Menteri Airlangga Hartarto bersama Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishi dan sejumlah pebisnis dari Indonesia dan Jepang (Foto: Rayendra L. Toruan)
Dari kiri dr Kazumi Mio, dr Rie Yomogida sedang menempelkan puchiban–semacam salompas–di bagian yang pegal tubuh seorang peserta simposium hubungan bisnis Indonesia dan Jepang.
Yasuhiko Hayashi executive manager Wakoh Denken perusahaan yang memroduksi puchiban. Sedangkan Toshimitsu Sakuragi general manager Wakoh Denken, menjelaskan puchiban dapat menyembuhkan rasa sakit. Harganya? Hanya Rp300.000 per strip berisikan 60 puchiban (Foto: Rayendra L. Toruan)
Kemala Dewi Tampubolon Investment Service Manager Karawang New Industry Cicy, sekitar 47 km dari Jakarta.
Luas kawasan industri ini masih baru dan tahap pertama seluas 200 ha dan rencana hingga 1000 ha. Sudah terjual 10.kavling, ujar Kemala.
Kepala Promosi, Fumitaka Nakamura dibantu oleh Stanley Suhartono Senior Manager dan Lousa Halim senior manager.
Luas lahan minimal 1 ha dan pihak Karawang New Industry memasarkan lahan dengan harga Rp2,1 juta per meter (Foto: Rayendra L. Toruan)
Deta Indra (kiri) bagian produksi CV Be Frans dan Rizky Mulia senior barista yang jago
meracik kopi bagi para pebinis. Bersama R. Agung Nugraha pemilik outlet OTO COFEE
berencana memasarkan kopi khas Indonesia ke Jepang dan dunia. Mereka mengolah
kopi Arabica dari Aceh, Lintong, Mandheling (Sumut), robusta Lampung, Jawa Barat,
dan Jawa Timur, Bali, Flores, Sulawesi, dan Papua. "Kami mau pasarkan kopi
Indonesia ke Jepang," ungkap R Agung Nugraha (Foto: Rayendra L. Toruan)
Perdana Suyoto staf feknik PT PROANDA SINERGI INDONESIA yang didirikan Dr. Suyoto Rais dan pernah
studi dan berbisnis di Jepang. Dari Jepang, Suyoto membawa teknologi tupro yang digunakan untuk
memperkuat dinding penahan tanah agar tidak longsor. Teknologi yang digunakan adalah cara
penyusunan batu khas Jepang. Teknologi ini dipadukan dengan teknologi modern berbasis Industri 4.0.
"Kami sudah kerjakan dan terapkan di empat proyek milik pemerintah," tutur Perdana lulusan Unsada
(Foto: Rayendra L Toruan)
Keishi Suzuki (kanan) menggantikan Daiki Kasugahara (kiri) yang selama ini sebagai Presiden
Direktur JETRO (Japan External Trade Organization). Bagi pihak yang ingin berbisnis dengan
Jepang, "Silakan dapatkan info di JETRO," ujar Daiki Kasugahara yang segera kembali ke Jepang (Foto: Rayendra L. Toruan)
Beragam tas indah dan unik buatan Huraira asal Surabaya—kualitasnya tak kalah dengan
buatan Perancis. "Kita harus ubah mindset orang kita agar menghargai buatan sendiri," kata
Huraira pemilik Huraira Leather Bag. Huraira telah menguasai teknologi dan cara mendesain
tas berkualitas world class. Ia mematok tas buatannya dari Rp2 juta-Rp20 juta per peaces.
Tahun 2019, Huraira meluncurkan tas berbahan campuran kulit dan emas 24 karat. Huraira
menggunakan bahan baku kulit sapi, buaya, burung kasuwari, ikan, ular, dan sebagainya.
Untuk menyasar orang asing seperti Jepang, Huraira membuat tas yang unik dengan asesoris
menarik dan lucu (Foto: Rayendra L. Toruan)
Dari kiri Iko Pramudiono Deputy General Manager PT Mitsui Indonesia, Akhmad Zainal A Direktur Utama
PT Mitraindo Global Pratama, dan Suharno pebisnis. Ketiga sarjana teknik lulusan ITB ini membagi
pengetahuan bisnis praktis yang mudah dilaksanakan. Pak Akhmad misalnya mengolah beragam dan
limbah menjadi sumber ekonomi—sekaligus memelihara lingkungan. Staf Kedutaan Besar Amerika
Serikat tertarik memelajari usahanya. Beberapa pemkab juga tertarik bekerja sama (Foto: Rayendra L.
Toruan)
Nobuyuki Yamaji (kiri) Wakil Ketua Umum dan Suyoto Rais Ketua Umum organisasi Indonesia Japan
Buiness Network disingkat IJBNet yang digagas oleh kedua pebisnis ini, merencanakan beragam program
kerja sama bisnis dan sinergi agar hubungan Indonesia dan Jepang semakin meningkat. Pengurus IJBNet
dilantik oleh Meneteri Perindustrian Airlangga Hartarto sekaligus meluncurkan IJBNet agar bermanfaat
bagi kedua bangsa (Foto: Rayendra L. Toruan)
Gunther Gemparalam peserta 3 kali program pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada, dan pernah
mengikuti pendidikan Lembaga Ketahanan Nasional, merupakan bekal berharga bagi pembina Usaha
Kecil dan Menengah itu. Gunther supel bergaul—terutama dengan kalangan pejabat—dipercaya
sebagai Sekretaris Jenderal Indonesia Japan Business Network. Sebagai Kepala Staf Gabungan Lembaga
Aliansi Indonesia, ia mengucapkan selamat bekerja kepada pengurus IJBNet. “Kita akan kuatkan para
UKM di Indonesia agar mempunyai daya tahan yang tinggi pada era Industri 4.0,” imbuh ayah tiga anak
ini. (Foto: Rayendra L. Toruan)
Direktur PT Prime Force Indonesia merangkap Ketua Bidang Pengembangan SDM Indonesia Japan
Business Network, Makmur Solahudin menyajikan konsep “Leukeun Service Langkah Awal Menuju
Industri 4.0”—sebaiknya diterapkan di berbagai industri agar mencapai tujuan lebih cepat. Layanan
Leukeun membantu untuk meningkatkan arus barang dan bahan, mendesain ulang zona industri,
mengakomodasi standar keberlanjutan, dan memberdayakan UKM, membangun infrastruktur
digital, dan meningkatkan investasi asing ke Indonesia. Selain itu, konsep Leukeun berperan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, membangun ekosistem inovasi, insentif untuk
investasi teknologi, harmonisasi aturan, dan kebijakan (Sumber foto: PT Prime Force Indonesia/file)
Para pelaku industri harus cepat/tepat merespon kebutuhan pasar jika tidak ingin digilas arus
digitalisasi—terkoneksi tanpa batas dan berubah tiap detik. Perusahaan yang kurang dinamis akan
terbebani biaya misalnya untuk mengupah penambahan karyawan. Ongkos produksi dapat
dipangkas dengan menerapkan konsep dan layanan Leukeun berupa: Leukeun Payroll Service,
Leukeun HRIS, Leukeun Accounting, Leukeun PMIS, Leukeun TMIS, dan Ritel Leukeun. Untuk itu
manajemen PT Prime Force Indonesia menawarkan pelatihan disertai aplikasi perangkat lunak,
perangkat keras, dan sumber daya manusia agar piawai mengoperasikan sistem. Biaya produksi
menurun namun produktivitas justru meningkat. Siap berkolaborasi? (Sumber foto: PT Prime Force Indonesia/file )
PT Takumi Raya Indotech bertindak sebagai sales support Wakohdenken Co.,Ltd., perusahaan bidang
desain dan manufaktur yang bermarkas di Osaka, Jepang. Didukung hanya 25 orang karyawan, di bawah
kepemimpinan Shozo Konoe, mereka mampu merencanakan, merancang, mengembangkan, dan
memproduksi peralatan pencahayaan, power supply LED, switching power supply, IH inverter, dan
sebagainya. Perusahaan ini menggunakan LED, FL (fluorescent lamp), CCFL (cold cathode tube), dan
EEFL (external electrode fluorescent tube). Juga andal mendesain transformator frekuensi tinggi,
mendesain elektronik, dan desain kontrol mikrokomputer sesuai permintaan pelanggan (Sumber foto:
Leaflet Wakohdenken Co.,Ltd.)
Pebisnis Jepang ingin berkolaborasi dengan para pelaku industri makanan di Indonesia. Hal itu tampak
dari keikutsertaan penyelenggara FOODEX JAPAN 2019 saat peresmian Indonesia Japan Business
Network (IJBNet) di Kementerian Perindustrian. FOODEX JAPAN direncanakan berlangsung di Chiba,
Jepang, 5 hingga 8 Maret 2019. Melalui pameran yang diikuti oleh 80 negara termasuk Indonesia,
Jepang ingin menjadi pintu masuk ke pasar Asia. Di Indonesia, penyelenggara yakni Japan Management
Association diwakili oleh PT Aira Mitra Media. Apakah ada acara minum the yang disajikan wanita
berkimono? (Sumber foto: Leaflet FOODEX JAPAN)
Indonesia Japan Business Network 2018 , Hubungan Indonesia dengan Jepang makin meningkat
Para pebisnis dari Indonesia dan Jepang meluncurkan lembaga Indonesia Jepang Business Network di kantor Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
Peresmian dilakukan oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto dan disaksikan oleh Duta Besar Jepang , Masafumi Ishi, dan Presiden Direktur JETRO Jakarta, Daiki Kasugahara.
Hadir juga dari Kadin, Sanny Iskandar yang juga Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri dan Wakil Ketua Umum DPP Kadin.
Melalui Indonesia Japan Business Network para pebisnis dari kedua negara akan saling menjajagi kerja sama bisnis.