VOL 001 No. 002 / OKT / 2022
Terbit tanggal 07 Okt 2022

Momentum  Bio-CNG Menggantikan LPG

Indonesia semakin intensif meningkatkan penggunaan Biomethane Compressed Natural Gas atau Bio-CNG untuk menggantikan LPG atau Liquefied Petroleum Gas

Pengembangan Bio-CNG dalam skala komersial sebagai bahan bakar di sektor transportasi, substitusi LPG di industri, dan pembangkit listrik—merupakan momentum yang tepat kita lakukan. Lagi pula, Indonesia masih mengimpor LPG dalam jumlah besar hingga saat ini.   

Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi  dan Global Green Growth Institute (GGGI) melakukan Studi Pasar atas penerapan Bio-CNG yang kajiannya berlokasi di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lombok, dan Bangka.

Sementara itu, pada 28 September 2022, PT United Kingdom Indonesia Plantation memulai pembangunan 25 pabrik Bio-CNG di  Blangkahan POrtM, Desa Blangkahan, Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Pembangunan ke-25 pabrik itu merupakan tahap pertama dari proyek Transisi dan Dekarbonisasi Energi Terbesar di Indonesia & Asia Tenggara. Kapasitas tiap satu pabrik Bio-CNG mencapai  15.500 m3 Bio-CNG/hari dengan total 387.000 m3 Bio-CNG.

Menurut siaran pers Kementerian ESDM, diperkirakan ke-25 pabrik itu akan menghasilkan pengurangan 3,7 juta ton CO2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun. Hasil ke-25 pabrik Bio-CNG itu berpotensi menggantikan penggunaan Liquefied Petroleum Gas (LPG).

 LPG merupakan  gas hidrokarbon dalam bentuk cair, dan tidak berwarna, rendah karbon , dan sangat efisien. Ibu-ibu rumah tangga, warung makan, usaha gorengan, pedagang mie bakso keliling,  dan lainnya menggunakan LPG sebagai bahan bakar (kompor gas) untuk memasak. 

Akan tetapi, penggunaan LPG rentan terhadap bahaya jika terjadi kebocoran pada tabung atau pipa LPG—menyebabkan kebakaran yang cepat. Bahan gas LPG tidak berbau, sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung atau pipa gas. 

Salah satu cara peningkatan kontribusi energi baru terbarukan (EBT), pemerintah melakukan subsitusi energi primer dengan memanfaatkan teknologi  guna mengimplementasikan program biodiesel B30, subsitusi bahan bakar padat batubara dengan program Co-firing Biomassa di PLTU, dan pengembangan biogas menjadi Bio-CNG.

Bio-CNG merupakan salah satu jenis EBT yang dapat menggantikan bahan bakar cair, padat, dan bahan bakar gas demikian laman Direktorat Bioenergi Kementerian ESDM. Bio-CNG merupakan pemurnian biogas dengan memisahkan komponen karbon dioksida (CO2), dan  karbontetraoksida (CO4).

Selanjutnya, menghilangkan komponen gas imperitis lainnya untuk menghasilkan gas metan dengan kadar di atas 95 persen—karakteristik biometan mirip dengan CNG. 

Sumber bahan baku untuk dijadikan sebagai Bio-CNG cukup berlimpah di Indonesia seperti limbah crude palm oil (CPO) atau kelapa sawit, limbah pertanian, dan limbah peternakan yang diolah menjadi biogas dan biometan. 

Pengkajian pengembangan Bio-CNG dilakukan di Lombok, NTB dengan memanfaatkan tongkol jagung, dan pelaksanaan proyek untuk pengolahan limbah tapioka di Bangka.

Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengapresiasi upaya grup PT KIS—berkontribusi  signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia—dalam rangka pemanfaatan EBT menjadi sumber energi.

Grup KIS, Anglo-Eastern Plantations PLC, dan PT Unilever bekerja sama untuk membangun proyek Bio-CNG Plant yang mendorong percepatan pencapaian target bauran energi terbarukan 23 persen pada tahun 2025 dan Net Zero Emission tahun 2060 atau lebih cepat, lanjut Edi Wibowo.

PT KIS Indonesia, Anglo-Eastern Plantations, dan PT Unilever Oleochemical Indonesia bersepakat mengembangkan proyek Bio-CNG/Bio-Methane komersial skala besar—guna  menggantikan bahan bakar fosil. 

Pembangunan pabrik Bio-CNG tahap I ditargetkan akan commissioning pada April hingga November 2023. Proyek itu akan menghasilkan volume Bio-CNG mencapai 1.230 MMBtu/hari dengan nilai investasi sekitar US$15 juta.

Grup KIS meningkatkan penggunaan biogas skala industri dengan target pada Desember 2024, akan menyelesaikan 25 pabrik—total investasi sebesar US$110 juta. Pabrik ini akan mengurangi emisi karbon sebesar 3,7 juta ton CO2/tahun—selain tersedia lapangan kerja sekaligus menciptakan  multiplier effect terhadap ekonomi yang berkelanjutan.

Chief Executive Officer PT KIS, K.R. Raghunath mengatakan, grup KIS merupakan leader dalam bidang biogas dan Bio-CNG di Indonesia dan Asia. Pihaknya melakukan commissioning 3 proyek pertama, bekerja sama dengan AEP Group dan Mahkota Group.

Mulai April 2023 hingga November 2023, volume Bio-CNG mencapai 1.230 MMBtu/hari. KIS telah tanda tangan kontrak untuk waktu yang panjang dengan PTPN, AEP Group, Mahkota Group, dan grup lainnya untuk memasok limbah organik.

Pihak Unilever Oleochemical Indonesia siap membeli Bio-Compressed Natural Gas (CNG) untuk  menggantikan bahan bakar fosil—mempercepat tercapainya target Net Zero Emission. 

PT Unilever  merupakan perusahaan yang pertama di Asia/Indonesia yang menggunakan Bio-CNG seagai pengganti bahan bakar fosil dalam skala besar.

Pembuatan Bio-CNG menggunakan limbah kelapa sawit—ini membantu perkebunan/pabrik kelapa sawit guna mengurangi emisi karbon, mengatasi masalah limbah, dan  membantu industri terdekat untuk lebih memanfaatkan EBT—mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan dekarbonisasi. 

Meski potensi cukup besar, penggunaan Bio-CNG belum berkembang secara komersial di Indonesia. Artinya, kita harus inovatif membuat kebijakan keekonomian, memilih/menciptakan teknologi, dan mendesain tata niaga.

Indonesia memiliki potensi besar sumber energi terbarukan. Menurut Kementerian ESDM, total potensi energi terbarukan mencapai 417,8 gigawatt (GW).

Salah satu potensi terbesar berasal dari cahaya matahari sebesar 207,8 GW, arus laut, panas bumi, bioenergi, bayu/angin, dan hidro. 

Akan tetapi, dari total 417,8 GW itu, kita baru berhasil manfaatkan 10,4 GW atau 2,5 persen. Kesempatan bagi anak-anak muda berbisnis—termasuk menciptakan teknologi. 

Salam energi baru terbarukan!

 

Rayendra L Toruan