Teknologi Informasi

Masa Jaya Televisi Berakhir?

ShareMenyiapkan acara TV membutuhkan tim editorial yang berperan besar dan berdedikasi secara eksklusif dengan mengamati dan menilai materi program. Masa TV usai...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Menyiapkan acara TV membutuhkan tim editorial yang berperan besar dan berdedikasi secara eksklusif dengan mengamati dan menilai materi program.

Pada masa depan, TV akan menawarkan informasi tambahan secara luas, kesempatan untuk berinteraksi dengan TV anda dan banyak lagi. (Sumber foto/©L shutterstock)
Pada masa depan, TV akan menawarkan informasi tambahan secara luas, kesempatan untuk berinteraksi dengan TV anda dan banyak lagi. (Sumber foto/©L shutterstock)

Masa TV usai sudah. Meski demikian, jayalah terus TV. Dalam proyek pendanaan UE “LinkedTV”, 12 pihak menjalin kerja sama untuk mengembangkan konsep-konsep baru supaya program televise tidak digilas oleh era internet.

Sejak lama dunia hiburan telah memiliki struktur sendiri. Misalnya di Jerman, saat hari kerja tepat pada pukul 18.00, program anak Sesame Street dimulai. Pukul 11.30 pada hari Minggu slot yang tersedia telah dipesan untuk pelaksanaan Die Sendung mit der Maus.  

Sebagian besar dari kita masih mengingat bagaimana pemrograman tetap ini telah membentuk rutinitas harian dan mingguan masyarakat. Akan tetapi, jadwal TV yang linear—di mana program disiarkan hanya pada waktu yang telah ditentukan—merupakan sesuatu yang ketinggalan zaman.

Hari ini misalnya Julia yang berumur 5 tahun bebas untuk menonton berbagai program kapan pun dia mau atau paling tidak saat orangtuanya memperbolehkannya menonton acara TV. Untuk mewujudkan keinginannya, dia menemukan penolong yang sangat cerdas yaitu ibunya.

Heike Horstman—ibu Julia yang bekerja dan setiap hari di rumah peneliti milik  Fraunhofer Institute for Intelligent Analysis and Information System (IAIS) yang berlokasi di Sankt Augustin, Jerman,  berusaha dengan berbagai cara mengakhiri era TV linear. Di institut itu, pekerjaan Horstmann membantu penyiar melangkah pada jalur di antara penyiaran TV tradisional dan keperkasaan Internet.

Horstmann adalah seorang ahli di layar kedua–smartphone atau komputer tablet yang meningkat penggunaannya berkat penonton ketika TV (layar pertama) sedang on atau menyala/hidup. Layar kedua adalah ancaman bagi penyiar TV sejak hal tersebut mengalihkan perhatian dari TV dan berdampak buruk terhadap pendapatan iklan.

Penyiar tidak dapat melakukan apa pun ketika penonton berselancar di internet dengan menggunakan mobile phone berbarengan saat menonton TV. Kondisi atau keadaan tersebut semakin penting bagi penyiar untuk menyandingkan layar kedua sedekat mungkin dengan yang pertama.

Peran Besar Editor TV

Apabila tidak, siapa pun dengan komputer tablet di depan para pemirsa dengan cepat akan beralih ke Facebook atau Amazon dan tak lagi menonton pertunjukan yang ditayangkan TV. Oleh karena itu, banyak perusahaan membayar penyiar untuk beriklan—karena tidak ingin program TV menjadi latar belakang yang mengganggu.

Oleh karena itu, penyiar televisi mengaktifkan aplikasi yang secara dekat terhubung dengan pertunjukan yang sedang ditampilkan di TV, dan menyediakan informasi tambahan atau acara berhadiah.

Selama isinya (program TV) berjalan, penyiar telah memiliki cukup—termasuk program lama yang kadang kembali ditayangkan setelah berpuluh-puluh tahun disimpan dan kemudian dijadikan sebagai tambahan isi di website pribadi mereka.

Memproduksi jenis koneksi ini menghadapkan stasiun TV dengan tantangan yang sangat besar. Seorang editor dapat memilih video lampau yang masih relevan pada topik beberapa menit sebelum sebuah program diudarakan. Menyiapkan acara TV membutuhkan tim editorial yang berperan besar dan berdedikasi secara eksklusif dengan mengamati dan menilai materi program.

Pada saat yang bersamaan, sejumlah besar konten tetap bergulir–membuat usaha yang sia-sia. Hanya ada satu solusi: konten harus diproses secara otomatis, di mana LinkedTV, sebuah proyek yang didanai oleh Seventh Research Framework Programme Uni Eropa, berusaha untuk mencapainya.

Sebanyak 12 partner—termasuk broadcaster TV seperti Rudfunk Berlin-Bradenburg (RBB) dan institusi penelitian seperti University of St. Gallen. Ke-12 partner itu mengembangkan sebuah platform yang secara otomatis dapat meningkatkan program TV di bawah kepemimpinan lembaga Fraunhofer IAIS.

Perangkat software menggunakan rangkaian kata dan teks dalam algoritma yang mencari dalam tumpukan besar video, radio, dan konten website dalam kecepatan cahaya untuk mengenali orang, tempat, dan tema dalam video, artikel dan website, dan kemudian membuat saran material lama yang mungkin cocok dengan acara baru yang telah direncanakan.

Algoritma tersebut bahkan mampu memposisikan obyek spesifik atau orang berdasar sebuah video. Kita ambil sebuah contoh, sebuah broadcaster TV merencanakan sebuah bagian berita pada pengunduran diri Klaus Wowereit dari kursi Walikota Berlin, Jerman.

Perangkat software menemukan seluruh cerita berita lampau yang menyebutkan Wowereit—termasuk yang berhubungan dengan masalah dalam konstruksi bandara baru yang mempercepat kematiannya. Selain data itu, perangkat lunak dapat mencari sumber eksternal lainnya  seperti Wikipedia. (Bahan diolah dari Getting viewers involved tulisan  Bernd Müller, Fraunhofer 2/15)

[box type=”note”]

Simak artikel selanjutnyua dengan topik DAMPAK INTERNET (2)
Software Gantikan Peran Editor?

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *