ASEAN Community, Indonesia

Pesanan Mengalir dari Dalam dan Luar Negeri

ShareTahun pertama produksi direncanakan berjumlah 12 pesawat, dan tahun berikutnya terus meningkat hingga 24 pesawat—sementara pesanan sudah mencapai 200 unit pesawat. Pesawat...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Tahun pertama produksi direncanakan berjumlah 12 pesawat, dan tahun berikutnya terus meningkat hingga 24 pesawat—sementara pesanan sudah mencapai 200 unit pesawat.

Pesawat N-219 mengudara di atas kota Bandung. (Sumber foto: PT Dirgantara Indonesia)

Pesawat N-219 lebih mampu mengangkat kargo lebih banyak dibanding dengan Twin Otter yang  daya angkutnya hanya maksimal 1.800 kilogram sedangkan N-219 dapat mengangkut 2.300 kg.

Kecepatan maksimal pesawat N-219 mencapai 210 knott sedangkan Twin Otter hanya 170 knott. N219 mampu take off dan landing tanpa mengurangi muatannya di landasan dengan ketinggian 5 ribu feet—lokasi bandara tertinggi di Indonesia.

Sedangkan pesawat Twin Otter ketika mengudara di bandara dengan ketinggian 6 ribu feet, tidak mampu mengangkut penumpang dalam kapasitas penuh karena tekanan udaranya turun.

Pesawat N-219 dirancang untuk mampu mengangkut 19 penumpang dalam dua baris. Bagian kanan 14 tempat duduk (2×7) dan bagian kiri 5 tempat duduk (1×5). Tinggi kabin 1,7 meter, lebih lega dibanding Twin Otter yang tinggi kabin dalamnya hanya 1,5 meter. Pesawat itu juga dirancang mampu terbang di landasan pendek atau short take-off Landing (Stol) di landasan 500 meter. Harganya?

Sementara harga pesawat N-219 yang akan dipasarkan sekitar US$5 juta per unit sedangkan Twin Otter (produk terbaru) mencapai US$8 juta. Akan tetapi, meski pesawat N-219 lebih murah, pesawat ini dirancang dengan  teknologi yang lebih tinggi dan unggul.

Oleh karena keunggulannya itulah, berapa kalangan sudah memesan pesawat N-219, namun pihak PT Dirgantara Indonesia (PTDI) belum merencanakan jumlah target pembuatannya dalam satu tahun. Setelah sukses terbang perdana, maka tahun pertama produksi PTDI merencanakan jumlah produksi 12 pesawat dan tahun berikutnya terus meningkat hingga 24 pesawat.

Jika PTDI meningkatkan produksi pesawat N-219, perkembangan itu akan berpengaruh besar terhadap industri pendukung seperti bahan baku dan komponen yang menggunakan kandungan lokal.

PTDI dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan mengandeng industri dalam negeri untuk mendongkrak penggunaan kandungan lokal pesawat N-219. Hingg saat ini, pembuatan pesawat N-219 menggunakan kandungan lokal sebesar 40 persen dan akan ditingkatkan hingga 60 persen.

Sementara itu, PTDI sudah menerima pesanan yang jumlahnya hampir 200 pesawat yang akan dibeli oleh maskapai Lion Air sebanyak 100 unit pesawat, Nusantara Buana Air 30 unit, Pemprov Papua dan Papua Barat sebanyak15 unit, Pemprov Aceh 6 unit, satu Pemprov dari Sulawesi 6 unit, Pemprov Riau 4 unit, Thailand Thailand (Nomad) yang akan digunakan sebagai pengawas pantai sebanyak 18 unit dan cadangan 2 unit, TNI AL (Nomad) 1 skuadron 9-15 pesawat.

Sedangkan PT Air Born Indonesia memesan delapan unit pesawat N-219 hasil rancangan LAPAN dan PT Dirgantara Indonesia itu. Pihak PT Air Born Indonesia dan PTDI telah menandatangani Letter of Intent dengan harga yang telah sepakati.

PT Air Born Indonesia yang bermodal patungan dengan investor Malaysia, menyewakan pesawat charter dan layanan penerbangan perintis pada usaha pertambangan. Sebanyak enam pesawat jenis Twin Otter milik mereka akan digantikan dengan pesawat N-219. Usaha patungan itu, berencana lagi untuk membeli 40 unit pesawart N-219 seperti diungkapkan oleh Direktur Utama PT Air Born Indonesia.

Pesanan yang mengalir terhadap pesawat N-219, membuktikan bahwa hasil karya putera-puteri terbaik bangsa ini telah diakui. Sekali lagi, kita catat bahwa pesawat N-219 mempunyai kenggulan, antara lain: mampu lepas landas dalam jarak pendek dan lepas landas dan mendarat di landasan yang tidak beraspal serta dapat self starting tanpa bantuan pihak ground support unit.

Pesawat N-219 dapat beroperasi dengan ground support equipment yang minim, memiliki kabin terluas di kelasnya dan memiliki biaya yang kompetitif, dan mampu  terbang rendah dengan kecepatan yang sangat rendah mencapai 59 knots.

Pesawat ini pun memiliki multihop capability fuel tank—teknologi yang memungkinkan pesawat tidak perlu mengisi ulang bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke rute berikutnya.

Selamat kepada PT Dirgantara Indonesia dan LAPAN. (Bahan dari dari Humas PT Dirgantara Indonesia dan sumber lain)

Simak PESAWAT N-219 (1)
Sukses Mengudara  Prospek Bisnis Cerah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *