ASEAN Community, Filipina

Usianya Hampir Seabad, Kekayaannya Melimpah

Share“I started with shoes, and with hard work and discipline, the business prospered. I moved to the department store business and again,...

Written by Jurnalis Industri · 3 min read >

“I started with shoes, and with hard work and discipline, the business prospered. I moved to the department store business and again, things went well,” kata  Henry Sy orang terkaya di Filipina.

(Kiri) Gambar Henry Sy bersama keluarganya sebagai cover majalah TIME dan (kanan) Henry Sy. (Sumber foto: http://www.expatch.org/ dan https://www.google.co.id)
(Kiri) Gambar Henry Sy bersama keluarganya sebagai cover majalah TIME dan (kanan) Henry Sy. (Sumber foto: http://www.expatch.org/ dan https://www.google.co.id)

Perbedaan orang terkaya di Filipina antara Henry Sy dan John Gokongwei Jr cukup jauh. Menurut laporan Forbes tahun 2016, total kekayaan Henry Sy mencapai US$13,7 miliar, turun US$0,7 miliar dari jumlah kekayannya pada tahun sebelumnya sebesar US$14,4 miliar. Akan tetapi, Henry Sy tetap menempati orang terkaya se-Filpina yang berpenduduk lebih 102 juta jiwa itu. Sedangkan di urutan ke-2 ditempati John Gokongwei Jr  dengan kekayaan US$6,8 miliar dari bisnis airlines, telekommunikasi, properti, perbankan, hotel, dan sektor energi.

Bagaimana dengan Henry Sy? Pria kelahiran 25 Desember 1924 di Xiamen, China, merupakan “pelarian” dari daratan Tiongkok—dibawa oleh ayah-ibunya ke Filipina—ketika dia masih bocah berusia 12 tahun. Untuk menghidupi keluarga, ayahnya mendirikan sari-sari (bahasa Tagalok) yakni toko kecil penjual bahan makanan di desa Echague—sekarang  salah satu daerah elit di jalan Carlos Palanca di Quiapo, Manila. Henry tekun membantu ayahnya melayani para pelanggan sambil bersekolah.

Meski belum mengikuti pendidikan ekonomi dan bisnis secara formal,  Henry muda mempunyai khayalan strategi  bisnis yang brilian. Setelah melihat cara ayahnya berjualan dengan jumlah untung yang tak berubah dari hari ke hari berikutnya,  Henry mencari cara lebih baik untuk mendapatkan keuntungan tanpa menipu pelanggan. Satuan barang yang dijual berdasarkan pola pemikiran sang ayah, coba diciptakan konsep baru dengan menjual barang dalam porsi atau ukuran yang lebih kecil yang dibungkus rapih.

Selain mendapatkan margin lebih besar, melayani pelanggan pun lebih cepat. Semua produk dikemas dalam porsi yang sudah ditentukan. Inilah konsep pertama retail yang dilaksanakan di Manila. Kebanyakan masa kecilnya dilalui di toko sari-sari  ketimbang main dengan anak-anak sekampung.

Ide brilian dari masa kecil itulah yang berkembang menjadi ratusan supermarket dan hypermarket di berbagai mall di Manila dan di beberapa kota besar milik konglomerat Henry Sy. Melihat kemegahan mall milikinya, orang tidak tahu bahwa masa kecil Henry sarat dengan kemiskinan. Akan tetapi, kemiskinan bukanlah suatu tragedi. Kemiskinan itu bisa diubah bahkan dijadikan sebagai berkat untuk meraih kehidupan yang berkualitas—jauh dari penderitaan.

Pada masa Perang Dunia II, toko milik ayahnya ludes dihancurkan oleh tentara. Peristiwa yang sangat menyakitkan hati itu tidak menyurutkan nyala api (semangat) bisnisnya. Dia  terlibat langsung untuk membeli bahan pangan bagi keluarga dan sebagian dijual. Banyak kesulitan yang menghajar Henry namun dia optimis masih ada cahaya masa depan—asalkan mau belajar dari pengalaman. Pengalaman pahit merupakan guru paling baik untuk mengantarkan seseorang ke gerbang sukses.

Peristiwa pahit menghajarnya

Suatu hari, ketika dia berjualan, Henry mengalami kecelakaan. Dia diselamatkan oleh temannya yang membawanya ke rumah sakit padahal maut itu demikian dekat. Setelah sembuh, dia menyatakan bahwa persahabatan itu sesungguhnya berkat. Kelak, seusai Perang Dunia II, Henry dan temanya itu patungan untuk berbisnis sepatu.

Suatu hari, dia berkenalan dengan seorang Amerika Serikat (AS) yang membeli banyak sepatu para serdadu AS. Peristiwa itu menginspirasinya untuk mendirikan satu toko sepatu. Dalam waktu relatif singat dia dan temannya itu mengelola 3 toko sepatu.

Sambil berbisnis, dia kuliah di Far Eastern University, Manila.Pada tahun 1950an, dia belajar cara memasarkan hasil industri. Dia ingin meningkatkan inovasi berdagang maka dia pun pergi ke AS untuk mendapatkan inspirasi cara menjual dan membuat sepatu berkualitas. Dia menamai toko  sepatunya dengan Shoe Mart atau disingkat SM—merupakan toko sepatu pertama dengan mesin penyejuk (air-conditioned) yang membuatnya tambah sukses dengan puluhan SM.

Persoalan baru terjadi ketika kekurangan produk yang kemudian mengalihkannya berbisnis apparel dan produk lainnya. Henry memiliki common sense dan open-mindedness yang dalam. Dia selalu terbuka mendengarkan masukan dan kritikan para pelanggan, suplier, dan suara para karyawannya. Pendapat orang-orang lain dijadikan sebagai bahan untuk mengetahui tren pasar.

Tahun 1972, terjadi khaos politik dan sosial ketika diterapkan hukum darurat yang berdampak negatif terhadap bisnis. Banyak para pebisnis yang gagal, namun Henry justru memperluas  bisnis baru. Henry membangun toko-toko kecil agar persoalan tidak besar, mudah mengatasinya. Konsep bisnis harus sederhana dan mudah dipraktikkan.

Tahun 1983, terjadi lagi krisis ekonomi pada saat pembunuhan Ninoy Aquino. Henry membangun mall pertamanya, namun perbankan ogah mengucurkan kredit untuk membiayai proyek-proyek besarnya. Situasi politik Filipna tidak kondusif. Henry tetap optimis dengan meluncurkan penggunaan sebuah department store dan supermarket  pada tahun 1985. Dia pun tak lepas dari pemogokan para pekerja. Dia hadapi dengan bantuan keluarga dan sebagian pekerja yang memahami kekuatan tekadnya.

Konstruksi SM Sta. Mesa and SM Megamall selesai dibangun. Tiap proyek pasti ditimpa  persoalan, namun Henry selalu optimis—termasuk cara mengatasi kekurangan pasokan semen saat membangun sebuah mall di  Makati. Pembangunan SM City Sta. Mesa sukses dan diresmikan pada September 1990 dengan 200 toko dan restoran yang menciptakan strata masyarakat baru di Manila.

SM Corporation Group membawahi beragam bisnis serperti megamall, perbankan, properti, dan salah satu area seluas 21 hektar lokasi 750 toko dan 250 tempat kuliner. Sebagian perusahannya dikelola oleh ke-6 anaknya dan saudara-saudarinya.

Kesuksesan Henry Sy seperti tersirat dalam ucapannya pada awal artikel ini. Kapan-kapan, kita melancong ke Manila. Mabuhai. (Bahan diolah dari brbagai sumber seperti http://www.philstar.com dan Firbes).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *