ASEAN Community, Malaysia

Malaysia Bangun Hubungan Bisnis dengan Uganda

ShareMalaysia bangun hubungan bisnis dengan Uganda yang potensi bisnis masih tersembunyi. Lawatan dilakukan oleh 4 orang pengusaha dari  Dewan Perniagaan dan Industri...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Malaysia bangun hubungan bisnis dengan Uganda yang potensi bisnis masih tersembunyi. Lawatan dilakukan oleh 4 orang pengusaha dari  Dewan Perniagaan dan Industri Melayu, Perak. Jamaluddin Hasan yakin bisnis Malaysia-Uganda akan berlanjut. Industry online media menjembatani.

Jamaludin Hasan (dua dari kiri) bersama rekan bisnis dari Malaysia dan Uganda. Malaysia bangun hubungan bisnis dengan Uganda (Foto: File Jamaludin Hasan)

Uganda berpenduduk 44,7 juta sedang melirik Asia. China, Jepang, dan India telah memanfaatkan peluang pasar di Uganda seluas 77,18 miles2 dengan baik. Uganda termasuk salah satu penghasil minyak, gas, dan tambang lainnya.

Sektor pertanian pun termasuk andalan Uganda. Salah satu produk pertanian yakni kopi yang 90 persen diekspor. Sektor pertanian membutuhkan mesin dan alat produksi yang modern. Ini dimanfaatkan oleh China dan Jepang.

Peluang bisnis di Uganda, menarik bagi para pebisnis dari Malaysia yang diwakili oleh 4 orang yang melakukan lawatan pada September 2018.  Uganda yang terletak di Timur benua Afrika itu menjanjikan prospek bisnis yang cerah.

Penguasa dari Dewan Perniagaan dan Industri Melayu, Perak, ingin mencari peluang “pelaburan” di di sektor pertanian, agro aqua, dan bidang lainnya.

Bertindak sebagai Ketua rombongan Datin Paduka Halimah Abdulah yang pernah menempati posisi sebagai Duta Besar Kerajaan Malaysia di Italia. Ia juga pakar hubungan antarabangsa dan diplomasi. Ia memiliki pabrik bernama Jamalimah Consult Sdn., Bhd.

Kemudian Mayor (purn) Jamaludin Hasan yang menguasai bidang pertanian dan industri. Jamaludin merupakan CEO  tiga perusahaan yakni Jentayu Venture Sdn Bhd.,  Jentay Agro Tech, dan Jentayu Agrofarm.

Sedangkan Abdullah Sani Shaari memahami industri kecil, produsen makanan, dan agroprenur yang dikelola melalui perusahaannya Inflow Global Sdn., Bhd.

Sementara Abdul Hamid Abdul Mutalib ahli peternakan sapi dan pemerosesan daging sapi sejuk beku yang dikelola melalui perusahaan bernama Rizqan Frozen Food.

Uganda termasuk salah satu negara yang menghasilkan ternak sapi di Afrika. Untuk mengolah susu dan daging sapi, Uganda membutuhkan teknologi dan peralatan—kondisi ini merupakan peluang bisnis bagi para pebisnis di Malaysia.

Para penguasa di Malaysia berharap dapat memanfaatkan potensi dagang di bagian Timur Afrika dengan 170 juta penduduk yang berada di Uganda, Zimbabwe, Kenya, Tanzania, Kongo, Sudan, dan Burundi.

Menurut Jamaludin Hasan yang secara ekslusif memberikan informasi kepada Indonesia industry online media—mmindustri.co.id—peluang bisnis di Uganda demikian tingggi.

Menurut Jamaludin, permintaan amat tinggi—ibarat  Malaysia pada itahun 1980-an, sistem perdagangan di Uganda demikian terbuka tanpa hambatan (peraturan) atas mata  uang yang bebas dimasukkan dan dibawa ke luar dari Uganda,

Kebanyakan warga Uganda menerima orang-orang asing yang bebas masuk untuk berbisnis dan melancong di Uganda—tanpa prasangka demikian Jamaludin.

Di sektor pertanian, Uganda menerapkan bio organik tanpa pencemaran bahan Kimia. Semua Jabatan Pemerintah memberi segala jenis bantuan dan kerja sama bagi investor asing. China  memanfaatkan peluang investasi di Uganda yang sedang membangun infrastruktur.

Semua jawatan pemerintahan Uganda menerima dan siap membantu investor asing.Deputy Chief Coordinator (Operation Wealth Creation), Uganda. Malaysia bangun hubungan bisnis dengan Uganda (Foto: File Jamaludin Hasan)

Uganda menggunakan Bahasa Inggeris dan kenagaraannya pun mirip sistem dan tata cara Inggeris yang pernah menjajahnya. Negeri ini memerlukan teknologi pertanian utamnya teknik penanaman jagung, singkong, padi, kelapa sawit, dan pabrik pakan ternak sapi.

Semua jawatan pemerintahan Uganda menerima dan siap membantu investor asing. Jamaludin Hasan dan Letnan Jendertal  Charles Angina (Foto: File Jamaludin Hasan)

Jamaludin Hasan tidak merinci hasil lawatan mereka secara konkrit. Namun, menurut laman monitor.co.ug, Uganda mengimpor barang elektronik, besi dan baja,  mesin pertanian, boiler, dan bahan plastik.

Uganda juga butuh teksil dan pakaian, sikat dan pasta gigi, kendaraan dan kereta api, dan masih banyak lagi kebutuhan Uganda yang tadinya didatangkan dari Italia dan negara-negara lain di Eropa.

China mengekspor beragam komoditi kebutuhan Uganda—nilai ekspor China mencapai  US$985,95 miliar pada tahun 2017, berdasarkan laporan United Nations COMTRADE.

Apakah Indonesia telah memanfaatkan potensi pasar seperti dilakukan oleh Malaysia yang membangun hubungan bisnis dengan Uganda? Kita akan mengupasnya melalui hubungan bilateral Uganda dengan Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *