Jawa, Potensi Daerah

Siap Mengudara tahun 2019

ShareSebanyak 233 bandara (sempit) dapat didarati pesawat jenis N245. Negara anggota ASEAN pun menunggu pesawat rancangan putera-puteri terbaik Indonesia. Peluang PT Dirgantara...

Written by Jurnalis Industri · 1 min read >

Sebanyak 233 bandara (sempit) dapat didarati pesawat jenis N245. Negara anggota ASEAN pun menunggu pesawat rancangan putera-puteri terbaik Indonesia.

Seperti gambar inilah nanti pesawat N245 (asli buatan Bandung) merupakan penerus CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia. (Sumber foto: https://i0.wp.com/)
Seperti gambar inilah nanti pesawat N245 (asli buatan Bandung) merupakan penerus CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia. (Sumber foto: https://i0.wp.com/)

Peluang PT Dirgantara Indonesia  untuk mengisi kebutuhan penerbangan jarak pendek di kepulauan Indonesia dan kawasan ASEAN demikian besar. Oleh karena itu, perusahaan milik negara itu sedang giat-giatnya menyiapkan produksi pesawat N245 yang berkapasitas 45 hingga 50 orang penumpang—bahkan bisa ditingkatkan dengan 90 orang penumpang.

Di Indonesia terdapat 233 bandara yang dapat didarati jenis pesawat beraksesibilitas bermesin turbo propeller. Kebutuhan penerbangan dengan landasan pacu 1000 meter selama ini diisi oleh pesawat jenis ATRA42-600 dan Dash8-Q300  buatan De Havilland perusahaan di Kanada (berganti nama dengan Bombasrdier).

Sementara pesawat ATRA42-600 buatan Prancis, juga banyak digunakan oleh bebeapa operator. Contohnya Garuda pernah menyewa 35 pesawat jenis ATRA42-600 yang digunakan di daerah-daerah dengan rute pendek.  Demikian juga PT TransNusa Avianto Mandiri yang menggunakan jenis  ATRA42-600 di Nusa Tenggara Timur dan Lombok. Bahkan maskapai Lion pernah membeli 100 unit pesawat ATRA42-600.

Jika PT Dirgantara Indonesia mampu memproduksi pesawar N245—apa lagi berfungsi sebagai feeder pengangkut penumpang dari pesawat berbadan lebar seperti ATR72—maka pesawat N245 dapat menggeser peswat buatan perusahaan asing itu.

Harap dicatat, bahwa Indonesia sedang menggalakkan potensi pariwisata di beberapa daerah pedalaman yang cukup menarik bagi turis dari mancanegara. Coba bayangkan, beragam bisnis yang tercipta yang berasal dari efek multiflier keberhasilan pesawat N245 mengudara dalam beberapa tahun ini.

Negara lain dari perhimpunan ASEAN seperti Filipina telah mengoperasikan pesawat jenis  CN-235 yang juga buatan PT Dirgantara Indonesia.  Amerika Serikat  (AS) pun sudah menggunakan pesawat  sebagai pesawat coast guard (pengaman pantai).

Bukankah daerah perbatasan terluar—pantai dan daratan—di wilayah Indonesia perlu kita awasi terutama zona eksklusif ekonomi yang sering ditarget kapal-kapal asing untuk menjaring kekayaan ikan kita.

Biaya pengembangan US$180 juta hingga US$200 juta

Pesawar CN-235 yang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia bersama Lembaga Penerbangan Antarsika Nasional (LAPAN) menjadi pesawat N245 telah diekpose di Singapura beberapa waktu lalu.

Para pengunjung menyaksikan kecanggihan sistem avionics dan modern serta sayap dan konfigurasi T-tail. Kecanggihan flight deck N245 dengan kaca kokpit yang nyaman bagi pilot dan kopilot tentu saja berpengaruh terhadap keselamatan  penerbangan yang efisiensi.

Kita berharap pesawat N245 melakukan terbang perdana (first flight) pada tahun 2019, merupakan akhir periode pertama pemerintahan Jokowi-JK. Pengembangan pesawat N245 menyedot biaya berkisar  US$180 juta hingga US$200 juta.

Sukses buat PT Dirgantara Indonesia dan LAPAN. (Bahan diolah dari berbagai sumber seperti detik.com dan sebagainya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *