Swasembada pengelolaan kelistrikan mampu menghemat biaya operasional sekitar USD415 juta per tahun. Pemerintah bisa bernafas dan perusahaan pun lebih produktif. Bagaimana General Electric dan PwC membantu penghematan listrik?
Salah satu faktor penyebab kelemahan daya saing produk Indonesia adalah tingginya biaya produksi yang berasal dari biaya-biaya di sektor pembayaran lembur karyawan, bahan bakar bakar diesel, atau hilangnya pendapatan perusahaan yang diakibatkan pemadaman listrik secara tiba-tiba. Oleh karena itu, sektor industri memerlukan semacam pola swasembada pengelolaan kelistrikan.
Sektor industri makanan & minuman, bahan kimia, dan sektor tekstil merupakan industri yang paling membutuhkan pola swasembada pengelolaan kelistrikan itu. Untuk mengurangi resiko kerusakan hasil produksi, pemerintah harus mengembangkan kawasan industri dan zona ekonomi khusus dengan menyediakan 8 – 10 GW pasokan listrik.
Oleh karena itu, perusahaan General Electric (NYSE:GE) bekerja sama dengan PwC Indonesia melakukan studi selama 6 bulan di beberapa perusahaan di kawasan industri. Hasil studi kedua perusahaan ini menyebutkan bahwa pola swasembada pengelolaan kelistrikan dapat mengurangi beban pembangkit tenaga listrik negara sehingga meningkatkan keandalan dan kestabilan pasokan listrik di kawasan industri.
Dengan demikian, biaya operasional dapat dikurangi yang berdampak terhadap peningkatkan produktivitas khususnya di area industri yang kebutuhan pasokan listrik yang stabil sangat krusial.
Menurut GE (NYSE:GE) dan PwC Indonesia pola swasembada pengelolaan kelistrikan dapat menghemat biaya operasional sekitar US$415 juta per tahun. Penghematan itu dapat dilakukan oleh 7 sektor manufaktur di kawasan industri dengan memangkas biaya-biaya uang lembur karyawan, bahan bakal diesel atau hilangnya pendapatan perusahaan akibat pemadaman listrik yang tiba-tiba.
Bagi perusahaan-perusahaan di sektor industri tersebut, perhitungan ini setara dengan penghematan biaya rata-rata sebesar 0,9 sen per kWh. Ketujuh sektor manufaktur itu meliputi, percetakan, mesin, bahan bakar dan batu bara, industri kertas, tekstil, kimia, sektor makanan dan minuman.
Peluang baru bagi para pelaku industri
Indonesia berupaya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2019 dengan melakukan peningkatkan pertumbuhan sektor industri—sektor penyumbang 21 persen dari PDB pada tahun 2014—agar dapat mencapai 7 persen target pertumbuhan PDB tahunan pada periode 2015-2019. Jika Indonesia konsisten melakukan pengembangan kawasan industri maka pencapaian target itu dapat direalisasikan. Bagaimana caranya?
“Listrik adalah mesin pertumbuhan ekonomi,” kata George Djohan, Country Leader for GE Gas Power Systems (Indonesia). Untuk itu, tambahnya, General Eelectric komit mendukung pemerintah untuk memenuhi pembangunan 35 GW dalam 5 tahun ke depan. “Kami berharap dapat mendorong partisipasi sektor swasta yang lebih besar di sektor pengadaan pembangkit listrik, yang merupakan komponen penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.”
Pengembangan pola swasembada pengelolaan kelistrikan dapat membantu pasokan listrik yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan di kawasan industri. Pasokan listrik yang lebih andal tidak hanya mengurangi biaya operasional perusahaan di kawasan industri. Namun, juga membuka peluang baru dan menambah daya tarik di kawasan industri bagi para pelaku industri.
Pola swasembada pengelolaan kelistrikan juga mendukung target penyediaan 35GW pasokan listrik. Pola ini membuka peluang untuk memasok permintaan listrik ke daerah-daerah terpencil sehingga membantu meringankan beban Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menyiapkan pembangkit, transmisi, dan distribusi pasokan listrik sesuai dengan program 35GW.
GE dan PwC mengklaim bahwa hasil studi mereka sejalan dengan rencana Kementerian Perindustrian yang akan mengembangkan 13 kawasan industri dan 10 zona ekonomi khusus di luar Jawa. Kedua perusahaan ini percaya bahwa kawasan industri akan menjadi mesin penyerap investasi dan pendorong pertumbuhan ekonomi. Bahkan Badan Pusat Statistik tahun 2014, melaporkan sektor manufaktur menyerap 15,3 juta sumber daya manusia, dan lebih dari 20 persen bekerja di sektor industri.
Menurut Tim Boothman Adviser, Energy, Utilities, Mining industry, PwC Indonesia, pasokan tenaga listrik yang cukup merupakan faktor utama untuk membantu kawasan-kawasan industri untuk tumbuh dan berkontribusi lebih efektif bagi perekonomian sehingga menarik investor premium seperti perusahaan-perusahaan multinasional dan korporasi nasional, yang pada akhirnya akan akan menciptakan lapangan kerja, penerimaan pajak lebih besar, dan pertumbuhan PDB.