Memelihara kesehatan dengan layanan digital harus di terapkan di Asia—agar kasus pelayanan pasien yang macet seperti pernah terjadi di rumah sakit di Indonesia, China, dan Jepang—tidak terulang. Tanpa dukungan infrastruktur dan digital driver, pasien tidak terlayani dengan baik.
Rumah Sakit tidak boleh hanya memikirkan profit semata. Direktur Global Sektor Kesehatan Alcatel-Lucent Enterprise (ALE), Nicole Hill sangat ingin membuat setiap pasien yang mendambakan kesehatan lebih nyaman.
Jika pasien mendapatkan pengalaman yang lebih baik selama perawatan syaratnya adalah memelihara kesehatan dengan layanan digital mutlak dilakukan oleh manajemen rumah sakit.
Untuk itu, tim medis yang melayani para pasien harus memastikan perawatan yang berkelanjutan. Misalnya data pasien mudah diakses, demikian juga fasilitas kesehatan yang terhubung cepat dengan memanfaatkan kekuatan Internet.
Nicole Hill menjelaskan bahwa tingkat perawatan kesehatan telah memasuki gelombang kedua digitalisasi di Asia—bergerak cepat dengan catatan medis berbasis elektronik—Emergency Medical Retrieval Service (EMRs).
Penggunaan teknologi digital yang berkaitan dengan setiap tindakan medis seorang pasien harus menggantikan pelayanan konvensional.
Pemanfaatan teknologi semakin penting dan strategis untuk menciptakan transformasi digital yang menyediakan layanan kesehatan bagi para pasien. Di Asia, perawatan kesehatan melalui transformasi digital mengalami peningkatan.
Penggunaan teknologi baru seperti konektivitas yang dapat diterapkan, telemedicine, dan IoT (Internet of Things) sudah diterapkan di rumah sakit, klinik, dan rumah-rumah perawatan lainnya—semuanya bertujuan untuk mengoptimalkan jalur pelayanan perawatan.
Manajemen pelayanan kesehatan harus berusaha mengurangi masa tinggal (rata-rata) pasien di rumah sakit. Rumah sakit harus mampu meningkatkan kesejahteraan pasien bukan semata-mata mencari profit.
Apakah hal itu dapat dicapai? Selain niat dari pengelola, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya harus memiliki infrastruktur yang tepat untuk mendukung perangkat dan aplikasi baru—di garis terdepan dari perawatan kesehatan.
Jika rumah sakit masih menganut sistem yang terbatas maka keadaan itu akan menghambat adopsi teknologi dan keamanan pasien akan terbengkalai.
Jangan terulang lagi kasus Ransomware yang menimpa rumah sakit di China, Indonesia, dan Jepang belum lama ini—memacetkan pelayanan pasien—karena gangguan sistem Teknologi Informasi.
Mencapai batas hasil perawatan kesehatan yang lebih baik mutlak diterapkan di rumah sakit. Penyedia layanan kesehatan di rumah sakit di Asia tidak boleh kebal terhadap peningkatkan harapan para pasien.
Peningkatan harapan itu dapat dicapai jika manajemen rumah sakit mengadopsi teknologi digital terbaru. Harap diingat, bahwa pasien sekarang ini mudah mengakses berbagai informasi medis secara online.
Warga makin terbiasa dengan layanan dan konektivitas digital. Oleh karena itu, memelihara kesehatan dengan layanan digital bukan sekadar angan-angan lagi pasien. Tim medis dan manajemen rumah sakit hatus mampu mewujudkannya.
Sambil belajar cara menggunakan konektivitas yang disempurnakan berbasis digital, dokter, perawat, dan bidan serta manajemen rumah sakit harus meningkatkan kompetensinya di bidang konektivitas jaringan karena hasilnya berdampak terhadap pelayanan kesehatan pasien.
Apakah dokter dan perawat harus memantau pasien dalam 24 Jam merupakan tantaungan bagi para penyedia layanan kesehatan saat ini. Untuk memenuhi harapan layanan yang baik itu ya gunakan digital. Memelihara Kesehatan dengan Layanan Digital.
Dokter dan Perawat harus Memantau Pasien dalam 24 Jam 