MARINE JOURNAL, Maritime-Tech

Indonesia Adopsi Teknologi Kelautan Jepang

ShareIndonesia adopsi teknologi kelautan Jepang seperti radar produksi Japan Radio Co. Jepang memuji tindakan tegas Indonesia terhadap pelaku illegal fishing. Jepang butuh...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >
Adopsi Teknologi Kelautan Jepang

Indonesia adopsi teknologi kelautan Jepang seperti radar produksi Japan Radio Co. Jepang memuji tindakan tegas Indonesia terhadap pelaku illegal fishing. Jepang butuh seorang sosok seperti Menteri Susi Pudjiastuti yang mampu menenggelamkan kapal pencuri ikan.

Adopsi Teknologi Kelautan Jepang
Seri TRIHAWK V650 adalah standar radar buatan JRC tipe  VTS dengan kemampuan mulai dari skala menengah hingga area perairan yang luas. Sistem radar dapat mengintegrasikan data dari 3 stasiun radar untuk memonitor  pergerakan kapal di area laut yang luas setara 100 nautical miles. Indonesia adopsi teknologi kelautan Jepang (Sumber foto: https://www.jrc.co.jp/)

Di bawah kepemimpinan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,  Susi Pudjiastuti, Indonesia telah menenggelamkan 488 kapal yang mencuri ikan dari perairan Indonesia selama lebih 3 tahun.

Meski dikecam oleh beberapa pihak di dalam negeri, tindakan  Susi yang memberantas illegal fishing itu dipuji sebagian besar negara lain, seperti Jepang, Denmark, dan PBB.

Tindakan penenggelaman kapal pencuri ikan itu dilakukan berdasarkan putusan pengadilan. Selain mencegah pencurian ikan, penenggelaman kapal pencuri ikan itu, bertujuan melindungi kedaulatan NKRI dan menjaga potensi kemaritiman Indonesia agar tidak dijarah oleh pihak asing.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, pontensi perekonomian kemaritiman Indonesia diprediksi 1,3 triliun dollar—tentu di luar tambang dan kekayaan lain di laut.

Potensi tersebut dapat dieksplorasi dengan menerapkan konsep aquaculture—pemeliharaan dan penangkaran beragam tumbuhan perairan dengan menggunakan air (laut) sebagai komponen pokoknya—dan potensi perikanan tangkap.

Proses eksplorasi potensi industri kemaritiman dibangun seperti peningkatan  sumber daya dan infrastruktur. Misalnya pengembangan potensi perikanan di Indonesia bagian timur untuk mengeksplorasi hasil laut yang demikian melimpah.

Contohnya pengadaan infrastruktur pendukung yakni dengan membagun lapangan terbang di Maluku Utara—berukuran 2600 meter agar dapat dihinggapi pesawat berbadan lebar—pengangkut ikan tuna segar yang dilakukan secara langsung ke Jepang.

Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono memuji cara Menteri Susi yang menjaga sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia.  Sebagai bentuk keberpihakan, melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), Jepang komit bekerja sama dengan Indonesia.

Ketika Menteri Susi mengunjungi Jepang Agustus 2017, Taro Kono menawaran riset untuk proyek pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di 6 lokasi di Indonesia.

Taro Kono pernah mengunjungi Laut Sulu dan Laut Banda—merupakan breeding zone 60 persen baby tuna di dunia.  Kono mendukung upaya Menteri Susi yang mengirimkan proposal ke  PBB di New York, Amerika Serikat.

Menteri Susi meminta agar PBB membuat peraturan high seas untuk menyelamatkan sumber daya perikanan khususnya induk tuna dan proses peredarannya—termasuk usulan pembentukan lembaga pengontrol regulasi kemaritiman.

Meski teknologi Jepang demikian canggih untuk mengawasi perairan Jepang, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Jepang,  Masahisa Sato menuturkan bahwa perlindungan sumber daya perikanan sangat penting bagi Jepang.

Di perairan Jepang telah terjadi overfishing dan kapal asing masuk ke perairan negeri Sakura itu. Sato sangat ingin belajar cara Indonesia mempertahankan lautnya. Jepang mendukung pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) dan terinspirasi dari keberanian Menteri Susi.

Sementara itu, ketika berdisksusi dengan Presiden Direktur Japan Radio Co. (JRC), Kenji Ara,   Menteri Susi Pudjiastuti menyatakan keinginan Indonesia untuk mengadopsi teknologi radar pengawas buatan JRC.

Teknologi radar buatan JRC diadopsi dengan membangun minimal di empat lokasi perairan Indonesia. Pihak JRC menyambut keinginan Menteri Susi. Lagi pula, perusahaan JRC  mempunyai enam perusahaan (perwakilan) di Indonesia dengan 3.200 orang tenaga kerja Indonesia.

Teknologi radar JRC mampu mendeteksi kapal-kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia sejauh (radius) 150 kilometer.  Satu radar memonitor  sembilan titik dengan satu titik kendali yang menjangkau lebih dari 50 nautical miles.

Teknologi radar pengawasan dibangun di beberapa lokasi seperti Natuna, Morotai, Raja Ampat, Arafura, dan Sabang. Bos JRC Ara siap menginformasikan teknologi radar sesuai kebutuhan Indonesia.

Keberhasilan pengawasan kelautan dan perikanan Indonesia berdampak ke Jepang. Jepang mengimpor udang, ikan, dan tuna dari Indonesia. Kalau Indonesia tidak mampu mengekor komoditas laut seperti ikan tuna, maka Japang akan kesulitan.

Salah satu perusahaan milik orang Jepang adalah FTI Japan Co.Ltd yang dikumandani oleh Kentaro Narumi dibantu Ali Amran Harahap sebagai General Manager. Perusahaan ini mengapalkan 17 ton ikan tuna tiap bulan dari Indonesia ke Jepang.

Mengutip dari Tribunnews,  Kentaro Narumi yang masih berusia 37 tahun itu mengungkapkan pasar untuk ikan tuna asal Indinesia sangat luas di Jepang. Ia merencanakan mengapalkan 26 hingga 60 ton tiap bulan ke Jepang selama tahun 2018.

FTI Japan Co.Ltd berdiri pada tahun 2010 dan sejak empat tahun belakangan, hasil bisnis ikan tuna melonjak.   Penjualan pada tahun 2015 hanya 5 juta yen meningkat drastis tahun berikutnya dengan penjualan sebesar 120 juta yen dan 270 juta yen tahun 2017.

FTI Japan Co.Ltd. berkolaborasi busnis dengan PT Perikanan Nusantara, dan CV Anugerah Tuna Indonesia—sebaiknya dikembangkan oleh Dr. Suyoto Rais dan pengurus/anggota Indonesia Japan Business Network yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto belum lama ini.

Bagaimana Jepang membangun Digital Ship? Simak lanjutan Indonesia adopsi teknologi kelautan Jepang dengan paparan teknologi digital di kawasan maritim.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *