Merawat teknologi dan penerapannya seperti di Mercedes-Benz dan Daimler yang dilakukan oleh tim peneliti—kualitas dan kapasitas produksi pun meningkat. Para pekerja terhindari dari kejenuhan. Apakah produsen mobil di Indonesia telah menerapkannya?
Setiap orang yang membeli mobil baru maka dia harus membaca daftar yang ekstra panjang dan variasinya pun meningkat.
Bagi produsen mobil, kehadiran dan kecermatan individu—yakni pembeli mobil—merupakan tantangan besar untuk menciptakan pelayanan yang terbaik.
Banyak komponen mobil dan hampir tidak dapat dibedakan oleh para pekerja di pabrik. Contohnya sabuk pengaman yang digunakam mobil buatan Jerman mirip dengan sabuk mobil buatan prusahaan lainny di luar Eropa.
Oleh karena itu, komponen yang berkaitan dengan safety atau keselamatan pengguna mobil harus dilengkapi dengan barcode dan harus dapat dipindai secara manual.
Dalam proses produksi berbasis digital, penggunaan teknologi RFID justru membebaskan para pekerja di pabrik mobil dari tugas rutin yang kadang membosankan.
Pada saat yang sama penggunaan teknologi RFID memberi para pekerja keamanan karena telah menginstal bagian aplikasi yang tepat dan telah melalui pengujian otomatis.
Bagaimana cara meningkatkan keandalan dan transparansi proses di pabrik mobil? Tim peneliti Institut Fraunhofer—Operasi Pabrik dan Otomasi IFF berlokasi di Magdeburg, Jerman—merilis bahwa proses produksi dan logistik lengkap dengan aplikasi digital berbasis teknologi Industri 4.0.
“Pengadaan tag RFID pada komponen—merupakan akronim identifikasi frekuensi berbasis radio yang secara signifikan meningkatkan keandalan dan efisiensi pada proses produksi,” ungkap Marc Kujath ilmuwan di IFF.
“Kami membuktikan uji coba berdasarkan studi kelayakan serta uji coba melalui frekuensi radio yang kami lakukan berkerja sama dengan produsen Mercedes-Benz Vans di lokasi pabrik di Ludwigsfelde dekat kota bBerlin,” imbuh Marc Kujath.
Sistem RFID tersebut terdiri dari tag RFID pada komponen dan pemindai yang mendukung informasi pembacaan tanpa kontak secara fisik. Tim peneliti telah menyelidiki jenis komponen kendaraan yang paling cocok diidentifikasi hingga 40 bagian.
Apakah perlu melakukan inspeksi otomatis selama perakitan? Dengan melampirkan tag RFID di tiap komponen hal itu sangat penting untuk mencapai keselamatan individu (pengguna movil). Contohnya di kaca spion tersimpan tag dan nomor seri yang mirip dengan barcode.
Memang ada perbedaan yang besar misalanya barcode yang berisikan informasi tentang jenis cermin (spion) atau kaca di dalam mobil di depan kemudi.
Sejumlah tag RFID memberikan banyak informasi misalnya lokasi cermin di kendaraan yang harus dipasang.
Meski berbasis digital, barcode harus dapat dibaca secara manual satu demi satu dengan pemindai genggam. Semua tag RFID dapat dideteksi secara bersamaan meski posisi komponen berbeda dan telah terpasang di lokasi masing-masing.
Artinya tag RFID dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dalam hitungan detik pada setiap waktu dibutuhkan. Dengan demikian proses produksi mobil berlangsung lancar.
Contoh lainnya, saat memasang gandar depan atau belakang, apakah semua komponen mobil sudah diperiksa? Apakah semua komponen yang diperlukan sudah terpasang dengan baik?
Sejauh ini, hal tadi hanya dicatat dalam inspeksi akhir yang dilakukan oleh pekerja dengan memeriksa secara visual dan daftar kertas. “Untuk itu, kami dapat meningkatkan transparansi dengan tag RFID,” tandas Marc Kujath.
Para peneliti di IFF merawat teknologi dan konsep operasional. Tim peneliti membutuhkan beberapa langkah yang diatasi bersama dengan mitra yakni produsen Mercedes-Benz Vans.
Sebagai contoh, tim berhasil mengurangi titik buta dalam perencanaan produksi. Manajer proyek mengetahui lokasi jebakan proses dan dapat mengajukan pertanyaan yang tepat pada waktu yang tepat.
”Kami juga memikirkan peran yang berbeda, karena manajer proyek membutuhkan informasi yang berbeda dari tiap teknisi yang berbeda pula,” tambah Marc Kujath.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh tim peneliti adalah serangkaian uji coba di perusahaan pembuat mobil Daimler.
Apakah sektor otomotif Indonesia telah merawat teknologi dan penerapannya seperti di Mercedes-Benz dan Daimler? Bagaimana manusia bekerja sama dengan robot di pabrik mobil dan manufaktur? Simak di artikel lainnya.