Energi, Renewable Sources

Bagaimana Indonesia Menyambut Energi Baru Terbarukan ?

ShareBagaimana Indonesia menyambut energi baru terbarukan hingga tahun 2025?  Apakah Indonesia mampu mencapai target bauran sebesar 23 persen? Bagaimana Pertamina mengembangkan energi...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Menyambut Energi Baru Terbarukan

Bagaimana Indonesia menyambut energi baru terbarukan hingga tahun 2025?  Apakah Indonesia mampu mencapai target bauran sebesar 23 persen? Bagaimana Pertamina mengembangkan energi baru terbarukan?

Menyambut Energi Baru Terbarukan
Dari kiri  Yanuar Chandra, Direktur Buisness Development, Herutama Trikoranto  Ketua Pelaksana the 7th IndoEBTKE Conex 2018, Suryadarma  Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia,  Harris  Direktur Aneka Energi  Baru dan Energi Terbarukan, dan Andriah Feby Misna  Direrektur Bioenergy. Bagaimana Indonesia menyambut energi baru terbarukan (Foto: Rayendra L. Toruan)

Sebagai bagian dari upaya mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam rangkaian pencapaian target energi, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI)   menyelenggarakan The 7th Indonesia EBTKE ConEx di Balai Kartini, Jakarta pada 29-31 Agustus 2018.

Mengusung tema Investment Breakthrough to Achieve Renewable Energy Target, penyelenggara melaksanakan pameran, konferensi, lomba membuat poster, dan penulisan paper—sebagai bagian yang  mendukung upaya pengembangan sumber energi alternatif di tanah air.

Penyelenggaraan Indo Ebtke Connex bertujuan mendesiminasikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang pentingnya mendorong penggunaan energi baru terbarukan secara optimal sebagai salah satu solusi untuk membangun ketahanan energi nasional.

Energi baru terbarukan (EBT) bukan saja berperan dalam peningkatan penyediaan energi untuk mencapai target bauran 23 persen pada tahun 2025. Akan tetapi, juga mendukung percepatan penyediaan akses energi modern dan berkontribusi dalam program penurunan gas rumah kaca.

Melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Kementerian ESDM, pemerintah mendukung kegiatan Indo EBTKE Conex 2018 sebagai salah satu kesempatan bagi seluruh pemangku kepentingan EBTKE untuk bersama-sama melakukan upaya terobosan.

Tujuannya adalah untuk mencapai percepatan pengembangan energi baru terbarukan dapat dilaksanakan demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam hal pemanfaatan energi.

Selain itu, merupakan kewajiban generasi saat ini untuk menjaga keberlanjutan ketersediaan energi bagi generasi anak cucu kita mendatang.

Ketua Masyarakat Energi Terbarukan (METI), Suryadarma menyatakan The 7th Indonesia EBTKE ConEx 2018 merupakan kegiatan yang menghadirkan pihak-pihak berkepentingan dalam energi nasional.

Para pihak yang terlibat adalah pemerintah, pelaku industri, para pakar energi, dan para pemangku kepentingan lainnya yang mencarikan cara memperkuat ketahanan energi nasional.

Ia menambahkan, konferensi difokuskan pada upaya mencari berbagai inovasi untuk mengurai hambatan dalam pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.

Surtadarma berharap hasil diskusi menghadirkan praktisi–praktisi di bidang energi baru dan terbarukan bisa menjadi masukan berharga bagi pemerintah, khususnya terkait Kebijakan Energi Nasional dan Rencana Umum Energi Nasional.

Sementara itu, Ketua Peyelenggara, Herutama Trikoranto menjelaskan The 7th Indonesia EBTKE ConEx 2018 ditargetkan mampu melibatkan 6.000 pengunjung, 50 perusahaan, dan 1.800 orang delegasi yang bekecimpung di bidang energi baru dan terbarukan dari berbagai negara di dunia.

​Energi baru terbarukan (EBT) semakin gencar dikembangkan oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Diversifikasi bahan baku yang memanfaatkan sumber daya alam ini diharapkan dapat menjadi sumber energi utama di kemudian hari.

Untuk itu, perusahaan pelat merah Pertamina berkomitmen mengembangkan potensi energi yang melimpah di alam Indonesia.

Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah menetapkan bauran EBT pada 2025 sebesar 23 persen. Tentu, butuh konsistensi banyak pihak agar angka ini dapat tercapai. Di sinilah Pertamina menunjukkan perannya terhadap target tersebut.

Pertamina ikut mengembangkan EBT sejumlah upaya seperti pengadaan sumber daya listrik. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan akselerasi perkembangan teknologi demi tersedianya energi baru.

Target jangka menengah adalah pengembangan EBT yang difokuskan pada geothermal, bioenergy, dan solar panel. Geothermal menjadi salah satu potensi EBT yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan transisi energi.

Dengan demikian, ketersediaan energi serta kebersihan lingkungan dapat terus dijaga. Hingga kini, Pertamina telah meraih peningkatan produksi geothermal sebesar 31 persen yakni 2.932 GWh.

Pencapaian itu menjadi salah satu tolok ukur keseriusan Pertamina dalam pengembangan EBT ramah lingkungan. Konsumsi biodiesel dalam negeri mencapai 2,7 miliar liter pada 2016. Pada 2020 diproyeksikan konsumsi biodiesel mencapai 3,9 miliar liter Biodiesel 30 (B30).

Pertamina mengelola operasi pasokan Biodiesel di 60 terminal di seluruh Indonesia. Tantangan akan muncul dalam implementasi mencapai standar Biodiesel 30 yang akan diterapkan pada tahun 2020.

Sementara itu, pengembangan solar panel sudah diterapkan Pertamina di wilayah operasi Pertamina, kawasan perkantoran, Zona Ekonomi Khusus, dan industri.

Pertamina mendapatkan tugas dalam mendorong kemandirian energi Indonesia, juga senantiasa berupaya melakukan inisiatif dengan menggali permasalahan yang menjadi tantangan dalam pengembangan energi baru terbarukan dan menghadirkan solusi bagi hal ini.

Mari mencari jawaban, bagaimana Indonesia menyambut energi baru terbarukan melalui pameran dan konferensi akhir Agustus 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *