AUTO-TECH, Materials

Spesis Dandelion nan Cantik Sumber Rejeki dan Bisnis, Bahan Karet Sintesis

ShareTanpa diimpor spesis dandelion nan cantik merupakan sumber rejeki dan bisnis—diolah menjadi bahan karet sintesis. Tanaman ini terbang dari daratan Eropa dan...

Written by Jeremius Bawono · 3 min read >
Bahan Karet Sintesis

Tanpa diimpor spesis dandelion nan cantik merupakan sumber rejeki dan bisnis—diolah menjadi bahan karet sintesis. Tanaman ini terbang dari daratan Eropa dan menyebar di Nusantara. Bagaimana ilmuwan mengolah dandelion menjadi bahan karet? Kenapa ban berwarna hitam?

Bahan Karet Sintesis
Akar tanaman (spesis) dandelion mengandung lateks karet alam yang dapat diolah menjadi bahan pembuatan ban atau roda kendaraan (kiri, foto: wiki.opensourceecology.org). Gambar kanan merupakan ban dengan bahan baku dandelion. Spesis dandelion nan cantik sumber rejeki dan bisnis, bahan karet sintesis (Foto:  greenbuildermedia.com)

Jangan anggap remeh terhadap spesis dandelion atau bunga yang ketika berbunga menghamburkan warna kuning nan cantik. Fungsi spesis ini bukan hanya penghias belaka.

Tanaman yang semula dianggap liar—sebagai penghias alam semata—punya potensi baik untuk protein, bahan farmasi, dan bahkan—ini yang paling penting dandelion memiliki lateks yang dapat diolah menjadi bahan karet sintesis.

Dibanding dengan pohon karet yang menghasilkan bahan karet alami, spesis  dandelion tidak sensitif terhadap perubahan cuaca. Artinya, para petani mudah membudidayakan spesis dandelion.   

Menurut Ken Fern yang menulis di laman opensourceecology.org lebih dari  60 spesis yang mengandung lateks dan dapat diolah menjadi bahan karet sintesis.

Contohnya adalah dandelion, milkweed, thistle, kacang tanah, dan sebagainya. Polandia telah membudidayakan  dandelion sejak Perang Dunia II. Apakah Polandia sudah menggunakan lateks dandelion sebagai bahan pembuat karet sintesis?

Sedangkan Universitas Negeri Ohio (Amerika Serikat) pernah meneliti potensi dandelion dengan  dana sebesar $3 juta pada tahun 2008. Tidak dijelaskan rincian hasil penelitian itu.

Yang pasti, para peneliti di Fraunhofer IME (Jerman)  sukses menyelidiki bahan karet dari dandelion. Persis seperti pohon karet, spesis dandelion memiliki 95 persen bahan karet (lateks) yang disebut poliisoprena.

Sisanya yakni lima persen lainnya merupakan komponen organik berupa protein atau lipid.

Tim pakar menyimpulkan, keuntungan dandelion yang mengandung lateks (rubber)—dibanding karet alami—spesis dandelion memiliki suksesi generasi hanya dalam tiga bulan, sedangkan pohon karet lebih dari tujuh tahun barulah menghasilkan karet (getah).

Artinya, kita dapat memanen potensi lateks dari dandelion pada bulan keempat. Bahan lateks itu dapat dibuat menjadi karet—merupakan titik awal yang cukup ideal untuk menyelidiki pengaruh komponen organik pada karakteristik karet sintesis.

Untuk  mencapai tujuan utama, para peneliti menghilangkan komponen organik utama yang tercampur dengan cara yang ditargetkan.

Kemudian tim pakar mengidentifikasi komponen or-ganic utama untuk mengetahui  perilaku (karakteristik) abrasi (kerusakan) karet sintesis.

Selanjutnya, para peneliti dari lembaga Fraunhofer IAP mensintesiskan karet BISYKA yakni poliisoprena yang difungsikan dengan kemurnian mikro-struktural tinggi dari tiap biomolekulnya.

Sementara itu, tim pakar di Fraunhofer IWM dan IMWS melanjutkan penyelidikan karakteristik bahan untuk memperoleh varian karet. Untuk melakukan hal itu, tim peneliti menggunakan kristalisasi ekstensional.

Jika kita meregangkan karet alam hingga tiga kali panjangnya—misalnya dari 30 cm menjadi 90 cm—secara otomatis daerah kristal membentuk  bagian (karet) yang diregangkan itu menjadi keras. Analoginya dengan lateks dari dandelion?

“Kristalisasi ekstensional dari karet BISYKA (sintesis) sama dengan karet alam,”  jelas Dr. Ulrich Wendler pemimpin proyek pembuatan karet sintesis BISYKA.

Ketika manufaktur membuat atau memroduksi ban truk secara massal, bahan karet dicampur dengan karbon hitam. Oleh karena itu, hampir semua roda kendaraan bermotor  termasuk ban truk selalu tampak berwarna hitam.

Warna hitam memperlihatkan suatu kekuatan, tangguh, anggun, dan perkasa. Ban raksasa yang berdiameter 2 meter dan roda pesawat udara selalu dominan berwarna hitam.

Sedangkan ban yang berwarna merah misalnya atau warna lain dicampurkan dengan silikat ke dalam campuran, dan bukan menggunakan karbon hitam.

Akan tetapi, kita jarang melihat ban berwarna merah misalnya sepeda motor gede yang ditunggangi oleh para pembalap kaliber dunia pada seri balapan  MotoGP. Warna ban Repsol HONDA milik Marc Marquez, dan Dani Pedrosa (Repsol Honda) berwarna hitam.

Warna roda Movistar Yamaha milik Valentino Rossi, Maverick Vinales (Movistar Yamaha), Andrea Dovizioso (Ducati), Jorge Lorenzo (Ducati), Andrea Iannone (Suzuki Ecstar), Alex Rins (Suzuki Ecstar), Aleix Espargaro (Aprilia Racing), dan pembalap lainnya menyetir moge dengan ban berwarna hitam.

Sementara itu, tingkat keahlian tim peneliti di Fraunhofer ISC diuji secara ilmiah dan komersial. Bagaimana tim ilmuwan menghasilkan jenis baru pengisi silika yang dapat mengarah ke pilihan yang optimal seperti karet alam yang dominan digunakan di sektor industri otomotif?

Setelah dites secara praktis, tim peneliti menyimpulkan karet sintesis sangat mengesankan. Karet BISYKA kemudian dikembangkan dan diuji: apakah bahan ini menjanjikan kristalisasi sesuai ekstensi yang diharapkan oleh tim peneliti?

Para peneliti meneruskan pertanyaan di atas kepada mitra eksternal yakni para pelaku industri dan  lembaga independen untuk melakukan penelitian lebih mendalam. Tim peneliti di Fraunhofer tidak boleh mengintervensi tim peneliti independen.  

Perusahaan Prüflabor Nord memroduksi  empat ban mobil dengan bahan baku (raw materials) dari bahan BISYKA—buatan tim peneliti Fraunhofer . Dan kemudian hasilnya dikomparasi dengan ban yang menggunakan bahan karet alam.

Pengujian dilakukan secara langsung yang dipasangkan pada mobil yang bergerak di 700 sirkuit dengan satu arah. Uji coba lain di 700 sirkuit yang arahnya berseberangan di 700 sirkuit sebelumnya.

Bagaimana hasilnya? Dengan ban karet alam yang beratnya 850 gram lebih ringan kehilangan 0,94 milimeter pada bagian luar (tapak)—setelah dilakukan  pengujian.

Sedangkan uji coba dengan menggunakan ban BISYKA berbahan karet sintesis yakni lateks dari dandelion, bagian luar ban kehilangan hanya  600 gram dan 0,47 milimeter tapak.

Hambatan terhadap rolling (perputaran) ban dengan karet sintesis lebih baik. Sementara karet alam mencapai skor C pada label lampu lalu lintas dari rolling resistance, sedangkan ban berbasis BISYKA dengan bahan lateks dandelion mencapai skor B.

“Kami hanya melakukan tes pada tahap awal dengan ban campuran BISYKA dan prospeknya sangat menjanjikan. Langkah selanjutnya, tim kami ingin mengoptimalkan karet BISYKA, terutama menyangkut proporsi dan komposisi komponen organik,” imbuh Dr. Ulrich Wendler optimis.

Tim peneliti mengadaptasi formula senyawa tapak (bagian luar ban) untuk ban truk dengan karet sintesis.  Tim peneliti yakin mitra kerja sama yakni pelaku industri siap memroduksi karet BISYKA secara komersial.

Sesungguhnya spesis dandelion nan cantik sumber rejeki dan bisnis penghasil bahan karet sintesis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *