Roket meluncurkan satelit Lapan-A3/IPB (Indonesia), satelit milik Jerman, Kanada, Google (Amerika Serikat), dan India. Lapan akan meluncurkan satelit Lapan-A4. Lapan-A5, dan Lapan-A6—semacam Immarsat.
Bakal banyak kapal pencuri ikan di perairan Indonesia yang akan ditangkap. Bahkan ladang ganja pun dapat dipantau dari atas. Tugas satelit Lapan-A2/Orari—memantau keadaan kemaritiman, memantau permukaan bumi, bencana, mengidentifikasi pulau-pulau, dan daerah terluar Indonesia—kian lengkap dengan kehadiran adiknya yakni satelit Lapan-A3/IPB.
Kemajauan Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) semakin membubung tinggi dengan pembuatan satelit Lapan-A3/IPB yang yang senilai Rp65 miliar lebih mahal daripada pendahulunya sebesar Rp55 miliar.
Bobot satelit Lapan-A3/IPB adalah 115 kg (60 cm (tinggi) x 60 cm (lebar) x 60 cm (panjang) berupa 4 bands multispectral imager beresolusi 18 meter dengan swath 100 kilometer. Satelit ini mampu mengindera jarak jauh eksperimental untuk memantau sumberdaya pangan. Kemampuan lainnya adalah mengidentifikasi tutupan, penggunaan lahan, dan pemantauan lingkungan.
Satelit Lapan-A3/IPB ini juga mampu memantau aktivitas kapal laut dan memantau tanaman pangan—ini misi utama sesuai rencana IPB (Institut Pertanian Bogor)—penggagas fungsi utama satelit Lapan-A3/IPB yang diproduksi dengan fasilitas Lapan dan yang diuji dengan fasilitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dengan menggunakan teknologi satelit, maka satelit Lapan-A3/IPB yang diproyeksikan mampu memberikan data akurat sehingga perencanaan masa tanam lahan persawahan dapat dilakukan—tentu saja berimplikasi langsung pada peningkatan ketahanan pangan.
Dengan demikian, pemerintah dapat memetakan potensi beras secara nasional yang dapat memengaruhi pembuatan berbagai kebijakan berkaitan dengan stok beras dan rencana impor beras. Jadi, satelit Lapan-A3/IPB sangat berguna untuk memotret wilayah pertanian seperti lahan pertanian yang mulai musim tanam hingga menjelang panen. Hal ini akan membantu merencakan strategi distribusi pupuk yang lebih tepat.
Setara dengan negara maju
Satelit Lapan A3/IPB menempel pada roket PSLV-C34 (milik India) yang diluncurkan dari pusat peluncuran satelit di Satish Dhawan Space Center SHAR, Sriharikota, India pada 22 Juni 2016. Setelah tiga bulan berada di orbit, satelit Lapan-A3/IPB dapat difungsikan secara normal.
Satelit Lapan-A2/IPB dilengkapi dengan kamera digital yang bekerja seperti scanner sehingga mampu melakukan pencitraan pushbroom multispectral exp dan 4 band pushbroom imager. Hal itu dapat dikerjakan pada saat satelit berada di atas bumi. Kamera digital merekam wilayah secara merata yang menghasilkan data yang kemudian diproses dalam pengolahan citra gambar berbasis warna red, green, blue, dan NIR.
Bersamaan dengan satelit Lapan-A3/IPB, juga diluncurkan satelit M3MSat milik Kanada seberat 85 kg yang membawa automatic identification system (AIS), satelit BIROS milik Jerman (130 kg) yang memiliki kamera infrared, satelit SkySat Gen2-1 milik Google (Amerika Serikat) dilengkapi kamera video high-definition (HD), Dove Satellites (Twelve) punya Amerika Serikat, Sathyabamasat, Swayam, dan Cartosat milik India. Apakah kita sudah setara dengan negara-negara maju di bidang industri satelit?
Kenyataan, para insinyur Indonesia sukses membuat dan meluncurkan satelit Lapan-A1, Lapan-A2/Orari, dan Lapan-A3/IPB—buatan sendiri. Bahkan Lapan sedang menyiapkan pembuatan satelit Lapan-A4, Lapan-A5 dan Lapan-A6—Inmarsat dengan ukuran besar yang akan dilengkapi dengan sensor radar yang berbiaya sangat mahal. Menurut Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati, Lapan membutuhkan Rp1,5 triliun untuk mewujudkan satelit operasional. (Bahan diolah dari berbagai sumber seperti KOMPAS, Lapan,co.id, dan lain-lain)
[box type=”note”]
Simak artikel selanjutnya dengan topik SATELIT LAPAN-A2/Orari
Wah, Indonesia Luncurkan Satelit Buatan Sendiri
[/box]