berusaha membantu untuk meningkatkan produktivitas singkong dari 18-20 ton per hektar menjadi sekitar 30-40 ton per hektar (2019). Selain prokduksi yang belum mampu memenuhi permintaan pasar domestik, produk ubi kayu nasional harus memwnuhi standar kualitas Hazard Analysis Critical Control Point Specification (HACCP).

Beberapa perusahaan telah mampu membuat mesin pengolah singkong. Dalam 3 tahun terakhir ini, singkong “naik daun” berkat penemuan potensi singkong yang dapat dijadikan sebagai bahan sumber energi, pakan makanan ternak, bahan kertas dan bahan plastik yang dapat terurai dalam tanah hanya dalam 10 minggu.

Bandingkan dengan plastik konvensional yang apat hancur di dalam tanah selah 1000 tahun. Plastik konvensional dianggap dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah pernah membuat peraturan agar kantongan plastik berbayar. (Bahan diolah dari berbagai sumber)

[box type=”note”]

Simak BAHAN PLASTIK (2)

Mari Ekspor Sampah Plastik Konvensional

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *