Energi, Renewable Sources

Kekuatan Baling-Baling Berputar di Pegunungan Rocky

ShareKekuatan baling-baling berputar di pegunungan Rocky  merupakan hasil karya para ahli. Sukses menciptakan teknologi pengolah kekuatan angin menjadi tenaga kelistrikan, bisnis pun...

Written by Jurnalis Industri · 1 min read >
Kekuatan Baling-Baling Berputar

Kekuatan baling-baling berputar di pegunungan Rocky  merupakan hasil karya para ahli. Sukses menciptakan teknologi pengolah kekuatan angin menjadi tenaga kelistrikan, bisnis pun menjanjinkan prospek yang cerah, dan tidak bergantung pada fosil atau minyak bumi.

Kekuatan Baling-Baling Berputar
Dengan menggunakan kamera siistem pemantul dapat dideteksi deformasi (perubahan) pada tiga sumbu utama pisau atau bilah Kekuatan Baling-Baling Berputar di Pegunungan Rocky (Sumber foto/©: Fraunhofer IWES, Pascal Hancz)

Setiap petualang yang berhasil menaklukkan pegunungan Rocky, dapat menyaksikan baling-baling raksasa yang berputar sesuai dengan embusan angin. Aliran listrik pun menerangi. Inilah kekuatan baling-baling berputar hasil karya para ilmuwan.

Ketika terjadi pengurangan kekuatan yang bekerja pada pisau (bilah) dan bahkan pada seluruh turbin, apa yang harus dilakukan oleh tim ahli? Dengan menggunakan bilah BTC pada turbin angin yang direncanakan, berat seluruh turbin dapat berkurang karena struktur terkena beban rendah.

Dalam kasus turbin yang terjadi, penguatan bilah BTC memungkinkan diameter rotor dapat ditingkatkan tanpa harus menyesuaikan komponen turbin-turbin lainnya. Hal ini menyebabkan peningkatan pengumpulan tenaga angin dari hasil tiupan angin yang lebih besar.

Tim ahli menguji desain yang inovatif seperti uji statis dan dinamis yang dilakukan di uji rotor pisau (bilah) milik Fraunhofer IWES di Bremerhaven yang berlangsung selama beberapa minggu.

Para insinyur yang khusus melakukan uji coba memasang pisau (bilah)  BTC untuk pertama kalinya. Pisau atau bilah dirancang oleh Fraunhofer IWES.

Sedangkan yang memproduksi adalah German Aerospace Center (DLR). Daya tahannya saat dikenai beban ekstrim  diuji dalam uji statik.

“Meskipun pemasangan untuk tes torsi sudut rotor mirip dengan skenario yang dilaksanakan secara konvensional—pada pengujian statis dan sebenarnya lebih kompleks—karena  deformasi tambahan harus diukur secara tepat,” pendapat insinyur uji IWES  bernamaTobias Rissmann sebagai perangkum tantangan khusus uji coba.

Deformasi (perubahan) sepanjang tiga sumbu utama dipantau dengan menggunakan sistem pengukuran visual. Sensor sudut digunakan untuk memastikan bahwa gaya itu yang terjadi diperkenalkan secara vertikal ke sumbu blade.

Selama tes yang dinamis berikutnya (uji kelelahan), tekanan yang terjadi dalam seluruh masa dengan memakai bilah rotor—mencakup selama 20 tahun yang disimulasikan—dalam kerangka waktu yang dikurangi secara drastis.

Setelah menyelesaikan pengujian, tiga bilah rotor BTC yang identik dikirim ke Amerika Serikat. Alat itu kemudian didirikan di kaki Pegunungan Rocky—bertujuan uji lapangan khususnya turbin penelitian yang berasal dari mitra proyek National Renewable Energy Laboratory.

Selanjutnya dilakukan pengukuran—dipimpin oleh peneliti Fraunhofer—bertujuan untuk menunjukkan,  apakah putaran pasif yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan dalam operasional secara nyata?

Motivasi utama dengan menginvestasikan dana untuk membiayai proyek penelitian pembangkit tenaga angin—kenyataan bahwa rotor yang berbeda dan berukuran besar—diperlukan  untuk memenuhi kebutuhan energi masa depan.

Rotor memerlukan desain dengan pendekatan yang berbeda dengan yang dilakukan sekarang. Teknologi kontemporer tidak lagi mampu memenuhi persyaratan desain sehingga sulit mewujudkan kekuatan baling-baling berputar di pegunungan Rocky atau di lokasi lainnya.

Keberhasilan menciptakan teknologi dengan memanfaatkan kekuatan angin menjadi sumber kelistrikan, tentunya bisnis yang prospektif—sekaligus mengurangi ketergantungan pada fosil yang menghasilkan bahan bakar seperti minyak.

Apakah Jerman ingin menghentikan energi bersumberkan nuklir yang potensial memicu bahaya? (Bahan diolah dari laman Fraunhofer IWES)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *