Customer Care, F&B Industri

Peluang Bisnis bagi Pelaku Industri Makanan, Pembenahan Lahan Pertanian Mutlak

ShareMerupakan peluang bisnis bagi pelaku industri makanan pasca-pandemi #Coronavirus karena kebiasaan makan bakal tidak berhenti. Yang penting dijaga, pola makan jangan sampai...

Written by Stevie Ayu · 2 min read >

Merupakan peluang bisnis bagi pelaku industri makanan pasca-pandemi #Coronavirus karena kebiasaan makan bakal tidak berhenti. Yang penting dijaga, pola makan jangan sampai mengganggu kualitas Kesehatan. Lahan pertanian menghasilkan sumber pangan yang melimpah. 

Pelaku Industri Makanan
Tindakan lockdown yang dilakukan di beberapa negara di Eropa berdampak terhadap pola makan masyarakat. Tim survei menyimpulkan bahwa kebiasaan warga atau konsumen berpengaruh nanti pasca-pandemi #Coronavirus. (Foto/@: EIT Food)

Menurut survei, meningkatnya signifikansi bahwa makan memegang peranan penting dalam kehidupan orang akan terus berlanjut meskipun lockdown berakhir nanti. 

Peluang Bisnis bagi Pelaku Industri Makanan

Hampir sepertiga konsumen (27 persen ) mengatakan pentingnya memiliki waktu untuk memasak makanannya sendiri,  dan 30 persen  responden akan melanjutkan menikmati lebih banyak variasi makanan setelah pandemi.

Meski masalah keterjangkauan harga makanan masih tetap menjadi prioritas kebanyakan konsumen, sebanyak 32 persen  responden mengatakan bahwa akses makanan dengan harga murah lebih penting—asalkan tidak mengorbankan kesehatan dan nutrisi yang baik. 

Sebaliknya, hampir separuh konsumen (49 persen ) mengatakan tubuh yang sehat menjadi sangat penting sejak adanya merebaknya pandemi COVID-19.

Selain memprioritaskan kesehatan diri, konsumen juga menyatakan banyak perubahan yang memiliki dampak positif terhadap kesehatan planet bumi. 

Contohnya, lebih dari sepertiga responden (35 persen ) mengatakan membeli makanan yang diproduksi di pasar lokal menjadi lebih penting bagi mereka selama pandemi COVID-19

Dan tampaknya tren belanja produk-produk lokal akan terus berlanjut dengan hampir 9 dari 10 orang (87 persen ) mengatakan, mereka akan terus melakukannya pada masa mendatang.

Saskia Nuijten, Direktur Komunikasi dan Interaksi Publik di EIT Food, mengatakan, “Kerentanan sistem makanan kita mengemuka sejak pandemi COVID-19. Konsumen di Eropa mengubah bagaimana mereka berbelanja dan mengonsumsi makanan hampir dalam waktu semalam.”

“Tampaknya belum ada tanda-tanda kembali ‘bisnis seperti biasa’ (impor) meski setelah kebijakan lockdown diangkat. Studi ini menunjukkan konsumen berharap akses yang lebih baik terhadap makanan dengan harga yang terjangkau justru menguntungkan planet dan kesehatan,” Saskia Nuijten melanjutkan.

Saskia Nuijten menguraikan bahwa hal itu merupakan salah satu peluang bisnis bagi para  pelaku industri makanan untuk bertindak ke depan sembari stakeholders merefleksikan bagaimana membangun sistem produksi makanan yang lebih baik.

Pengelolaan  lahan pertanian yang baik menghasilkan bahan pangan yang berkualitas hingga hasil pertanian itu diolah menjadi bahan pangan, dan sampai ke ujung garpu (farm to fork) saat orang makan.

“Solusinya akan bergantung pada kolaborasi, kemitraan lintas-sektor, dan kita nantikan untuk terus bekerja sama dengan para mitra demi mengakselerasi transisi menuju sebuah sistem makanan yang cocok untuk masa depan,” demikian pendapat Saskia Nuijten.

EIT Food yang didukung oleh manajemen EIT membantu sektor agripangan selama masa pandemi demi membangun masa depan makanan yang tangguh dan berkelanjutan. 

Sebagai bagian dari EIT Crisis Response Initiative, EIT Food menyalurkan pendanaan lebih dari €10 juta bagi perusahaan startup yang berpengaruh dan mendukung sektor agripangan sepanjang masa pandemi. 

Sementara proyek How the COVID-19 crisis affects consumer behaviour and consumer demand for food products and services yang dikoordinasikan oleh Universitas Aarhus dan para partner Universitas Queens Belfast, Universitas Helsinki, KU Leuven, Universitas Warsaw, VTT Technical Research Centre Finlandia, dan Spanish National Research Council (CSCI).

Proyek ini menerima pendanaan dari EIT Food, komunitas inovasi atas makanan European Institute of Innovation and Technology (EIT), badan di bawah EU dan Horizon 2020, EU Framework Programme for Research and Innovation.

Data konsumen dikumpulkan secara daring via Aistila Oy (www.aistila.fi), sebuah perusahaan riset. Pengumpulan data dilakukan di 10 negara: Spanyol, Swedia, Jerman, Inggris Raya, Polandia, Italia, Prancis, Yunani, Finlandia, dan Rumania pada tanggal 17 hingga 25 September 2020. 

Sebanyak 5.000 konsumen dewasa berusia 18 ke atas dengan representasi 500 orang per negara yang memenuhi kriteria, dan bertanggung jawab atas pembelanjaan makanan rumah tangga.

Sedangkan  EIT Food adalah organsasi penginisiatif inovasi makanan yang terkemuka di Eropa. Misi lembaga ini adalah menciptakan sektor pangan yang berkelanjutan dan selalu terbarukan.

Inisiatif EIT Food  tersusun atas konsorsium para pemain kunci industri pangan, perusahaan startup, pusat riset, dan universitas-universitas seantero Eropa. 

Instansi ini termasuk salah satu dari delapan Innovation Communities yang dibentuk European Institute for Innovation & Technology (EIT), badan independen EU sejak 2008 untuk mendorong inovasi dan kewirausahaan di seluruh Eropa.

EIT Food berkolaborasi secara dekat dengan konsumen untuk mengembangkan pengetahuan baru dan produk berbasis teknologi dan layanan yang memberikan gaya hidup sehat dan berkelanjutan bagi seluruh warga Eropa.

EIT Food membentuk Rising Food Stars Association yang bertugas sebagai wadah atas perusahaan-perusahaan startup dan scaleup agripangan yang potensial, demi mendukung dan mengasuh perusahaan-perusahaan baru. 

Asosiasi ini bermitra dengan EIT Food, dan memberikan kesempatan bagi para anggotanya untuk berpartisipasi dalam semua aktivitas EIT Food, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian tujuan strategis EIT Food.

Suguhan, sajian, dan misi EIT Food di atas merupakan inspirasi bagi stakeholder di Indonesia yang sedang menyiapkan sentra-sentra estate food di beberapa daerah di Indonesia. Indonesia berpeluang menjadi lumbung pangan bagi ASEAN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *