Inspiration, MICE

Gali Potensi Kekayaan yang Sumbernya di Sekitar Kita

ShareGali potensi kekayaan yang sumbernya di sekitar kita dan gunakan teknologi untuk mengolahnya. Kita harus belajar cara memproses sumber penghasil dolar. Misalnya...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >
Gali Potensi Kekayaan

Gali potensi kekayaan yang sumbernya di sekitar kita dan gunakan teknologi untuk mengolahnya. Kita harus belajar cara memproses sumber penghasil dolar. Misalnya kotoran ternak, kulit, daun pohon, jerami, bokong jagung, ampas tebu, dan sebagainya sangat petensial di tanah air.

Gali Potensi Kekayaan
Potongan-potongan kayu, kulit dan daun pohon, jerami padi, pelepah dan bongkol jagung dapat  diolah menjadi komoditi yang bernilai ekonomi seperti pelet, bahan kertas,  sumber energi, dan  beragam diversifikasi produk turunan lainnya. Gambar ke-3 adalah kompleks pabrik pengolahan potongan kayu yang discan dari brosur Amandus Kahl GmbH & Co.KG sebuah perusahaan besar yang bermarkas di Hambur, Jerman. Gali potensi kekayaan yang sumbernya di sekitar kita (Foto: Rayendra   L. Toruan)

Di sekitar kita, banyak potensi sumber ekonomi yang dapat kita olah. Karena kurangnya pemahaman atau mungkin kurang perduli, miliaran atau triliunan dolar terbuang percuma setiap tahun di tanah air.

Contohnya, sisa pohon seperti kulit, potongan kayu, dahan, ranting, daun-daun, dan akar pohon kita biarkan membusuk tanpa kita ketahui nilai ekonominya. Dunia mengetahui luas hutan daratan Indonesia, menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencapai 125.922.474 hekar (April 2018).

Pohon-pohon menghasilkan produksi kayu bulat yang pertumbuhannya naik 16 persen tahun 2017 dibanding tahun 2016. Sementara , produksi kayu bulat dari hutan tanaman industri (HTI) naik  19 persen atau setara dengan  38,8 juta m3 (2017), data dari Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI).

Sedangkan pertumbuhan produksi kayu bulat dari hutan alam (HPH) 0,7 persen atau  5,34 juta m3.  Kayu diolah menjadi bubur kertas dan tisu. Satu ton pulp membutuhkan 4,6 m3 kayu.

Perusahaan-perusahaan pulp menggunakan bahan kayu bulat, namun pohon yang ditebang dari HPH, akar, kulit, dahan, ranting, daun-daun (kemungkinan) dibiarkan saja membusuk  di lokasi penebangan.

Bagaimana dengan pelepah dan pohon kelapa sawit? Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian,   luas lahan sawit 14,03 juta hektar. Luas lahan kelapa sawit cenderung bertambah dengan dibukanya area baru.

Apakah batang-batang kepala sawit, pelepah, dan tandan, serta  kulit buah (ampas) sudah diolah menjadi produk ekonomi? Bagaimana dengan potensi tanaman kelapa?

Indonesia memiliki lahan tanaman kelapa terluas di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar—97 persen merupakan perkebunan rakyat.

Selain menghasilkan daging dan kopra, batang dan tempurung kelapa serta pelepah juga dapat  diolah menjadi komoditas ekonomi (hulu dan hilir).

Kelapa menghasilkan karbon aktif, minyak kelapa, coconut cream/milk, oleo kimia, desiccated coconut, virgin oil, nata de coco, dan masih beragam diversifikasi turunan yang bisa diciptakan—termasuk produk tradisional buatan masyarakat seperti bahan mebel, dan sebagainya.

Masih banyak ragam tanaman keras yang dapat kita jadikan sebagai bahan baku bernilai ekonomi. Bagaimana dengan padi? Bayangan kita, sawah dan ladang padi menghasilkan (hanya) beras.

Akan tetapi, jerami dan kulit padi merupakan bahan yang dapat diolah sebagai bahan makanan ternak seperti sapi, kerbau, kuda, kambing/domba, ayam/bebek, dan ternak lainnya. Menurut  Kementerian Pertanian, produksi padi mencapai 81,3 juta ton tahun 2017.

Oleh karena kebanyakan lahan padi dikelola oleh para petani (tradisional), jerami dan kulit padi  (kemungkinan) belum dimanfaatkan secara ekonomis. Jagung—selain diolah menjadi maisena juga diolah menjadi pakan ternak.

Dengan sentuhan teknologi modern, pelepah dan bongkol jagung pun dapat diolah menjadi pellet. Asosiasi Petani Jagung Indonesia melaporkan, Indonesia menghasilkan produksi jagung 26 juta ton. Selain melaksanakan program intensifikasi tentu dibarengi penambahan luas lahan.

Apakah pelepah dan bongkol jagung sudah dioleh dengan teknologi? Bagaimana dengan tanaman tebu?  Terdapat di lahan 450.000 hektar—266.000 ha milik rakyat, 118.000 ha perkebunan swasta, dan 67.000 ha dikelola oleh pemerintah.

Jika program swasembada gula berhasil tahun 2019, artinya  ampas tanaman tebu pun bertambah—diolah menjadi komoditas ekonomi. Selain menghasilkan pakan ternak, beragam diversifikasi ekonomi dapat diciptakan.

Demikian juga kotoran ternak dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pupuk, energi, bahkan menjadi bahan baku bubur kertas seperti dilakukan di Sri Lanka. Kotoran gajah dapat dijadikan sebagai bubur kertas—menjadi salah satu sumber eknonomi rakyat.

Mari menyimak potensi ternak kita. Data Kementerian Pertanian menyebut populasi sapi potong 16,6 juta ekor pada tahun 2017. Sementara populasi kerbau mencapai 1,4 juta ekor.

Demikian juga populasi ternak domba dan kambing mencapai 36 juta ekor—selain menghasilkan daging dan kulit—kotorannya memiliki potensi ekonomi—dengan menggunakan teknologi untuk mengolahnya menjadi  produk ekonomis.

Oleh karena itu, jadikan limbah pertanian-perkebunan-kehuatanan—bahkan limbah industri sebagai produk yang memiliki kandungan nutrisi.

Contohnya, daun singkong, tebon, dedak padi, titen kedelai, limbah industri pembuatan tahu dan tempe—diolah sebagai pakan tambahan atau pakan ternak.

Kita membutuhkan teknologi untuk mengolah limbah yang bertebaran di sekitar kita. Saatnya kita menyadari potensi kekayaan alam kita.

Jangan biarkan hanya perusahaan yang mengolah limbah. Saatnya kita menggali potensi kekayaan yang sumbernya di sekitar kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *