Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Perangkat Lunak Melacak Posisi Tumor

ShareTim membuat demonstrasi  teknologi dengan mengaplikasikan metode baru ke buah dada imitasi yang terbuat dari gel silikon. Tujuannya melakukan simulasi pengaturan klinis...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >

Tim membuat demonstrasi  teknologi dengan mengaplikasikan metode baru ke buah dada imitasi yang terbuat dari gel silikon. Tujuannya melakukan simulasi pengaturan klinis secara nyata.

Sampel jaringan bauh dada yang diambil selama proses biopsi.(Sumber foto/©: ASTIER–CHRU LILLE. BSIP/ Science Photo Library/Agentur Focus)

Bagaimana lanjutan hasil penelitian tim?  Dalam pendekatan baru tim ahli, pasien hanya perlu untuk menjalani satu pindaian MR (magnetic resonance) sebelum dokter melakukan biopsi yang sebenarnya. Perbedaan pentingnya adalah bahwa MR dan gambar USG (ultrasonografi) telah direkam pada waktu yang sama.

Sekali dilakukan, biopsi dengan menggunakan hasil USG dapat dilakukan di ruang pemeriksaan normal. Kunci dari solusi ini adalah sebuah algoritma komputer yang menggunakan deformasi jaringan diterima secara real time dari data USG untuk komputasi kembali gambar MR.

Ini membuat gambar MR baru yang mempertimbangkan deformasi akibat pergerakan pasien–agar timbul impresi (kesan) bahwa pasien masih di dalam pemindai MR selama proses biopsi berlangsung.

“Hal ini memberi dokter dua sumber informasi untuk menuntun prosedur biopsi,” kata manajer proyek IBMT Steffen Tretbar. “Mereka tak hanya memiliki gambar USG tetapi juga gambar MR terkomputerisasi di mana posisi tumor yang dicurigai dan tampak lebih jelas.”

Para ilmuwan Fraunhofer harus menghadapi sejumlah tantangan dalam membangun dasar teknologi yang dibutuhkan. Tim IBMT bertugas dalam pengembangan pemindai USG yang mampu beroperasi dalam kondisi bersamaan dengan pemindai MR.

Agar dua sistem tersebut dapat berfungsi secara paralel, ukuran transducer USG harus sekecil mungkin, supaya dapat diintegrasikan di  ruang terbatas yang tersedia. Alat tersebut juga harus dapat berfungsi  dengan baik dalam medan magnetik kuat yang dihasilkan di dalam pemindai tanpa memengaruhi kualitas gambar MR.

“Solusi tersebut memerlukan pembuatan desain sistem yang diadaptasikan pada lingkungan MR yang mana probe USG kecil ditautkan pada kulit pasien, sama seperti elektroda yang digunakan pada saat pemeriksaan ECG” cerita Tretbar. EKG atau ECG yakni  elektrokardiogram adalah tindakan medis berupa tes diagnostik yang umum dan digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung.

Perubahan tubuh

“Sistem ini dapat dirotasian secara mekanis untuk mendapatkan gambar USG tiga dimensi.” Manfaat lain dari sistem baru ini adalah kecepatannya tinggi yang memungkinkan untuk merekam gelombang USG yang direfleksikan oleh jaringan dengan kecepatan hingga tiga ribu gambar per detik.

Sebagai pembanding, alat ini yang biasanya digunakan di ruangan dokter tidak dapat memproses lebih dari 50 gambar per detik.

Para ahli teknologi informasi MEVIS mengembangkan perangkat lunak pelacak baru untuk mendukung proses penggambaran USG. Ini diperlukan karena pemindai MRI mengharuskan pasien untuk tengkurap sementara biopsi diambil saat pasien telentang.

Perubahan posisi ini mengubah bentuk buah dada pasien dan lokasi relatif tumor. Probe USG merekam perubahan lokasi tumor akibat perubahan posisi tubuh dengan real time, dan perangkat lunak pelacakan menganalisa pergerakan tersebut dan menggunakannya untuk memperbarui gambar MR yang asli.

“Sebagai hasilnya,” penjelasan Matthias Günther, “gambar MR dapat diadaptasikan secara real time ke posisi pasien yang berubah, membuat jarum dapat diarahkan ke bagian tumor dengan akurasi yang lebih besar dibandingkan hanya menggunakan gambar USG saja.”

Sementara itu tim ini membuat demonstrasi  teknologi dengan mengaplikasikan metode baru itu ke buah dada imitasi yang terbuat dari gel silikon untuk melakukan simulasi pengaturan klinis secara nyata.

Monitor probe USG berubah sesuai bentuk buah dada saat bergerak ke posisi yang berbeda, dan perangkat lunak memakai informasi ini untuk memodifikasi gambar MR yang direkam sebelumnya.

Para peneliti telah mencapai tujuan yang mereka tentukan melalui proyek  MaRIUS. Tahap berikutnya adalah untuk meningkatkan prosedur dan mengujinya dalam studi klinis.

“Kami berkolaborasi dengan staf rumah sakit untuk membuktikan bahwa teknologi ini dapat diandalkan. Tapi hingga saat itu, tentu saja kami perlu mengerjakan banyak hal,” kata Günther.

Bagaimana teknologi baru ini menguntungkan untuk aplikasi lainnya? (Bahan diolah dari Better biopsies tulisan Frank Grotelüschen, Fraunhofer)

Simak TEKNOLOGI Biopsi (3)

Mendeteksi Gumpalan dengan Mudah, Begini Caranya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *