Engineering & Design, Industrialisasi

Kemampuan Robot Mengenali Emosi Orang dan Melayani Pembeli di Toko

ShareKemampuan robot mengenali emosi orang dan melayani pembeli di toko merupakan masalah bagi jutaan orang yang bekerja di toko. Manusia yang bertugas...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Kemampuan Robot Mengenali Emosi

Kemampuan robot mengenali emosi orang dan melayani pembeli di toko merupakan masalah bagi jutaan orang yang bekerja di toko. Manusia yang bertugas sebagai pelayan bisa saja berpenampilan kurang ramah. Sebaliknya, robot justru mampu mengenali emosi orang-orang di sekitarnya.

Kemampuan Robot Mengenali Emosi
Robot yang bernama Paul merupakan asisten saat melayani orang yang belanja. Paul buatan  Fraunhofer IPA menyanyakan pelanggan ingin belanja apa dan kemudian mengantarkan langganan ke rak produk sesuai permintaan pembeli . Kemampuan Robot Mengenali Emosi Orang dan Melayani Pembeli di Toko (Sumber foto/©: Saturnus)Kemampuan Robot Mengenali Emosi

Suka atau tidak suka, petugas yang bekerja sebagai pelayan di toko—misalnya di supermarket atau di mal—bakal tersingkir.

Pekerjaan di toko akan direbut oleh robot yang bermesin dan dapat berbicara. Kemampuan robot mengenali emosi orang dan melayani pembeli di toko tidak meragukan.

Kalau orang yang melamar suatu pekerjaan saling bersaing, hal itu adalah wajar. Tiap pelamar berusaha keras agar lamarannya bekerja diterima di perusahaan atau organisasi yang dituju.

Kelengkapan dokumen lampiran lamaran pun diusahakan, jangan sampai gugur sebelum tes kompetensi dan psikologi. Proses melamar bekerja pada umumnya melelahkan dan sangat panjang.

Apa lagi yang membutuhkan calon pekerja itu adalah perusahaan skala besar atau asing. Satu posisi pekerjaan bisa dilamar oleh ratusan pelamar. Persaingan antarpelamar demikian ketat dan hal itu wajar.

Akan tetapi, jika manusia harus bersaing dengan mesin yang namanya robot, manusia mau bilang apa? Manusia bersaing dengan benda mati, dan hanya berfungsi jika batereinya dihidupkan.

Oh, anak-anak muda zaman now kian rumit menghadapi masa depan. Ijazah dan diploma yang berlembar-lembar seolah tak ada manfaatnya lagi.

Kita (rasanya) mustahil mengatakan ke pemilik perusahaan lebih tertarik mempekerjakan robot ketimbang menerkima pekerja (manusia). Seolah pemilik perusahaan itu tidak memiliki rasa kemanusiaan, lebih suka ke benda mati yakni mesin.

Akan tetapi, kemajuan teknologi dan persaingan bisnis global demikian ketat. Bisnis dan Industri 4.0 membutuhkan daya saing yang dapat diciptakan dengan efisiensi. Segala hal yang tidak kita duga dapat terjadi pada era digital disruption.

Nah, efisiensi dapat dicapai dengan menggunakan teknologi termasuk pemanfaatan mesin robot. Jika perusahaan membutuhkan tenaga seperti pelayan toko tidak akan merekrut calon pekerjanya dengan mencari calon pekerja.

Pengelola  atau pemilik perusahaan yang membutuhkan jasa pelayanan cukup dengan uang untuk membeli mesin robot yang bakal dipekerjakan di toko atau di bidang jasa-jasa lainnya seperti di bandara dan pelabuhan bahkan di rumah sakit.

Kuli yang bekerja di bandara atau dipelabuhan bakal digantikan oleh robot. Robot-robot yang bertugas sebagai kuli di toko atau di pelabuhan mampu bekerja selama 24 jam nonstop, tanpa istirahat misalnya untuk minum dan makan siang.

Kecenderungan menggunakan mesin robot sebagai pekerja yang menggantikan fungsi manusia semakin meningkat. Kita menyaksikan makin banyak mesin robot yang bekerja di berbagai area.

Hanya dengan aplikasi tertentu, mesin robot bekerja untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang tadinya dilakukan oleh orang.

Bahkan hasil pekerjaan robot lebih baik (berkualitas), robot tidak cerewet,  tidak mengeluh, dan keputusan atau tindakan robot dalam melakukan pekerjaannya lebih baik dari yang dilakukan oleh manusia.

Peran robot terus ditingkatkan seperti tertuang dalam program kerja International Data Corporation (IDC). Lembaga ini mengantisipasi pengeluaran global lebih dari US$40 miliar untuk solusi kognitif pada tahun 2020.

Sementara itu, lembaga Fraunhofer ingin mencapai penyatuan kegiatan yang lebih efektif dalam bidang penelitian yang relevan dan secara sistematis untuk mempromosikan peran robot.

Bagaimana kemampuan robot mengenali emosi orang dan melayani pembeli di toko dapat disimak peran Paul saat melayani pembeli di toko.

Akan tetapi, mesin robot mempunyai  keunggulan dan kelemahan—tentu saja akan digeluti oleh tim ahli untuk menemukan solusi teknologinya (Bahan diolah dari laman Fraunhofer IPA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *