MANEJEMEN&SAFETY, Safety

Kuman Menyertai Penumpang Pesawat-Kapal-Kereta-Bus … ini Teknologi Pencegahan

ShareMenurut badan kesehatan dunia (WHO) risiko epidemi global terus meningkat. Bagaimana mencegah bibit penyakit agar tidak ikut menumpang? Bandara paling rentan terhadap...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >
Teknologi Pencegahan

Menurut badan kesehatan dunia (WHO) risiko epidemi global terus meningkat. Bagaimana mencegah bibit penyakit agar tidak ikut menumpang? Bandara paling rentan terhadap agen infeksi.

Isabel Steppert ilmuwan di Fraunhofer IZI, melakukan penelitian dan pengukuran sampel melalui proyek HyFly. Kuman menyertai penumpang pesawat-kapal-kereta-bus … ini teknologi pencegahan (Foto/©: Fraunhofer IZI)

Beragam virus atau pemicu orang jatuh sakit selalu ikut di perjalanan misalnya saat naik pesawat.  

Perjalanan lintas udara global bukan hanya orang-orang (penumpang) dan barang logistik. Ternyata  agen infeksi yakni “bibit penyakit” juga melakukan perjalanan lewat udara, laut, dan transportasi darat—bahkan lewat udara itu sendiri.

Kita tidak pernah menginginkan penumpang gelap itu menyertai perjalanan. Akan tetapi, agen infeksi itu ikut saja melakukan perjalanan jauh dalam hitungan jam. Pemicu jatuhnya orang sakit terbang atau menikmati perjalanan tanpa bayar ongkos perjalanan.

Di udara, kuman penyakit demikian mudah menyebar tanpa terkendali. Bagaimana kita menghambat penyebaran kuman itu?

Kita berterima kasih kepada para peneliti yang menekuni pekerjaan melalui proyek penelitian yang dinamai HyFly. Penelitian itu bertujuan membangun landasan ilmiah untuk memutus rantai infeksi atau penyebaran kuman sedapat mungkin syukur-syukur dapat mencegah pandemik.

Salah satu cara dari tim peneliti yang berharap dapat mencapai hasilnya dengan menggunakan metode non-invasif untuk mengidentifikasi individu yang terinfeksi berdasarkan komponen dalam napas.

Kita ingat bahwa sebuah bandara merupakan hub yang menjadi lokasi penyeberan patogen dari satu negara ke seluruh dunia.

Contohnya, penyakit demikian mudah menular menyebar dengan cepat melalui udara melintasi negara-negara dan benua tanpa pernah “minta izin” kepada negara setempat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa risiko epidemi global terus meningkat. Untuk mengatasinya, dunia memerlukan strategi anti-infeksi baru.

Di sinilah proyek penelitian bersama HyFly demikian penting dan telah menghabiskan Euro 2,6 juta yanmg berasal dari inisiatif Kementerian Pendidikan dan Riset InfectControl 2020 pemerintah Jerman.  

Tim peneliti dan mitranya dari pelaku industri dan penelitian mengembangkan strategi untuk menghambat rantai infeksi dalam transportasi udara dan menetapkan tindakan pencegahan yang efektif sebagai tindakan pencegahan kuman yang bertransportasi melalui udara.

Proyek ini diharapkan dapat memberikan rencana aksi konkrit bagi manajemen dan operator tiap  bandara dan maskapai penerbangan. Bagaimana cara diagnostik non-invasif untuk mendeteksi agen infeksi atau kuman?

Salah satu caranya dengan mencoba untuk mengendalikan jalur migrasi melalui pendeteksian infeksi dengan cepat dan efisien ketika penumpang menjalani proses check ini di bandara tanpa harus  menggunakan metode biologi secara molekuler.

Para peneliti di Institut Fraunhofer untuk Terapi Sel dan Imunologi IZI telah  membangun metode non-invasif untuk mencapai tujuan penelitian berdasarkan pada spektrometri mobilitas ion (IMS), demikian rilis Fraunhofer IZI.

Metode biologis molekuler tidak cocok di sini, karena terlalu banyak waktu yang dibutuhkan. Kami mengandalkan spektrometri mobilitas ion (IMS) yakni metode non-invasif yang tidak memerlukan  smear apa pun atau sampel darah dan air liur. Metode ini terbukti berhasil dalam mendeteksi obat-obatan dan residu bahan peledak di bandara di seluruh dunia selama bertahun-tahun,” tutur Dr. Dirk Kuhlmeier, Manajer Kelompok Kerja MicroDiagnostics di Fraunhofer IZI.

Tim peneliti mengembangkan sistem yang membedakan bakteri satu sama lain dalam hitungan menit berdasarkan senyawa organik yang mudah menguap (VOC)—merupakan komponen yang berasal dari nafas manusia.

“IMS terkenal karena menawarkan secara cepat dan sensitif mendeteksi senyawa organik yang mudah menguap langsung di udara,” tandas Dr. Dirk Kuhlmeier.

Menggunakan kromatografi gas, komponen nafas pertama kali dipisah dan kemudian dipindahkan ke spektrometer mobilitas ion gabungan, di mana partikel bermuatan diproduksi.

“Molekul VOC yang mudah menguap dan netral terionisasi oleh energi tinggi,” Kuhlmeier menjelaskan metodenya.

“Molekul bermuatan bergerak ke arah detektor dengan sangat cepat di medan listrik homogen. Sebuah molekul dapat dicirikan berdasarkan waktu penyimpangan yang diperlukan sebelum menyerang elektroda, dan bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan komposisi VOC tertentu. ”

Tes laboratorium awal telah berhasil diselesaikan, dan prosedur diagnostik non-invasif yang baru dikembangkan memiliki potensi besar untuk membedakan antara patogen yang berbeda. Tim terus mengoptimalkan metode yang ditemukan.

Rencana tim peneliti melanjutkan penyempurnaan diagnostik di Hub Proyek Fraunhofer baru untuk Mikroelektronik dan Sistem Optik untuk Biomedik. Hub Proyek di Erfurt telah diresmikan  oleh Presiden Fraunhofer Prof. Reimund Neugebauer pada 19 Oktober 2018.

Ikut meresmikan adalah Menteri Thuringian yang menanangani Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat Digital, Wolfgang Tiefensee. Studi praklinis dijadwalkan selesai pada tahun 2019.

Tim peneliti di Leipzig melakukan tes lebih lanjut untuk menganalisis pengaruh asupan makanan pada nafas dan untuk memeriksa bagaimana hal itu memengaruhi diagnosis.

Semoga temuan para peneliti meningkatkan keampuhan teknologi untuk mencegah  kuman menyertai penumpang pesawat-kapal-kereta-bus agar perjalanan semakin nyaman dan safety.  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *