Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Cahaya Lampu LED Obati Depresi, Politisi yang Gagal Boleh Mencoba

SharePara politisi yang gagal meraup suara boleh mencoba cahaya lampu LED untuk mengobati dan menghilangkan depresi yang berkepanjangan. Tidak usah bersikap aneh-aneh,...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Cahaya Lampu LED Obati Depresi

Para politisi yang gagal meraup suara boleh mencoba cahaya lampu LED untuk mengobati dan menghilangkan depresi yang berkepanjangan. Tidak usah bersikap aneh-aneh, hari esok masih ada. 

Cahaya Lampu LED Obati Depresi
Terapi dengan menggunakan cahaya lampu LED yang dapat mengobati depresi. Tim peneliti sukses mengembangkan prototipea yang memungkinkan terciptas kecerahan khusus dan persepsi warna cahaya yang bermanfaat untuk memulihkan depresi ke keadaan normal. Cahaya lampu LED obati depresi, politisi yang gagal boleh mencoba (Foto/©: Fraunhofer AWZ Soest

 

Sebagian dari para politisi yang gagal meraup suara agar bisa duduk di kursi dewan terkena stres dan depresi. Bagaimana menghilangkan stres dan depresi agar tidak semakin parah?

Salah satu cara pengobatan yang digunakan adalah terapi cahaya yang berasal dari lampu Light Emitting Diode  (LED). Cara itu merupakan suatu prosedur ilmiah yang berhasil digunakan dalam pengobatan depresi.

Tim peneliti perusahaan Polaravior® UG bekerja sama dengan  Pusat Aplikasi Fraunhofer (AWZ) khusus yang menangani Fosfor Inorganik yang mengembangkan lampu LED agar dapat membantu mengobati depresi.

Setiap pasien mendapatkan emisi cahaya yang dirancang khusus. Rancangan itu bertujuan untuk meningkatkan perhatian sekaligus melepaskan energi dari tubuh pasien.

Dengan teknik yang digunakan itu, pasien dibantu untuk meningkatkan tingkat keberhasilannya untuk mengikuti proses pemulihan mental.

Juga perawatan psikoterapi yang dilakukan secara mandiri. Artinya, pasien dapat mengobati sendiri tanpa bantuan orang lain.
 
Depresi merupakan penyakit yang menyebar luas di seantero dunia—termasuk di Indonesia. Menurut perkiraan WHO terbaru, terdapat sekitar 300 juta orang yang terkena dampak depresi di seluruh dunia.

Di Indonesia, menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia, Eka Viora, seperti dikutip laman Tempo (Mei 2017), prevalensi penderita depresi adalah 3,7 persen dari populasi.

Jadi, sekitar 9 juta orang yang mengalami depresi, dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, ungkap Eka Viora.

Sementara di Jerman, sekitar 5,3 juta orang menderita sindrom depresi. Salah satu gejala yang tampak berupa kuranganya perhatian, yang secara signifikan mengganggu kualitas hidup dan produktivitas penderita.

Akibat lain adalah kesulitan  cara pengobatan terhadap pasien. Tim peneliti Polaravior® UG dan Fraunhofer AWZ mencoba penggunaan lampu LED dan merupakan yang pertama kali di dunia.

Lampu LED memancarkan cahaya yang dirancang khusus untuk pasien dan cocok untuk situasi terapi yang dapat membantu, dan menjadikan perawatan yang sukses.

Fakta nyata bahwa cahaya memengaruhi kesejahteraan manusia telah lama dikenal di bidang kedokteran. Terapi cahaya sering menjadi garis pertahanan pertama untuk gangguan afektif musiman.

Stimulus cahaya digunakan untuk melepaskan energi alami dari mata manusia, yang berhubungan dengan aktivasi energetik sementara di dalam tubuh.

Tim peneliti berharap untuk menggunakan efek cahaya lampu LED dalam restrukturisasi tata bahasa—sebuah metode pelatihan mental berbasis komputer yang memungkinkan pasien untuk secara efektif mengatasi gejala depresi.

Dengan demikian, perkara kognisi negatif dan kekurangan perhatian dari orang lain di sekitar mereka bakal disembuhkan.

“Dengan pendekatan restrukturisasi gramatikal, kita dapat menghilangkan aspek merenung dari berpikir, bahkan tanpa bantuan seorang psikoterapis. Alih-alih kognisi negatif, pelatihan diri memungkinkan pengguna menyampaikan tujuan positif ke otaknya,” ”kata Dr. Simone Hajek-Glöckner, CEO perusahaan Polaravior® UG.

Simone Hajek-Glöckner menambahkan, jika pengguna semakin penuh perhatian melakukan latihan selama proses, semakin cepat tercapai tujuan yang diinginkan. Cahaya lampu LED dapat memberikan kontribusi yang penting.

Sudut khusus adalah setiap pasien menerima cahaya yang paling cocok untuk meningkatkan perhatian dan konsentrasinya.

“Kami ingin mengembangkan modul aktivasi yang sesuai dengan lampu LED dan filter bawaan. Hal itu memungkinkan untuk kecerahan yang disesuaikan dan persepsi warna cahaya. Panjang gelombang dapat disesuaikan dari 550 nm hingga 610 nm,” ujar Prof. Dr. Stefan Schweizer, Direktur AWR Fraunhofer di Soest.

Alat seperti ban yang dilekatkan pada lengan mengukur detak jantung dan mengontrol impuls cahaya yang disesuaikan untuk pasien tertentu.

Tim peneliti merencanakan untuk meluncurkan prototipe perdana pada musim semi 2019. Protripe pertama itu lengkap didokumentasikan agar efektivitasnya berguna pada studi selanjutanya.

Hasil temuan para ahli berupa—cahaya lampu LED obati depresi merupakan kabar baik bagi para politisi yang gagal meraup suara untuk duduk di kursi dewan. Silakan mencoba.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *