News

Atasi Krisis Pangan dengan Ganggang, Populasi Dunia tak Terbendung

ShareDunia dapat atasi krisis pangan dengan menjadikan ganggang sebagai sumber pangan. Jumlah populasi dunia seolah tak terbendung. Bagaimana para ilmuwan bertindak? Penulis/editor:...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >

Dunia dapat atasi krisis pangan dengan menjadikan ganggang sebagai sumber pangan. Jumlah populasi dunia seolah tak terbendung. Bagaimana para ilmuwan bertindak?

Alga atau ganggang merupakan sumber pangan di masa depan dunia (Foto/©: istock)

Penulis/editor: Rayendra L Toruan

mmINDUSTRI.co.id –  Pola makan kita akan  bersumber dari bahan yang hijau. Bagaimana memberi makan warga  dunia yang sudah lebih dari 8 miliar?

Kehidupan di bumi tidak dapat bertahan tanpa rumput laut dan alga atau ganggang. Setiap molekul oksigen  yang kita hirup  tiap detik berasal dari tanaman hijau seperti rumput laut dan alga atau ganggang dan tanaman lainnya. 

Di masa depan, bahan rumput laut dan alga atau ganggang potensial dikembangkan menjadi sumber makanan penting bagi warga dunia. 

Oleh karena itu tim peneliti Fraunhofer sedang mengerjakan proses budidaya rumput laut dan alga atau ganggang secara komersial—termasuk cara atau sistem, serta ekstraksi berbagai jenis protein dan nutrisi lain yang berasal dari tanaman hijau itu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menghitung bahwa pada tanggal 15 November 2022, populasi dunia mencapai angka delapan miliar. Ini berarti penduduk dunia meningkat dua kali lipat hanya dalam 50 tahun. 

Meskipun tingkat pertumbuhan penduduk melambat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, prediksi para ilmuwan menunjukkan bahwa populasi akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2030, dan 9,7 miliar pada tahun 2050. 

Sementara luas area pertanian dan sumber lahan yang berisikan sumber makanan tidak bertambah bahkan semakin berkurang. 

Jika lebih banyak jumlah orang yang bertambah—berarti lebih sedikit lahan subur yang juga berdampak terhadap penyusutan jumlah air minum, dan lebih sedikit makanan per kepala dibandingkan dengan jumlah  populasi dunia. 

Kelangkaan sumber makanan semakin memburuk dengan perubahan iklim yang menimbulkan krisis pangan di berbagai negara.  

Desertifikasi merupakan  suatu proses di mana tanah memburuk ke titik di mana bentang alam menjadi gurun atau kota , mengklaim areal sedunia seukuran area Bavaria satu negara bagian di Jerman yang luasnya 70.550 km2

Bandingkan dengan luas Jakarta yang 661,5 km2, Singapura seluas 728,6 km2, dan Pulau Samosir seluas 630 km2—apakah ketiga kawasan yang disebutkan terakhir cukup potensial untuk sumber pangan?  Singapura tentu tidak memiliki kawasan pertanian, demikian juga Jakarta. 

Dalam 40 tahun terakhir saja, sepertiga dari semua lahan subur menjadi tidak dapat digunakan yang diakibatkan budidaya tanaman yang berlebihan dan pengembangan kota dan kawasan industri. 

Terlebih lagi, kebutuhan pangan dunia akan tumbuh sekitar 70 persen antara akhir tahun 2022 dan tahun 2050, ini berdasarkan perkiraan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH sebuah lembaga masyarakat Jerman yang berkolaborasi dengan berbagai negara seperti Indonesoia. 

Akan tetapi, organisme akuatik tertentu—secara tidak adil terdegradasi ke keberadaan ceruk di industri pertanian dan makanan, khususnya di Eropa—dan hal itu dapat memecahkan masalah dengan menggunakan alga atau ganggang sebagai salah satu pilihan sumber pangan. 

Alga memiliki protein seperti dikandung kacang kedelai, kaya nutrisi yang berharga seperti serat dan mineral, dan mengandung vitamin B12 yang hanya dapat ditemukan pada produk hewani. 

Makanan super ini tidak membutuhkan air tawar atau tanah. Tumbuh secara berkelanjutan di laut, atau dapat dibudidayakan sebagai mikroalga dengan sel tunggal, biasanya tumbuh subur di fasilitas yang tertutup.

Menurut laman Gramediablog, ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang, dan daun sejati. 

Ganggang atau alga kemudian dapat dibedakan lagi menjadi tujuh kelompok di antaranya cyanophyta, cholrophyta, euglenophyta, pyrrophyta, crysophyta, phaeophyta, dan rhodophyta.

Sementara menurut laman djpen.kemendag.go.id Indonesia menyimpan sumber daya laut yang kaya dan komparatif—tersedia  dalam jumlah besar dan beraneka ragam jenis. 

Bila alga dimanfaatkan secara bijak dengan biaya yang relatif murah, peluang usaha kecil pun bisa tercipta. 

Salah satu sumber daya laut yang dapat dikelola untuk menuai laba adalah rumput laut. Kekayaan alam hayati yang dipercaya kaya akan vitamin serta mineral ini bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan yang selain potensial beromzet besar tapi juga bernutrisi tinggi.

Contoh makanan olahan rumput laut yang bisa dijadikan sumber penghasilan adalah cendol, manisan dan puding. 

Selain berbiaya murah, tiga jenis makanan olahan itu telah mempunyai pangsa pasar yang cukup luas jadi sangat potensial untuk dikembangkan dalam industri makanan berskala mikro. 

Rumput laut yang umumnya dipakai sebagai bahan baku cendol, manisan dan puding adalah Euchemuma Cotonii yang telah dikeringkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *