mmINDUSTRI.co.id

Bagaimana Mesin Digital Membersihkan Buku Sambil Berbisnis?

Punya koleksi buku? Jika kesulitan merawatnya, Helen Hong gadis dari Korea Selatan memiliki ilmu pengetahuan yang praktis untuk menjawab:  bagaimana mesin digital membersihkan buku sambil  berbisnis? Selain menambah ilmu pengetahuan, buku-buku berpeluang menambah penghasilan.

Helen Hong Overseas Sales Manager Evertree produsen lemari pembersih dan perawat buku yang manufakturnya di Korea Selatan. Gambar di sebelah kanan memperlihatkan proses pembersihan buku dari segala debu dan kotoran—termasuk kutu/rayap musuh buku. (Foto: Rayendra L. Toruan)

Jangan biarkan buku menganggur di rak. Kita tahu bahwa buku merupakan jendela yang dapat kita buka kapan saja untuk melihat dan mengetahui apa yang terjadi di luar. Dari jendelalah kita bisa melihat dunia luar. Beragam objek yang dapat kita saksikan dari jendela. Udara yang segar atau cahaya matahari  leluasa masuk asalkan kita membuka jendela tempat kita berada.

Demikian pula buku. Beragam ilmu pengetahuan yang dapat kita pelajari atau “pindahkan” ke otak jika kita mau dan rajin membaca buku. Buku yang kita beli atau pinjam dari perpustakaan biasanya ditulis oleh pihak yang berkompeten, penulis buku bukanlah orang sembarangan.

Perusahaan yang menerbitkan buku atau disebut penerbit mempunyai kriteria dan alasan kuat, kenapa menerbitkan sebuah naskah menjadi buku? Apakah isi buku itu bermanfaat? Jika isi buku itu  bermanfaat, penerbit yang harus membiayai ongkos cetak, distribusi, dan bayar honor penulis,  tentu berharap modalnya kembali dengan (sedikit) untung.

Setelah buku di tangan pembaca meski isinya sudah dilahap, sebaiknya kita rawatlah buku itu dengan baik. Ingat, tanpa jendela rumah akan gelap. (Mungkin) kita bisa atasi dengan menyalakan lampu, namun suasanya berbeda. Demikian pula jendela pengetahuan yakni buku.

Banyak tokoh dan pemimpin nasional yang belajar sendiri dari buku. Contohnya Bung Karno dan Bung Hatta yang sejak usia muda hingga tua rajin membaca buku-buku ilmiah. Bung Karno menguasai lebih dari lima bahasa asing karena dia rajin membaca dan belajar dari buku-buku.

Meski sudah melekatkan isi buku—berupa pengetahuan—ke otak kita sebaiknya perlakukanlah buku dengan baik. Oleh karena itulah, buku mempunyai rak tersendiri seperti pakaian yang disimpan di lemari. Fisik buku mungkin berubah karena sering kita buka, namun bisa juga lapuk, kena lembab, digigit rayap, dan sebagainya.

Kita mudah memperoleh pengetahuan praktis cara merawat buku, namun mari kita menjawab pertanyaan ini:  bagaimana mesin digital membersihkan buku sambil  berbisnis? Perpustakaan modern atau perpustakaan yang dikelola dengan baik tentu punya cara merawat buku agar buku dapat bertahan lama.

Salah saru cara menjawab pertanyaan, bagaimana mesin digital membersihkan buku sambil  berbisnis dengan menyimak dan mempelajari cara Helen Hong. Gadis cantik dari Korea Selatan ini berpameran di Jakarta belum lama ini, untuk memperkenalkan konsep buatan LiVA Book Sterilizer sebuah perusahaan yang memanufakturisasi mesin digital yang bermanfaat untuk membersihkan segala kotoran, debu, dan bahkan kutu (rayap) dari buku.

Lemari merek LiVA berfungsi sebagai sterilisasi buku sehingga aman dari ganguan yang merusak. Hanya dalam hitungan menit, buku setebal 300 halaman bisa dibersihkan. Cara kerjanya praktis sehingga pertanyaan bagaimana mesin digital membersihkan buku sambil  berbisnis segera terjawab saat kita menyasikan buku dibersihkan dalam mesin. Harga satuan, kata Helen hanya US$5000 untuk ukuran 30 inci.

Bagaimana implemenyasi bisnis dari pertanyaan bagaimana mesin digital membersihkan buku sambil  berbisnis  dapat kita wujudkan? Sekadar catatan, minat baca orang Indonesia berada di posisi ke-60 di bawah Thailand (59), Malaysia (53), Finlandia (1), Islandia (2), dan Denmark (3). Sementara jumlah perpustakaan hanya 25.728 buah bagi lebih 250 juta penduduk di Indonesia.

Menurut suakaonline.com Perguruan Tinggi di Indonesia hanya memiliki 895 perpustakaan, perpustakaan (dua ketegori khusus) masing-masing 1002 dan 1056, sedangkan perpustakaan umum hanya 22.375 buah.  Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo menggratiskan pengiriman buku dari kantor pos pada setiap tanggal 17 tiap bulan.

Kalau kita rajin merawat buku dan memasukkannya dalam bentuk digital tentu pertanyaan bagaimana mesin digital membersihkan buku sambil  berbisnis  dapat kita wujudkan dalam bentuk nyata. Isi buku yang kita pindahkan ke bentuk digital, dapat kita sewakan kepada jutaan anak-anak melanial.

Apakah sudah siap menjawab pertanyaan, bagaimana mesin digital membersihkan buku sambil  berbisnis? Sepenuhnya bergantung pada kemauan dan keputusan kita masing-masing. Selamat mencoba, dan yang pasti Helen Bong siap membantu Anda untuk sukses. Mau pesan LiVA?

Simak Cara Cerdas Berbisnis Pertanian dengan Digital

Exit mobile version