Customer Care, F&B Industri

Hindari Makanan dari #Coronavirus, Daya Tahan Tubuh Menentukan

ShareKita hindari makanan dari #Coronavirus sesuai dengan arahan tim peneliti. Bagaimana mengetahui suatu makanan terpapar salmonella semisal virus korona? Bayi, balita, dan...

Written by Stevie Ayu · 3 min read >
Hindari Makanan dari #Coronavirus

Kita hindari makanan dari #Coronavirus sesuai dengan arahan tim peneliti. Bagaimana mengetahui suatu makanan terpapar salmonella semisal virus korona? Bayi, balita, dan orang lanjut usia rentan terhadap virus yang terkandung dalam makanan.  Bisnis makanan pun terganggu. Cara mengatasi? 

Hindari Makanan dari #Coronavirus
Kasus keracunan makanan atau salmonella merupakan fenomena yang sering berulang. Daging mentah menjadi sumber infeksi. Jika roti gulung dengan daging terkontaminasi pathogen (gambar kiri) menyebabkan muntah, diare, dan kram perut. Sistem otomatis (gambar kanan) untuk uji sampel dengan mendeteksi patogen. Hindari makanan dari #Coronavirus (Foto/© Fraunhofer IZI-BB)

Siapa pun dapat mengalami keracunan salmonella yakni keracunan makanan. Lebih-lebih  bayi, balita atau anak di bawah usia 5 tahun, orang yang sudah tua, dan orang tertentu yang  imunodefisiensi atau kekebalan daya tahan tubuh sangat rentan atau lemah. 

Bagi orang-orang yang sistem kekebalan tubihnya lemah, penyakit gastrointestinal yang disebabkan keracunan berdampak terhadap komplikasi yang demikian serius. Menjaga daya tahan tubuh sangat menentukan. 

Para ahli memerlukan beberapa hari untuk mendeteksi terjadinya salmonella dalam makanan. Contohnya sebuah tes cepat baru yang dikembangkan oleh para peneliti Fraunhofer mampu  mendeteksi kuman dalam makanan selama (kurang) dari delapan jam.

Bagaimana cara menyimpulkan bahwa seseorang  terkena salmonella? Perhatikan diare penderita, muntah, demam, sakit perut—merupakan gejala keracunan salmonella

Ketika seseorang mengonsumsi produk makanan hewani yang terinfeksi seperti telur dan produk berbasis telur (misalnya Mayones), susu, unggas, makanan laut, atau daging mentah, maka bakteri masuk ke sistem pencernaan orang itu dan memicu  terjadinya gejala yang khas. 

Waktu mendeteksi keberadaan atau kandungan salmonella dalam produk hewani, teknik mikrobiologis tradisional membutuhkan waktu selama empat hari. 

Keadaan itu juga merupakan masalah besar bagi produsen makanan karena berkaitan dengan bisnis. Para produsen makanan tidak dapat menunggu lebih lama. Produk makanan yang dihasilkan industri harus segera didistribusukan namun hasil penelitian harus didapatkan terlebih dulu. 

Jika produk makanan ditarik dari pasar, ongkosnya sangat mahal.  Bagaimana mengatasinya? Prpduk makanan memerlukan metode deteksi yang harus dilakukan dalam waktu lebih cepat.

Tim ahli menggunakan laboratorium mikrobiologi dan analisis makanan milik perusahaan SELEKTIS GmbH. Tim peneliti Institut Fraunhofer untuk Terapi Sel dan Imunologi, Bioanalitik dan Bioproses IZI-BB mengembangkan tes secaraa cepat.

Mereka mampu menentukan suatu makanan yang terkontaminasi dengan salmonella dalam waktu kurang dari delapan jam. Proyek penelitian itu  disponsori oleh Investitionsbank des Landes Brandenburg (ILB),  sebuah bank milik negara bagian federal Brandenburg, Jerman.

ILB  bekerja sama dengan Investitionsbank des Landes Berlin (IBB) dan European Regional Development Fund (ERDF). 

Proses pengayaan bakteri dikurangi menjadi 4-6 jam untuk menghindari waktu lebih dari 7 jam. Pengayaan melibatkan membudidayakan dan menyebarkan mikroba, dan hanya tersedia dalam jumlah terbatas—dalam medium kultur cair yang berlangsung semalam.

Hal itu menimbulkan waktu yang lebih lama karena sejumlah bakteri memerlukan deteksi yang sangat teliti dan akurat. Prosesnya  berlangsung sekitar 18 jam, dan diperlukan tiga hari lagi untuk pengayaan selektif dan inkubasi salmonella di alam media cair tambahan.

Hal itu dilakukan bertujuan untuk  mendapatkan goresan kultur bakteri di piring sekaligus untuk melakukan uji secara serologis. 

Berkat ketekunan dan inovasi, tim peneliti yang mengerjakan proyek itu berhasil mengurangi proses pengayaan yang waktunya lebih dari 18 jam disingkat menjadi 4 atau 6 jam. Hasil ini dicapai dengan menggunakan teknik inovatif saat mengolah bahan salmonella

“Kami melakukan deteksi dengan menciptakan budaya cepat dengan kondisi pertumbuhan yang dioptimalkan khusus salmonella. Dengan menggunakan metode pengayaan inovatif yang  dioptimalkan, kami meningkatkan konsentrasi bakteri sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi bahan,” tutur  jelas Dr. Harald Peter salah seorang peneliti senior Fraunhofer.

Tim peneliti menggunakan metode biologis molekuler hanya beberapa jam. Untuk melakukan ini, DNA salmonella diperkuat dan terdeteksi secara otomatis, sesuatu yang dicapai dengan mengekstraksi DNA salmonella dan menguatkannya dengan cara biologis molekuler.

Kemudian bahan  dapat dideteksi dalama 30 menit lebih lanjut. Untuk pengujian yang cepat, tim Dr. Harald Peter merancang molekul yang secara khusus mendeteksi DNA salmonella

Yang penting adalah memperoleh konsentrasi DNA salmonella setinggi mungkin dalam jangka waktu relatif lebih singkat  untuk deteksi sensitif. Para peneliti menggunakan pewarna fluoresens untuk melabeli DNA yang direplikasi dan mendeteksinya dengan menggunakan molekul penangkap. 

Sistem otomatis direncanakan untuk persiapan sampel dan deteksi pathogen.  Meskipun teknik deteksi biologis molekuler sudah digunakan di laboratorium, cara itu jarang digunakan dalam proses yang sepenuhnya otomatis—sampai sekarang tidak dalam diagnostik makanan. 

Selanjutnya tim Dr. Harald Peter Peter berencana untuk mengembangkan sistem yang secara otomatis melakukan semua prosedur yang dilakukan secara manual, seperti budidaya, pengayaan, replikasi, dan deteksi biologis molekuler. 

Di masa depan, semua komponen yang dibutuhkan diintegrasikan dalam perangkat yang ringkas—berukuran 40 x 40 sentimeter. Para peneliti menggunakan beberapa teknik biologi molekuler khusus, dan melewati langkah-langkah pemurnian misalnya DNA tertentu sehingga secara signifikan menyederhanakan dan mempercepat proses.

Sesuai dengan Undang-Undang Kebersihan Makanan di  Jerman, ditetapkan sampel 25 gram daging yang tidak boleh mengandung satu  pun bakteri salmonella. Dengan demikian, tes cepat baru harus mampu mendeteksi satu bakteri dalam waktu 6 hingga 8 jam. 

Tugas lain dari tim peneliti adalah membedakan salmonella dari mikroorganisme lainnya,  demikian  Dr. Harald Peter. Keuntungan yang besar dari tes itu adalah sistem dan teknik  dapat diterapkan pada patogen jenis makanan lainnya. 

Untuk melakukan ini, molekul tangkapan hanya perlu disesuaikan dengan organisme lain dengan   menggunakan komputer dan basis data gen.

Semoga penemuan-penemuan terbaru di Jerman semakin ampuh agar kita dapat hindari makanan dari #Coronavirus dan memutus sebaran COVID-19 sesegera mungkin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *