Indonesia International Shipbuilding
The 8ᵗʰ Indonesia International Shipbuilding , Offshore, Marine Equipments, Machinery & Service Exhibition, 2018
Albert van Wijk (kiri) Direktur PoseidoN Propulsion B.V. perusahaan yang lebih 40 tahun memproduksi kebutuhan industri maritim di Belanda. Sementara Yuzhuo Cao General Manager perusahaan Thrussteader Marine Power System yang bermarkas di Shanghai, China.
Kedua perusahaan yang diwakili oleh kedua pria ini mengaku potensi bisnis dengan Tol Laut di Indonesia demikian besar.
“Saya menawarkan beragam produk yang berkualitas dunia,” kata Albert (Foto: Rayendra L. Toruan)
Rosi Dwi Yulfsni (kiri) staf ahli pengujian dan analisis segala model kapal dan Dewi Kartikasari pemasaran–keduanya dari Balai Teknologi Hidrodinamika, BPPT, dan.bermarkas di Surabaya.
“Kalau kapal yang hendak dibuat, diuji dulu agar sesuai dengan permintaan pengguna,” kata Dewi.
Apakah kapal yang tenggelam di Danau Toba telah lulus uji coba di BPPT? Dewi dan Rosi hanya tersenyum, tidak mau menanggapinya (Foto: Rayendra L. Toruan)
Integritas tinggi dan pengalaman untuk mendukung provider yang melayani telelekomunikasi, demikian teguh diimplementasikan oleh manajemen TeleNet, seperti disampaikan oleh Ihsan Yusup (kiri) Senior Account Manager dan Hengky Sundah Senior Service Manager, keduanya dari perusahaan rintisan TeleNet.
TeleNet dengan broadband IP yang berdiri tahun 2001, melayani bidang telekomunikasi di kapal pelayaran, sektor energi, perkebunan, perkantoran, finansial, dan sebagainya.
“Kami menggunakan VSATVSCPC buatan Intelliana, Korea Selatan, tutur Jajang Taryus S Senior Sales Engineer (Foto: Rayendra L. Toruan)
Jualan bubuk dan pelumas untuk segala jenis kapal. “Kami produksi di Tokyo,” kata Yasuhiro Kashuwagi (3 dari kiri) Direktur DAITO Co.,Ltd., perusahaan penyedia oli untuk kapal.
Indonesia pasar besar, ujar Ziana Mura Presiden Direktur DAITO (2 dari kiri). Selama 3 hari berpameran di Kenayoran, kedua pria ini dibantu Jimmy (kiri), Phoenix (2 dari kanan, gadis Vietnam) dan Karen (1 dari kanan) (Foto: Rayendra L Toruan)
Beragam mesin kapal, spare parts, dan peralatan kapal yang dipasarkan oleh PT JARUM MAS INDONESIA. Albert bagian pemasaran dengan mesin penggerak kapal. Beragam jenis dan kekuatan mesin buatan China yang sesuai dengan kondisi peraiatan (laut) di Indonesia (Foto: Rayendra L. Toruan)
Nida Hamidah sales marketing PT Aaron International Indonesia peruahaan yang memiliki kor bisnis di bidang lifeboat & devil services, lifeboat tanker/non tanker, davits system, pelatihan, fast rescue boat & davits, freeoil lifeboat, commissioning & testing–semua berkaitan dengan safety, ujar Nida (Foto: Rayendra L. Toruan)
Orang Tangerang mampu membuat beragan kapal, demikian Wayne Gregory Mackie (tengah) dari P PT KAHAJAYA MAERINE perusahaan yang bermarkas di Tangerang, Banten. Menurut Gregory, KAHAJAYA fokus membuat boat berukuran besar yang biasanya digunakan untuk survei, kepolisian, alat transportasi di pedelaman seperti di Nias, Papua, dan sebagainya. “Beberapa orang bule membeli boat buatan kami,” kata buah Gregory (Foto: Rayendra L. Toruan)
Bagi yang berminat ahli pengelasan baja khususnya dapat mengikuti pelatihan di Kampuh Welding Indonesia sebuah workshop di Surabaya, Jawa Timur. Dengan membayar hanya Rp2 juta, peserta akan dilatih menjadi mahir di bidang pengelasan dengan sertifikat internasional. Pemilik sertifikat mudah mendapatkan pekerjaan di pengelasan di bawah kaut, perkapalan, tambang dan sebagainya. “Ikut latihan selama 6 minggu, upah besar sudah menunggu,” kata Yuza Jayawardana (Foto: Rayendra L. Toruan)
Pelaksanaan pembangunan Program Tol Laut berpeluang menciptakan beragam bisnis, industri, dan jasa pendukung yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Bisnis turunan atau diversifikasi kegiatan transportasi di kelautan, tidak hanya menyangkut transportasi dan pelayaran nasional.
Sebagai bangsa bahari yang luas lautan atau perairan Indonesia yang luasnya dua pertiga dari luas darat Nusantara, sebetulnya potensi bisnis dan industri justru terdapat di dasar laut di sepanjang kitaran kepulauan Indonesia.
Potensi yang demikian besar di lautan tentunya harus kita gali dengan menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi, alat industri, dan kemudian kita angkut untuk diolah.
Bangsa kita terkenal sebagai pelaut . Akan tetapi, di era digital disruption yang sarat penggunaan Internet of Things, semestinya potensi kekayaan laut justru hassil yang kita gali, sebaiknya untuk mensejahterakan rakyat kita.
Artinya, ketenaran nenek moyang mengarungi gelombang di samudera justru kita aplikasikan dalam bentuk, kemampuan persaingan kita di samudera persaingan yang ketat.
Bagaimana kesiapan para pelaku industri di bidang kelautan ?