ASEAN Community, Indonesia

Sukses Mengudara Prospek Bisnis Cerah

ShareDipiloti wanita, pesawat N-219 sukses terbang sehari menjelang peringatan hari  Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita acungi jempol kepada putera-puteri terbaik bangsa. Jumlah insinyur...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Dipiloti wanita, pesawat N-219 sukses terbang sehari menjelang peringatan hari  Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita acungi jempol kepada putera-puteri terbaik bangsa.

Captain Esther Gayatri Saleh berpose di samping pesawat N219 di hanggar PT Dirgantara Indonesia, usai melakukan Uji Terbang Perdana di Landasan Pacu Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/8/2017). Purwarupa pesawat pertama N-219 hasil karya anak bangsa ini terbang perdana setelah mendapatkan Certificate of Airworthiness dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara  Kementerian Perhubungan. N-219 merupakan pesawat penumpang kapasitas 19 penumpang, berteknologi Avionik, untuk dioperasikan memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah terpencil. (Sumber foto: ANTARA, Fahrul Jayadiputra)

Jumlah insinyur yang rata-rata berusia muda lebih 700 orang. Di bagian produksi, bekerja 2000 orang dan di divisi lainnya diisi oleh 1600 orang karyawan. Sebanyak 4300 orang karyawan yang dipimpin oleh direksi dan dewan komisaris PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menghasilkan karya terbaik pesawat  N-219.

Pesawat yang dirancang bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sukses mengudara selama 20 menit untuk pertama kalinya di atas kota Bandung sekitarnya sehari menjelang peringatan hari Kemerdekaan ke-72 tahun Republik Indonesia. Penerbangan itu merupakan flight test untuk pertama kalinya.

Acara flight test N-219 disaksikan oleh Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Agus Santoso, dan Direktur Utama PTDI, Budi Santoso beserta jajarannya. Flight test ini dilakukan setelah pesawat N-219 mendapatkan Certificate of Airworthiness dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU), Kementerian Perhubungan.

Manager Hukum dan Humas Humas PT Dirgantara Indonesia Irland Budiman merilis bahwa  Captain Esther Gayatri Saleh, Chief Test Pilot PTDI sebagai Pilot in command (PIC), dan Captain Adi Budi Atmoko sebagai first officer (FO) yang melakukan flight test pesawat N-219 pertama kalinya. Selain pilot in command dan first officer, di dalam pesawat N-219 ikut serta  Yustinus K sebagai flight test engineer (FTE) yang bertugas untuk memastikan setiap tahapan pengujian terbang dilaksanakan dengan baik dan benar serta terjamin unsur keselamatannya.

 

Semua hasil olah pikir para insinyur Indonesia

Pesawat N-219 take off dari Landasan Bandara Husein Sastranegara pada pukul 09.00 WIB. Pesawat N-219 terbang selama 20 menit dengan rute di atas kawasan Batujajar dan Waduk Saguling. Kemudian mendarat dengan baik pada pukul 09.20 di Landasan Bandara Husein Sastranegara.

Keberhasilan flight test N-219 sangat penting artinya bagi PTDI dan bagi industri kedirgantaraan Indonesia. Penerbangan perdana merupakan pembuktian bahwa bangsa Indonesia mampu melakukan rancang bangun, testing, sertifikasi sampai produksi yang sepenuhnya merupakan  hasil karya anak bangsa. Tidak ada technical assistance dari bangsa asing. Semua adalah hasil kerja keras olah pikir atau brainware yang dilakukan oleh para insinyur  Indonesia untuk merancang dan nantinya memproduksi N-219 dalam jumlah yang banyak.

Direktur Utama PTDI, Budi Santoso bersyukur karena pesawat N-219 telah berhasil melakukan flight test pertama kalinya. Bagi Budi angka 19 dan 45 dalam N-219 dan N-245 mempunyai filosofi tersendiri. N-219 adalah bagian dari semangat 1945, N-219 dan yang nantinya akan dilanjutkan dengan program pembuatan N-245 merupakan perwujudan semangat proklamasi 1945.

Pesawat N-219 sudah melakukan serangkaian pengujian dimulai dari wing static test, landing gear drop test, functional test engine off, medium speed taxi dan pada tanggal 09 Agustus 2017. Pesawat N-219 juga memasuki  pengujian high speed taxi dan hopping yaitu pengujian yang berjalan dengan kecepatan tinggi di landasan dan mengangkat roda depan, kemudian mendarat lagi.

Wing static test merupakan pengujian struktur sayap pesawat N-219 dengan  beban limit yang mencapai 100 persen hingga ultimate atau dipatahkan untuk meguji kekuatan maksimum yang dapat ditahan oleh sayap pesawat N-219. Data dari wing static test ini menjadi bahan evaluasi engineer PTDI untuk melakukan improvement pada pesawat N-219.

Wing static test merupakan bahan evaluasi redesain atau melakukan weight reduction. Jika lebih dari ultimate belum patah—terlalu kuat kolerasinya dan terlalu tebal yang berdampak terhadap berat sehingga perlu dibuat lebih tipis agar lebih ringan.

Wing static test adalah bagian dari syarat teknis sebelum terbang perdana dapat dilaksanakan. Terbang perdana sebuah pesawat baru merupakan sebuah proses engineering karena  pesawat baru dapat diterbangkan apabila seluruh syarat dan permasalahan teknis telah dipenuhi.

Sedangkan hopping merupakan pengujian yang diibaratkan pesawat seperti melompat dengan mengangkat roda depan, kemudian mendarat lagi. Pengujian ini untuk memastikan sistem avionik, sistem hidrolik dan sistem permesinan telah siap dan berfungsi dengan baik untuk mendukung pesawat bisa terbang.

Serangkaian tes, analisis, dan improvement yang dikaujkan itu tidak berhenti sampai first flight saja. Pesawat N-219 harus melalui tahap fatigue test, flight test development, dan flight test certification yang membutuhkan 3000 cycle fatigue test dan 300 flight hours untuk mendapatkan Type Certificate pada tahun 2018.

Kapan pesawat N-219 diproduksi dalam jumlah banyak? Apa keunggulan pesawat N-219? Kenapa pesawat N-219 lebih murah dari Twin Otter? Sukses di udara tentunya menjanjikan prospek bisnis bagi PT Dirgantara Indonesia. (Bahan dari Humas PT Dirgantara Indonesia)

Simak Pesawat N-219 (2)
Mampu Menembus Kegelapan dan Kabut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *