Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Lebih Aman Gunakan Teknologi Algoritma Saat Operasi Hati

ShareLebih aman gunakan teknologi algoritma saat operasi hati atau pembedahan. Dengan teknologi algoritma pengangkatan tumor yang tadinya demikian rumit, kini dianggap paling...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Lebih aman gunakan teknologi algoritma saat operasi hati

Lebih aman gunakan teknologi algoritma saat operasi hati atau pembedahan. Dengan teknologi algoritma pengangkatan tumor yang tadinya demikian rumit, kini dianggap paling aman di dunia kedokteran.

Lebih aman gunakan teknologi algoritma saat operasi hati
Dr. Stephan Zidowitz, Alexander Köhn, dan Andrea Schenk (dari kiri)  mengembangkan teknologi algoritma yang berfungsi saat menganalisis data citra dari pasien (penderita) dengan menghitung risiko bedah secara detail. Lebih aman gunakan teknologi algoritma saat operasi hati (Sumber foto/©: Kai Michalak)

Bagaimana tim dokter melakukan pembedahan untuk mengangkat tumor dari hati? Bagaimana dokter ahli melakukan bedah vaskular? Pembedahan mengangkat tumor merupakan tantangan besar bagi tim dokter.

Empat sistem vaskular yang saling terkait dilakukan untuk mengoperasi hati seorang penderita. Ahli bedah vaskular merupakan spesialis yang sudah terlatih untuk menangani penyakit kanker dengan  sistem vaskular.

Tim ahli dari The Fraunhofer Institute for Medical Image Computing MEVIS  mengembangkan algoritma yang menganalisis pasien data pencitraan dan menghitung risiko bedah.

Dengan cara ini tindakan operasi kanker hati lebih aman dan mudah dilaksanakan. Teknologi alogaritma membantu kemudahan untuk membuat langkah-langkah yang logis untuki diikuti oleh tim dokter bedah.

Setiap tahun, 750.000 orang di seluruh dunia mengidap kanker hati, dan ratusan ribu orang penderita yang disebabkan metastasis hati—yakni kanker jenis-jenis lainnya. Bagaimana mengobati penderita kanker hati?

Pembedahan merupakan salah satu peluang terbaik untuk memulihkan penyakit ini. Akan tetapi,  perubahan kecil dalam reseksi bedah dapat berdampak dramatis atas hasil pembedahan.

Contoh tindakan yang menyebabkan efek dramatis itu seperti salah memotong yang dapat mengganggu aliran darah masuk atau keluar dari hati yang menyebabkan kerusakan fungsi organ-organ lain di tubuh pasien/penderita.

Anatomi vaskular yang rumit dan sulit sulit direkonstruksi secara mental hanya dapat dilakukan berdasarkan gambar yang diperoleh dengan menggunakan Computed Tomography (CT) scan.

Tim bedah juga  dapat melakukan anatomi dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan. sistem  CT scan dan MRI scan masing-masing mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan di ruang bedah—saat dilakukan analisis terhadap data pasien.   

Pemindaian dengan CT dan pemindaian MRI menggunakan mesin yang tampak sama, namun pada praktinya di lapangan sangat berbeda.

Pemindai CT mengirimkan sinar X-ray melalui tubuh yang bergerak melalui busur saat merekam banyak gambar. Dengan CT scan kita dapat melihat tingkat kepadatan dan jaringan yang berbeda di dalam organ padat.

Dokter juga mendapatkan informasi rinci tentang tubuh seperti otak dan pembuluh, mata, telinga bagian dalam, dan sinus, dada (jantung dan paru-paru), leher, bahu dan tulang belakang, panggul dan pinggul, sistem reproduksi, kandung kemih dan saluran gastrointestinal.

Penggunaan pemindaian CT meningkat dan pasien demikian nyaman, dan waktu pemindaian berlangsung lebih cepat, dan hasil gambar beresolusi tinggi. Ketika berlangsung pemindaian secara cepat, paparan sinar-X menurun, dan hasil gambar baik dengan dosis yang lebih rendah.

Penggunaan CT scan menjadikan pasien menerima radiasi yang lebih sedikit dibanding dengan radiasi yang diterima penumpang pesawat ketika terbang dengan rute lebih lama (jauh).

Sementara itu, pemindai dengan MRI menggunakan medan magnet yang besar dengan pulsa frekuensi radio agar dapat menghasilkan gambar rinci tentang suatu organ, jaringan lunak, tulang dan struktur tubuh internal lainnya.

Perbedaan antara jaringan normal dan abnormal (sering) lebih jelas denga gambar MRI dibanding gambar CT scan.

Radiasi yang digunakan pada proses pemindaian MRI hamper tidak ada. Oleh karena itu, proses pemindaian dengan MRI membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan CT scan.

Para peneliti di Fraunhofer Institute for Medical Image Computing MEVIS di Bremen, Jerman,  telah mengembangkan perangkat lunak yang menganalisis gambar radiologis pasien.

Teknologi alogaritma menghasilkan model dalam tiga dimensi yang detail dari hati dan sistem pembuluh darahnya. Pasokan dan area drainase pembuluh darah dihitung dengan cermat, dan hal itu membantu menentukan risiko (kemungkinan) terjadi strategi reseksi tumor.

Ahli bedah dapat menggunakan informasi ini untuk mempersiapkan operasi mereka secara akurat dengan merencanakan reseksi optimal secara virtual.

Analisis anatomi vaskular di sekitar tumor juga membantu menemukan bagian-bagian penting dari prosedur yang direncanakan. Lebih aman gunakan teknologi algoritma saat operasi hati (Bahan diolah dari laman Fraunhofer MEVIS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *