Energi, Renewable Sources

Semakin Tinggi Tingkat Konsumsi Listrik Semakin Maju Ekonomi

ShareSemakin tinggi tingkat konsumsi listrik semakin maju ekonomi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, pemerintah terus menggenjot pembangunan beragam pembangkit listrik–merupakan kesempatan...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Tingkat Konsumsi Listrik

Semakin tinggi tingkat konsumsi listrik semakin maju ekonomi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, pemerintah terus menggenjot pembangunan beragam pembangkit listrik–merupakan kesempatan luas bagi pebisnis untuk menambah pundi-pundi profit. Bagaimana posisi kelistrikan Indonesia antaranggota ASEAN?

Tingkat Konsumsi Listrik
Gambar kiri (dari REUTERS/Beawiharta) adalah pengeboran sumur yang dilakukan oleh Pertamina di  Bukit Daun, Bengkulu pada tahun  2017. dan gambar kanan merupakan kondisi kapasitas terpasang pembangkit listrik Indonesia (Sumber: DJKESDM, 2017)

Pameran dan konferensi The 7th Indonesia EBTKE ConEx di Balai Kartini, Jakarta pada 29-31 Agustus 2018 yang diselenggarakan oleh Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) bakal memberikan informasi peluang bisnis di bidang energi—utamanya pembangunan kelistrikan di Indonesia.

Menurut data dari  Kementerian ESDM (energi dan sumber daya mineral), kondisi kelistrikan nasional tahun 2017: kapasitas pembangkit terpasang mencapai 60.163 MW, produksi listrik sebesar  290 TWh, konsumsi listrik 255 TWh, konsumsi listrik per kapita adalah 978 kWh/kapita, dan rasio elektrifikasi 93,5 persen.

Berdasarkan data tadi, kondisi produksi dan konsumsi listrik itu menandai bahwa suplai energi di Indonesia cukup baik. Menurut laporan PLN (Juni 2017), beberapa sistem interkoneksi besar telah  memiliki sampai dengan 2 kali lipat dari beban puncaknya.

Contohnya, demikian PLN, Tanjung Pinang, Belitung, Nias, dan Ambon. Sedangkan sistem interkoneksi terbesar (Jawa-Bali), persentase cadangannya mencapai 30 persen. Kualitas jaringan dan suplai listrik semakin baik yang berkurangnya intensitas mati listrik di daerah-daerah.

Simak bahan di atas, kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia didominasi oleh pembangkit berbahan bakar fosil (88 persen) dengan bauran pembangkit terbarukan di Indonesia baru mencapai 12 persen.

Sementara kepemilikan pembangkit kelistrikan, PLN mempunyai 69 persen,  independent power producer (IPP) sebanyak 22 persen, dan  sisanya milik private power utility (PPU), dan izin operasi (IO) non-BBM.

Bagaimana posisi Indonesia di ASEAN jika dilihat dari konsumsi listrik per kapita? Indonesia tergolong  negara terbesar keempat di ASEAN dengan konsumsi listrik per kapita tertinggi berdasarkan data dari RAM Rating Services (2016).

Kita tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam tingkat konsumsi listrik per kapita. Dari segi ekonomi, tingkat konsumsi listrik per kapita berdampak terhadap peningkatan ekonomi di suatu negara.

Sementara rasio elektrifikasi Indonesia, perbandingan antara jumlah rumah tangga yang sudah teraliri listrik dengan total jumlah rumah tangga Indonesia sampai dengan November 2017 mencapai 93,5 persen. Sedangkan target RPJMiN 97 persen pada tahun 2019.

Bagaimana perkembangan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia? Menurut  DJEBTKE (2017) rata-rata meningkat sebesar 0,54 persen (simak bagan di bawah).

Jika target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) di tahun 2025, dalam kurun waktu delapan tahun mendatang, kapasitas pembangkit listrik dari energi terbarukan (ET) harus mencapai 5 kali lipat (45 GW) dibandingkan tahun 2017.

 

Tingkat Konsumsi Listrik
Tren peningkatan bauran ET 2010-2016. Sumber: DJEBTKE ESDM, 2017

Terkait dengan kapasitas pembangkit listrik dari ET, dari sumber data yang sama, pembangkit listrik tenanga (PLT) hidro mendominasi kapasitas pembangkit ET terpasang sebesar 57 persen, disusul dengan PLT bioenergi (20 persen) dan PLT panas bumi (20 persen).

Kapasitas pembangkit terpasang dari PLT surya dan angin baru hanya mencapai 0,08 GW dan 0,001 GW berturut-turut.

Sementara itu, pemerintah menyetujui dua proyek ET dengan independent power producer (IPP) asal Perancis untuk membangun  PLT bayu Tanah Laut (Kalimantan Selatan) sebesart 70 MW dan PLT surya Bali 1 (Kabupaten Bulu) dan 2 (Kabupaten Jembrana) masing-masing 50 MW.

Sedangkan pada November 2017,  anak usaha PLN (PT Pembangkitan Jawa Bali) telah menandatangani project development agreement (PDA) dengan pengembang ET asal Uni Emirat Arab (Masdar) untuk PLT surya terapung 200 MW di Waduk Cirata.

Cadangan minyak dan batubara yang digunakan sebagai energi pembangkit listrik terus mengalami penurunan.

Oleh karena itu, pembangunan energi baru terbarukan merupakan potensi investasi di Indonesia. Semakin tinggi tingkat konsumsi listrik semakin maju ekonomi masyarakat dan negara yang berdampak terhadap peningkatan kesejehteraan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *