FINANCE & INVESTMENT, Industrialisasi

Manusia tidak dapat Digitalisasi dan Diganti Mesin, Digital Mengambil Peran Manusia

ShareMeski manusia tidak dapat digitalisasi dan digantikan mesin, namun kita harus mampu beradaptasi terhadap perubahan agar tidak tergulung gelombang digital disruption berbasis...

Written by Marinus L Toruan · 2 min read >

Meski manusia tidak dapat digitalisasi dan digantikan mesin, namun kita harus mampu beradaptasi terhadap perubahan agar tidak tergulung gelombang digital disruption berbasis kecederdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).  

Tirta Segara, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi (baris atas, tengah), Suparno Djasmin, President IMA, (baris atas, kiri), Hermawan Kartajaya, Honorary Founding Chairman IMA (baris atas, kanan), Ahmad Solichin Lutfiyanto, Sekretaris Himpunan Bank Milik Negara (baris bawah, paling kiri), Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (baris bawah, ke-2 dari kiri), Hastanto Sri Margi Widodo, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (baris bawah, ke-2 dari kanan),  dan Ira Koesno Moderator Webinar (baris bawah, paling kanan). Manusia tidak dapat digitalisasi dan diganti mesin (Foto/@: Indonesia Marketing Association)

Apa dampak siginifikan digital disruption platforms yang berbasiskan Internet of Things (IoT) bagi konsumen/nasabah dan Lembaga keuangan? 

Digital Mengambil Peran Manusia

Salah satu contoh dampak bagi konsumen dikemukakan oleh Hermawan Kartajaya, Honorary Founding Chairman IMA ketia berbicara pada Webinar yang diprakarsai oleh Indonesia Marketing Association (IMA).

Acara yang diback up Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu membahas  tentang literasi keuangan dan perlindungan bagi konsumen/nasabah di era digital yang telah kita jalani bersama.

“Perlindungan konsumen dan literasi merupakan suatu peluang bisnis. Manusia tidak dapat didigitalisasi dan tidak akan bisa digantikan oleh mesin. Yang bisa diganti oleh digital itu hanya fungsi-fungsi tertentu (yang dikerjakan oleh manusia,” tandas Hermawan Kartajaya.

Untuk mengantisipasi  dampak digitalisasi, lanjut Hermawan Kartajaya, manusia harus naikkan lagi fungsinya saat fungsi atau peran  lama digantikan perangkat digital. Manusia harus mampu menciptakan fungsi dan peran  yang baru. 

Oleh karena itu, untuk mencapai titik harmoni, diperlukan keseimbangan digital antara manusia dan teknologi, ungkap Hermawan.

Hermawan Kartajaya tidak memberikan contoh kepada peserta Webinar yang berjumlah lebih 1.000 orang—berasal dari enam  asosiasi jasa keuangan dan undangan lainnya dari seluruh Indonesia. 

Misalnya, ketika robot yang menggunakan kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence semakin berperan menggantikan funsi—fungsi manusia seperti di bank (teller dan sebagainya), dan sebagainya. 

Keenam asosiasi jasa keuangan yang ikut berdiskusi yang difasilitasi oleh  IMA  bekerja sama dengan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan melibatkan Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA), dan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).

Selanjutnya, Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI), Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dan Asosiasi Modal Ventura Indonesia (AMVI). Selama sesi diskusi, para peserta berbagi perkembangan informasi industri keuangan di era digital.

Menurut pandangan HIMBARA yang diwakili oleh Sekretaris HIMBARA, Ahmad Solichin Lutfiyanto menjelaskan bahwa organisasinya terus mendukung OJK untuk mengoptimalkan Literasi Keuangan dan Perlindungan Konsumen. 

Pihaknya mendorong Laku Pandai dan mendukung Perlindungan Nasabah untuk keberlanjutan Financial Inclusion. Agen Laku Pandai menjadi garda terdepan HIMBARA guna mendorong inklusi dan literasi keuangan di masyarakat. 

Pengurus HIMBARA konsisten untuk  meningkatkan akses terhadap layanan keuangan secara terpadu dan perlindungan konsumen melalui akselerasi inklusi dan literasi keuangan. 

Sementara Ketua APPI, Suwandi Wiratno menandaskan, “Literasi dan inklusi keuangan di industri pembiayaan mengalami peningkatan di mana perkembangan literasi tahun 2016 berada di angka 13 persen dan tahun 2019 mencapai 15,17 pesen, meningkat menjadi 16,7 persen.”

Sedangkan perkembangan inklusi tahun 2016 berada di angka 11,8 persen dan tahun 2019 berada di angka 14,56 persen meningkat sebesar 23,3 persen. Capaian itu sejalan dengan apa yang dilakukan oleh setiap industri dengan  menerapkan penyelenggaraan kegiatan literasi dan inklusi keuangan setiap tahun. 

“AAJI berkomitmen untuk mendukung perkembangan transformasi digital di sektor asuransi jiwa dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Saat menghadapi COVID-19, AAJI komit membayar klaim dan manfaat yang berjumlah Rp64,52 triliun pada semester I-2020. Proses klaim dilakukan dengan digital,” tutur Yurivanno Gani, Kepala Departemen Digital Initiatives AAJI. 

Suparno Djasmin, President IMA (baris atas, ke-2 dari kiri), para narasumber, dan peserta Webinar bertajuk Perlindungan Konsumen Sektor Keuangan di Era Digital, diikuti oleh lebih 1.000 orang dari 6 asosiasi jasa keuangan di Indonesia. (Foto/@: Indonesia Marketing Association)

Ketua AMVI, Jefri Sirait menimpali, “Hal besar dalam bisnis adalah mampu melindungi konsumen tanpa kehilangan hati.” 

Yang disambut oleh Ketua AAUI, Hastanto Sri Margi Widodo, “Perusahaan asuransi yang berada di bawah naungan AAUI senantiasa melakukan inovasi dan meningkatkan pemanfaatan teknologi digital. Ketika kita berada di masa pandemi, maka keamanan customer tetap terjamin aman.”

Bagaimana teknologi keuangan berperan? Pertanyaan ini dijawab oleh Sekjen AFPI, Sunu Widyamoko, “Fintech lending sangat concern dalam meningkatkan literasi keuangan, karena pasarnya adalah kalangan yang underserved dan underbanked. Literasi perlu dipahami oleh pihak-pihak yang terhubung dalam ekosistem digital.”

Sementara itu, Indonesia Marketing Association (IMA) merupakan organisasi profesi pemasaran yang didirikan Hermawan Kartajaya, Juan Permata Adoe, dan sejumlah tokoh lain di Jakarta pada tahun 1996. Saat ini, IMA dipimpin oleh Suprano Djasmin (2019-2021) yang membawahi  45 chapter di Indonesia.

IMA anggota aktif Asia Marketing Federation (AMF) dan Hermawan Kartajaya termasuk salah satu tokoh yang berperan aktif mebangkitkan AMF tahun 2007. Sementara Direktur Komunikasi IMA, Yulian Warman yang juga Kepala Divisi Komnukasi di FIFGROUP dari PT Astra International Tbk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *