Human Development, MANEJEMEN&SAFETY

Malu Berkonsultasi kepada Dokter? Gunakan Alat ini

SharePengguna tanpa latar belakang medis dapat menentukan diagnosis, tanpa butuh peralatan lain atau pengetahuan khusus.Ketika merencanakan kehamilan atau pada saat awal kehamilan,...

Written by Boromeus Sihombing · 2 min read >

Pengguna tanpa latar belakang medis dapat menentukan diagnosis, tanpa butuh peralatan lain atau pengetahuan khusus.Ketika merencanakan kehamilan atau pada saat awal kehamilan, pastikan seseorang tidak sedang mengalami infeksi ini dan jika positif, obati secepat mungkin.

Hati-hati terhadap penularan penyakit yang disebabkan bakteri chlamydia. (Sumber foto: www.alodokter.com/chlamydia)

Bagaimana jika penderita Chlamydia malu berkonsultasi kepada dokter? Masalah ini dapat diatasi dengan perlengkapan uji di rumah. Alat itu dikembangkan oleh para peneliti  Fraunhofer Institute for Cell Therapy and Immunology (IZI) di Leipzig, Jerman. Tim ahli berkolaborasi dengan perusahaan SelfD Technologie GmbH.

Perusahaan ini didirikan sebagai salah satu cabang Selfdiagnostic OÜ, Estonia, yang beroperasi dari premis di Leipzig hanya beberapa ratus meter dari kantor Fraunhofer Institute.

Jadi, bagaimana tepatnya sistem lab dengan sebuah chip ini bekerja? “Kekhususan dari sistem uji ini adalah sistem ini mendeteksi bakteri yang ada, menggunakan teknik biologi molekuler,” jelas Dr. Dirk Kuhlmeier manajer proyek IZI.

“Kami mengisolasi kemudian memperkuat DNA (deoxyribonucleic acid) bakteri Chlamydia pada sampel urin.” Dengan kata lain, uji coba yang dilakukan di rumah menggunakan teknik yang sama untuk menganalisis sampel seperti yang dilakukan oleh staf khusus di laboratorium medis.

Bagaimana pun juga terdapat satu perbedaan minor. Pada pengujian laboratorium konvensional, yang diresepkan oleh dokter kepada pasien, teknisi lab mengisolasi DNA dari sampel urin atau menyeka dan memperkuatnya dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Teknik PCR membuat untai karakteristik DNA Chlamydia untuk secara spesifik direplikasi dan kemudian dideteksi.

Namun, proses ini melibatkan secara berturut-turut pemanasan dan pendinginan sampel menjadi tiga suhu yang berbeda. Menurut Dr. Dirk Kuhlmeier, hampir mustahil untuk mengimplementasikan pada sebuah perlengkapan uji di rumah.

Jadi, para peneliti memutuskan untuk menggunakan metode yang diketahui sebagai amplifikasi isotermal. Metode ini mereplikasi untai DNA memakai cara yang sama dengan PCR, tetapi keseluruhan proses dilakukan pada suhu yang sama.

“Solusi di lab dengan sebuah chip yang sangat sensitif merupakan satu-satunya sistem analisis biologi molekuler di dunia yang memberikan dirinya untuk aplikasi pengujian di rumah,” tandas Kuhlmeier.

Kumpulkan sampel urin

”Tujuan kami untuk mencapai hasil yang setara dan dapat dipercaya seperti pengujian lain yang dilakukan laboratorium profesional. Dan juga pengguna tanpa latar belakang medis dapat menentukan diagnosis, tanpa butuh peralatan lain atau pengetahuan khusus.”

Jika seseorang ingin mengecek apakah dirinya tidak terkena infeksi Chlamydia, yang perlu dilakukan adalah menaruh urin pada tabung kolektor terintegrasi pada alat uji dan tunggu sekitar 30 menit.

Di dalam alat, tak nampak bagi pengguna, sebuah reaksi kompleks mengambil alih. Sampel urin disedot melalui pipa kapiler halus ke ruang reaksi yang mengandung reagen uji. Reagen tersebut akan dilarutkan urin dan DNA chlamydial apapun yang tampak akan direplikasi.

Ketika reaksi selesai, cairan pada ruang reaksi akan mengalir ke strip indikator, mirip seperti tes kehamilan di rumah. Strip akan berubah warna untuk mengindikasikan keberadaan atau ketiadaan infeksi. Untuk memastikan alat ini bekerja dengan baik dan menyampaikan hasil yang dapat dipercaya, para peneliti harus berjumpa dengan sejumlah tantangan.

Kesulitan terbesar adalah menyiapkan reagen uji untuk aplikasi khusus ini, karena produknya diharapkan akan memiliki umur simpan setidaknya dua tahun jika disimpan pada suhu ruang. Isu sulit lainnya terfokus pada solubilitas DNA (deoxyribonucleic acid) yang diekstrak dari sampel urin dalam campuran reagen. Dua poin ini menunjukkan esensi kecakapan teknik yang menyebabkan sistem uji ini sangat unik, demikian Dirk Kuhlmeier.

Tim yang terdiri dari para peneliti industrial dan para ilmuwan Fraunhofer telah sukses mengatasi segala rintangan tersebut. Tim ahli  mencapai tahap di mana sistem dapat digunakan untuk sampel uji dalam sebuah lingkungan klinis nyata yakni pasien sungguhan.

Dengan membandingkan hasil dari pengujian-pengujian tersebut dengan yan didapatkan dari laboratorium, tim dapat mengoptimalkan perlengkapan uji di rumah ini. Pengemasan hingga rumah keseluruhan “laboratorium seukuran kantong” ini, lengkap dengaan pipa kapiler dan ruang reaksi, telah diproduksi pada skala kecil menggunakan proses pencetakan injeksi.

Tujuan selanjutnya dari para peneliti—mereka berharap dapat diperoleh dalam jangka waktu dua setengah tahun–adalah untuk mendeteksi patogen lagi yang bertanggungjawab untuk penyakit menular seksual, selain bakteri Chlamydia, menggunakan satu alat diagnosa yang sama.

Akan tetapi, penelitian ini masih butuh sekitar empat atau lima tahun sebelum orang-orang yang khawatir merasa (mungkin) terinfeksi dapat membeli tipe uji all-in-one ini di apotik lokal atau melalui internet. (Bahan diolah dari Lab-on-a-chip solutions for every one tulisan Janine van Ackeren, Fraunhofer)

[box type=”note”]

Simak Solusi Chip (3)
Hindarilah Pergaulan Sembarangan

[/box]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *