Energi, Renewable Sources

Lebih Ringan, Hemat, Ramah Lingkungan dan Elegan

ShareMampukah mobil listrik gantikan mobil konvensional? Jika transportasi Hyperloop™ hanya 25 menit dari Jakarta ke Yogyakarta, mobil butuh 10 jam, pesawat  sejam,...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Mampukah mobil listrik gantikan mobil konvensional? Jika transportasi Hyperloop™ hanya 25 menit dari Jakarta ke Yogyakarta, mobil butuh 10 jam, pesawat  sejam, bagaimana prospek bisnis mobil?

Mobil e-concept Fraunhofer FrecCo 2.0 dalam sebuah tes kendaraan menyeluruh.(Sumber foto/©: Fraunhofer LBF)

Kita dapat mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju jika menguasai teknologi, ungkapan ini sering disampaikan oleh Presiden ke-3, Prof.Dr.Ing BJ Habibie pendiri PT Dirgantara Indonesia, juga perancang pesawat R-80 yang rancangannya sedang diproses.

Demikianlah Jerman tempat Habibie menekuni ilmu pesawat terbang dengan teori crack ciptaannya yang hingga kini digunakan di berbagai perusahaan manufaktur pesawat terbang di beberapa negara. Jerman termasuk salah satu negara yang menguasai bidang teknologi yang inovatif dan telah diaplikasikan di berbagai sektor termasuk otomotif.

Salah satu lirikan para ahli di Jerman adalah konsep mobil masa depan yang menjadi sangat elegan karena  digerakkan oleh listrik yang lebih nyaman dan aman bagi pengguna. Kenapa? Lembaga yang bernama  Fraunhofer Institute for Structural Durability and System Reliability (LBF) yang berlokasi di Darmstadt, Jerman, telah bekerja untuk mewujudkannya impian para ahli menjadi suatu kenyataan.

Di Indonesia mobil listrik bukan lagi isyu baru. Akan tetapi, proses pembuatannya tidak seserius di Jerman. Penggunaan kendaraan konvensional masih dominan. Namun, tim ahli di Fraunhofer mengestimasi bahwa jalanan dunia kian dipadati lebih dari satu miliar kendaraan konvensional–dan jumlah tersebut bertambah sepanjang waktu.

Para ahli memprediksi pada tahun 2050, jumlah kendaraan konvensional mencapai 2,7 miliar.  Bayangkan jumlah emisi yang dihasilkan salah satu penyebab pemanasan global.

Di Indonesia, jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2015 mencapai 121,39 juta unit (Badan Pusat Statistik).  Jumlah itu meningkat menjadi 124.348.224 unit pada Juli 2016 yang dipredeiksi pertumbuhannya mencapai enam juta unit per tahun dan sekitar 10–15 persen adalah mobil konvensional.

Di China, Indonesia,Korea Selatan jumlah registrasi kendaraan baru lebih tinggi dibandingkan di negara baru dan negara berkembang. Cerita tersebut sangat berbeda dengan negara industrialisasi seperti Jerman yang pasar mobil sudah jenuh.

Mobil listrik lebih aman

“Di Jerman saat ini, terdapat lebih dari 500 kendaraan untuk tiap 1000 orang,” kata Profesor Holder Hanselka direktur Fraunhofer Institute for Structural Durability and System Reability LBF (Oktober 2013) di Darmstadt.  Kenapa produksi mobil (konvensional) menurun di negara industri?

Para ahli dari perusahaan konsultan Frost & Sullivan memprediksi penurunan jumlah kendaraan per 1000 penduduk di perkotaan seperti Tokyo (Jepang), London (Inggeris, dan  New York (Amerika Serikat) pada tahun 2025. Fenomena penurunan tersebut dikenal sebagai  peak car.

Mengapa ini bisa terjadi ? Hal ini dapat dilacak pada masalah yang tumbuh kemudian diasosiasikan dengan kenaikan densitas lalu lintas di area metropolitan timbulnya  kebisingan dan emisi  yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Agar mobilitas tidak merusak lingkungan atau sumber air di masa depan, dunia  membutuhkan konsep baru–contohnya pembuatan mobil listrik.Hal tersebut secara signifikan lebih efisien, tidak terlalu bising, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kendaraan yang berbahan bakar bensin atau diesel yakni kendaraan konvensional.

Hanselka  mengatakan, selain itu terdapat solusi yang lebih cerdas untuk menggunakan sumber petrokimia terbatas dibandingkan untuk membakarnya. Bahan energi tersebut dapat digunakan untuk pabrikan obat atau plastik.

Saat ini, mobil listrik masih merupakan pasar khusus–tapi belum bertumbuh dengan cepat.  Hanya 41.000 mobil listrik yang dijual di seluruh dunia pada tahun 2011, dan jumlah itu menembus 110.000 pada tahun berikutnya.

Frost & Sullivan memprediksi bahwa 2,2 juta mobil listrik dijual pada tahun 2017. Di Jerman misalnya, pasar untuk mobil listrik merupakan momentum yang tepat. Menurut German Automobile Association (VDA), produsen-produsen mobil di negara-negara industri berencana untuk meluncurkan 16 model mobil listrik baru sejak tahun 2015 hingga sekarang.

Penjualan mobil listrik masih lebih banyak di China, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Norwegia, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, dan Swedia. Indonesia pun mulai melirik pembuatan mobil listrik ini seperti dilontarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka pameran GIIAS 2017 yang berlangsung di Tangerang belum lama ini.

Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga listrik untuk pengecasan mobil listrik di seluruh Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2025, populasi mobil listrik termasuk hybrid mencapai 20 persen atau 400.000 unit di Indonesia.

Bagaimana solusi kesulitan pembuatan baterei untuk mobil listrik? Bagaimana dengan nasib mobil konvensional jika transportasi kereta api super cepat, dan transportasi  Hyperloop™ segera dibangun? (Bahan diolah dari Light, electric and mobile tulisan Birgit Niesing, Fraunhofer, dan sumber lain)

Simak Mobil listrik (2)

Mobil Listrik harus Lebih Ringan, Ini Rahasianya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *