Jawa

Indonesia Siap Produksi Pesawat Typhoon?

ShareDirgantara Indonesia mampu produksi CN-235, memasok komponen pesawat Airbus A-380, dan helikopter NAS-332 Super Puma di bawah lisensi Airbus Helicopter. Apakah F-16...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Dirgantara Indonesia mampu produksi CN-235, memasok komponen pesawat Airbus A-380, dan helikopter NAS-332 Super Puma di bawah lisensi Airbus Helicopter. Apakah F-16 buatan Amerika Serikat, Sukhoi Su-35 (Rusia) atau JAS 39 (Skandinavia) yang akan dipilih Indonesia?

Pesawat tempur Eurofighter beraksi di ketinggian udara. (Sumber foto/@:  http://www.militaryfactory.com/aircraft/imgs/eurofighter-typhoon.jpg)
Pesawat tempur Eurofighter beraksi di ketinggian udara. (Sumber foto/@: http://www.militaryfactory.com/aircraft/imgs/eurofighter-typhoon.jpg)

Jangan ada lagi hibah pesawat bekas. Ini permintaan Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Pangkalan TNI Halim Perdanakusuma, Jakarta, belum lama ini. Sebuah pesawat tempur Fighting Falcon F-16 mengalami kerusakan mesin (sistem hidrolik dan listrik tidak bekerja baik) sehingga gagal lepas landas yang membuat Panglima gusar.

Pesawat buatan Amerika Serikat (AS) tahun 19980-an itu hendak mengikuti latihan persiapan peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung. Pada pemerintahan sebelumnya, Indonesia menetapkan pembelian 24 unit pesawat F-16 dari AS. Lima unit pesawat F-16 sudah berada di Indonesia dan sedang ditunggu 19 unit lagi.

Untuk meningkatkan spesifikasi teknis pesawat, pemerintah mengalokasikan dana lebih US$700 juta pada tahun 2010 meski DPR waktu itu, menghendaki pembelian pesawat tempur yang baru. Dengan terbakarnya F-16 bekas, Moeldoko meminta agar Indonesia membeli pesawat tempur yang baru. Sementara Ninek Leksono wartawan senior KOMPAS tetap menganjurkan penggunaan F-16 sebagai jet tempur untuk latihan. Dana yang lebih US$700 juta itu digunakan untuk meremajakan bodi F-16 bekas.

Untuk meningkatkan kekuatan dan kedaulatan udara (air power), Indonesia juga menjajaki pembelian pesawat tempur JAS 39 Gripen buatan perusahaan di Skandinavia SAAB, Sukhoi Su-35 buatan Rusia, F-16 Block 60 buatan AS yang digunakan oleh Arab Saudi menggempur pemberontak terhadap pemerintahan Yamman.

Sedangkan pesawat F-16 tidak lagi digunakan oleh angkatan udara AS. Jika jet tempur F-16 bekas jadi dikandangkan oleh pemerintah menyusul nasib F-5 Tiger, ini mengindikasikan bahwa pemerintah bakal menggantikan jet tempur F-16 bekas dan F-5 Tiger. Kondisi ini merupakan peluang bisnis bagi negara-negara pembuat jet tempur untuk menawarkan kerja sama dengan Indonesia.

Salah satu perusahaan yang tertarik menawarkan kerja sama adalah Eurofighter GmbH produsen Typhoon yang bermarkas di Munich, Jerman. Salah satu direktur Eurofighter yang berkunjung ke Indonesia belum lama ini adalah Joe Parker dan Martin Elbourne head of industrial offset Eurofighter.

Menggunakan potensi kandungan lokal

Joe mengatakan bahwa pihaknya memahami bahwa Indonesia sedang mempertimbangkan keputusan sangat penting—tentang pengadaan pesawat tempur—yang bakal ditetapkan secara sah demi kepentingan negara. Oleh karena itu, pihaknya menawarkan kerja sama ke Indonesia bukan hanya sekadar garansi keamanan negara.

Joe dan Martin menggarisbawahi bahwa kerja sama dengan Eurofighter, juga memberikan peluang untuk membangun dan mempertahankan potensi kandungan lokal yang dilandasi oleh sebuah kemitraan yang dapat dibuktikan dan dimanfaatkan pada masa mendatang.

Sementara itu, Martin yang telah mengunjungi pabrik DI yang berlokasi di Bandung, menjelaskan bahwa DI mempunyai fasilitas dan sarana yang cukup dan bisa ditingkatkan sebagai final assembly line untuk memproduksi pesawat tempu sejenis Typhoon.

Jika Indonesia dan pihak DI menerima tawaraan kerja sama itu maka pada tahap awal, Eurofighter akan memberikan fasilitas perakitan Typhoon, kemudian perawatan dukungan dan riset peningkatan kemampuan. Setelah DI mampu memproduksi komponen Tyophoon, maka Badan Usaha Milik Negara ini berpeluang mengekpor komponen Typhoon ke negara operator pesawat tempur seperti Jerman, Spanyol, Inggris dan beberapa konsorsium lainnya di Eropa.

Eurofighter GmbH merupakan produsen pesawat—gabungan dari beberapa perusahaan di Eropa seperti Alenie Aermacchi (Italia), Airbus Group (Prancis), dan BAE System (Inggris). Kerja sama antara DI dan Airbus Group selama lebih dari 40 tahun—tentu saja merupakan keunggulan tersendiri bagi Eurofighter dibandingkan dengan pembuat jet tempur di AS—yang menjual jet tempur bekas, Skandinavia, dan Rusia. Dirgantara Indonesia pun pernah menjajaki kerja sama dengan perusahaan milik Korea Selatan untuk memproduksi jet tempur.

Martin dan Joe juga menandaskan, bahwa pihaknya akan melakukan transfer teknologi kepada DI sehingga mampu memproduksi Typhoon yang kulitasnya sama dengan buatan Eurofighter GmbH di Jerman.

Joe menegaskan bahwa alih teknologi bukanlah suatu masalah bagi Eurofighter. Alih teknologi adalah bagian dari pekerjaan mereka sehari-hari. Pihaknya sangat bersemangat menawarkan kerja sama setelah melihat potensi di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan lokal yang luar biasa dari peluang kerja sama dengan Eurofighter.

Joe mengatakan berbagai peluang lainnya yang akan tercipta dari sederet keahlian baru yang ditimbulkan program kerja sama. “Kami telah menyaksikan hal ini terjadi sebelumnya, dan kami yakin hal semacam itu dapat terwujud kembali.” (Bahan diolah dari berbagai sumber termasuk laman Fightertypoon).

[box type=”note”]

Simak artikel selanjutnya dengan topik EUROFIGHTER-DIGANTARA INDONESIA (2)
Pengembangan Jet Tempur Super Cepat

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *