AUTO-TECH, Materials

Menghadapi Kelangkaan Bahan Baku, Gunakan Teknologi agar lebih Efisien

ShareBagaimana menghadapi kelangkaan bahan baku misalnya untuk komponen kerangka mobil? Efisiensi dapat dilakukan dengan mempekerjakan robot-robot sehingga penghematan 35 persen energi tercapai....

Written by Jeremius Bawono · 2 min read >
Kelangkaan Bahan Baku

Bagaimana menghadapi kelangkaan bahan baku misalnya untuk komponen kerangka mobil? Efisiensi dapat dilakukan dengan mempekerjakan robot-robot sehingga penghematan 35 persen energi tercapai. Pilihan terbaik adalah penggunaan teknologi.

Kelangkaan Bahan Baku
Mengoptimalisasikan tahapan-tahapan gerakan robot-robot pada proses perakitan otomotif mampi mengurangi konsumsi energi sebesar 35 persen. Menghadapi kelangkaan bahan baku (Foto/@: MEV)

 

Bagaimana proses manufaktur memangkas biaya di dalam rantai proses manufakturing misalnya bagian kereta listrik  sebesar 21 persen?

Para pelaku industri manufaktur menghadapi tantangan untuk hemat energi. Bagaimana mengoperasikan suatu industri dengan memperkecil pengeluaran ongkos produksi misalnya di sektor otomotif? 

Proses operasional bisnis dengan hasil optimal tercapai jika produsen mampu meningkatkan efisiensi. 

Contohnya pengelolaan manufaktur, kita harus menjaga tingkat efisiensi yang tinggi agar dampaknya signifikan pada total output, kepuasan pelanggan karena harga produk tidak terlalu mahal dan  kualitas produk tetap tinggi. 

Seiring dengan peningkatan biaya energi dan bahan mentah yang berlangsung tiap tahun, maka perusahaan-perusahaan atau pabrikan harus menggunakan teknologi terbaik—menghasilkan  efisien dan mampu mempertahankan suatu posisi yang kuat di pasar yakni terbentuknya daya saing yang tinggi. 

Berbagai teknologi dan pendekatan yang baru telah dikembangkan dengan sungguh-sungguh agar membantu mengurangi konsumsi  atau penggunaana sumber daya energi yang digunakan di suatu pabrik atau menufaktur otomotif relative stabil dan efisien.

Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Cologne Institute for Economic Research menyibak kualitas beberapa kota industri  di Jerman. Tahun-tahun belakangan, simpul penelitian itu, banyak negara berusaha mengembangkan sektor jasa dan keuangan. 

Semenatara Jerman lebih konsentrasi terhadap kekuatan tradisionalnya yakni sebagai negara dengan kekuatan  sektor manufaktur produk-produk alat industri dan pembuatan mesin induk—mothers machine—dengan kualitas tinggi untuk menghasilkan mesin-mesin produksi di berbagai sektor industri. 

Industri di Jerman tidak hanya berdiri dengan kokoh, namun mampu mencapai kemajuan dengan pertambahan nilai signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasionalnya. Contohnya pada tahun 2011, produksi industri tercatat berada pada kisaran 23 persen dari nilai produksi yang dihasilkan oleh Jerman.

Meski pertumbuhan industri produksi Jerman  hanya 0,3 persen pada Februari 2020 hingga April 2020 (month-on-month)—capaian itu menurun dari pertumbuhan  Januari 2020 (3.2 persen), industri Jerman tetap solid meski pandemic #Coronavirus mengganggu.  

Sebagai perbandingan di dalam konteks ini, kontribusi industri di Italia pada periode yang sama adalah 16 persen, Spanyol mencapai 13 persen, sedangkan Prancis dan Inggris mencapai 10 persen. Keadaan itu terjadi belasan tahun silam, dan mengalami perubahan signifikan karena virus korona

Satu hal yang kita apresiasi bahwa Jerman konsisten dengan semangat yang tinggi dalam pengembangan industri manufaktur—termasuk industri pendukung  dan pengembangan teknologi yang  merupakan kunci kekuatan pertumbuhan ekonomian Jerman.

Kita tahu bahwa sumber daya alam Jerman cukup lemah dan serba terbatas namun hal itu justru tantangan yang dijadikan inovasi untuk menciptakan tekenologi sehingga Jerman memasuki era smart factory berbasiskan Industrial Internet of Things  (IIoT) dan kini Jerman menyaipakan diri memasuki babak teklogi 5G.  

Sumber daya alam demikian kritis di Jerman. Bahan tambang seperti aluminium, bijih besi, tembaga, nikel, zinc, minyak mentah, gas alam, barang-barang tambang yang langka, emas, dan platina. Jerman harus mengimpor bahan tambang itu dari negara-negara lain. 

Jerman mengakui bahwa terjadi suatu lonjakan  besar harga-harga bahan baku tambang itu. Namun, Jerman mempunyai keuggulan teknologi.  

Industrialisasi memajukan perekonomian yang sedang tumbuh seperti di negara-negara di dalam BRIC, yaitu Brasil, Rusia, India, dan China. Negara-negara itu membutuhkan bahan-bahan tambang dan penggunaan energi yang meningkat tiap tahun.

Menghadapi kenyataan itu, Uni Eropa (UE) memperbaharui usaha-usaha untuk mengembangkan sistem “perekonomian yang lama”. Pada tahun 2020, masing-masing negara yang tergabung di dalam UE menargetkan pencapaian sebesar 20 persen dari GDP melalui perindustrian. 

Rencana itu terganggu karena badai #Coronavirus yang   memperporak-porandakan dunia sejak awal tahun 2020 hingga awal tahun 2021. Kita tidak tahu sampai kapan sebaran virus korona berakhir.

Sementara, populasi dunia terus bertambah yang berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja di berbagai negara. 

Semakin banyak orang yang membutuhkan pekerjaan di tengah sumber  daya yang semakin terbatas ditambah dengan pemutus hubungan kerja yang disebabkan COVID-19. (Bahan diolah dari  Efficient manufacturing processes tulisan Birgit Niesing, Fraunhofer, dan sumber lain)

Baca: Manufaktur Menghemat Energi 30 Persen, Manfaatkan Celah ini Sebaik Mungkin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *