Agenda, MICE, Photo Stories

Plastics & Rubber Indonesia 2018: Sepi Pengunjung Rugikan Eksibitor

ShareTiap tahun, penyelengaraan pameran bertema plastik dan karet diselenggarakan oleh lebih dari 3 event organizer berdampak terhadap jumlah pengunjung. Misalnya suasana pameran...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >
Plastics & Rubber Indonesia 2018

Tiap tahun, penyelengaraan pameran bertema plastik dan karet diselenggarakan oleh lebih dari 3 event organizer berdampak terhadap jumlah pengunjung. Misalnya suasana pameran Plastics & Rubber Indonesia 2018 sepi. Keadaan itu merugikan peserta. Industri karet pun kurang perhatian.

Plastics & Rubber Indonesia 2018
Manajemen Italian Trade Agency (ITA) Jakarta bersama ACiMGA dan para pebisnis dari Italia dan Indonesia. Para pebisnis menjajaki kolaborasi untuk meningkatkan hubungan dagang Italia-Indonesia  (Foto: Rayendra L. Toruan)

Industri kemasan plastik cukup berpotensi di Indonesia. Apa lagi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memasukkan industri kemasan dalam  Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2019.

Di Indonesia, menurut catatan Kemenperin jumlah industri plastik di Indonesia mencapai lebih 925 perusahaan. Sementara perusahaan karet menurut Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), beroperasi 130 perusahaan.

Sejalan dengan pertumbuhan industri pangan olahan (makanan dan minuman), elektronik, dan manufaktur (otomotif) yang membutuhkan kemasan dan bahan baku, industri plastik dan karet berpeluang ditingkatkan menjadi potensi besar di Indonesia.

Salah satu cara dengan penggunaan teknologi dan mesin berbasis digital disruption. Makanan dan minuman yang ingin dipasarkan di tingkat internasional, desain kemasan dan label termasuk faktor penentu daya saing.   

Akan tetapi, Indonesia masih bergantung pada bahan baku (plastik) impor. Sesuai dengan rencana pemerintah untuk melepaskan ketergantunag pada impor raw materials, para pelaku industri kemasan (plastik) berpeluang memanfaatkan peluang.

Peluang itu dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lokal tentunya dengan menggunakan mesin dan alat industri yang sesesuai dengan era Industry 4.0 atau Making Indonesia 4.0 besutan Kemenperin.

Apakah pameran Plastics & Rubber Indonesia 2018 yang diselenggarakan perusahaan lokal yang sahamnya didominasi asing (Inggeris) dapat menjawab atau memenuhi harapan pelaku industri plastik dan karet di Indonesia?

Sikurtip dari laman penyelenggara  yang menjanjinkan mendatangkan 13.000 buyers dan profesional selama 4 hari ke lokasi pameran di Kamayoran. Namun, rencana event organizer itu diragukan oleh beberapa peserta dari India, Korea, Thailand, dan negara-negara lain.

“Saya banyak ngantuk … terpaksa cari kopi di luar booth,” ujar seorang peserta pameran. Ia mengatakan, pameran sangat sepi pengunnjung. Jika diklasifikasi, kebanyakan pengunjung adalah umum bukan buyers dan profesional seperti dijanjikan oleh event organizer (EO).

“Tampaknya EO pandai berpameran tapi kurang memahami keadaan industri sektor plastik dan karet di Indonesia,” pendapat peserta lain.

Dengan optimis, direktur proyek Plastics & Rubber Indonesia 2018 menuturkan,  pamerannya diikuti oleh 470 perusahaan dari lebih 20 negara. Pameran ini juga mengusung topik drink technologyplastic packagingmould dan die—melalui pameran dan seminar-seminar.

Peserta dari Eropa umumnya tidak membawa mesin yang digelar di booth masing-masing—hanya memutar video dan memajang X-banner atau poster.  Semenatra perusahaan dari China, Taiwan, dan negara lain di Asia, mengoperasikan mesin-mesin untuk menarik perhatian pengunjung.  

Berbeda dengan penyelenggaraan pameran di Jerman, misalnya di Hannover, jarang melakukan transaksi (pembelian mesin), namun pameran-pameran di Indonesia seperti pada Plastics & Rubber Indonesia 2018 berlangsung transaksi pembelian. Mesin yang sudah terjual ditandai tulisan: SOLD  

Menurut peserta selama pameran harga jual mesin diberi diskon yang menarik. Apakah unsur pajak telah dimasukkan dalam paket penjualan? Peserta itu enggan menjawabnya secara gamblang.

Stan rycling machine menonjol di antara peserta—terutama dari China dan Taiwan. Sedangkan peserta dari negara lain, seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Turki, India, Italia, Korea Selatan Jerman, dan Jepang, mengenalkan mesin injeksi, robot, dan teknologi—termasuk bahan pendukung.

Indonesia? Kebanyakan peserta dari Indonesia justru bertindak sebagai distributor dan agen yang mewakili perusahaan asing. Pameran ini pun melibatkan beberapa asosiasi dan gabungan perusahaan terkait. Artinya, para pengusaha belum tertarik menggeluti pembuatan mother machine.

Sektor karet tampaknya “kurang” mendapat perhatian. Penyelenggara pameran selalu menonjolkan  tema Plastics & Rubber sejak 31 tahun berpameran, namun pelaku industri karet kurang menonjol seperti industri kemasan plastik yang demikian dominan.

Kita butuh data atau analisis, apa kaitan kondisi bisnis karet di Indonesia dengan industri karet dan pendukungnya? Sekadar catatan, hampir 85 persen dari total produksi karet di Indonesia diekspor.

Jika mesin canggih dan tekonologi pengolahan karet diterapkan, nilai jual produk pun akan meningkat. Pelaku indstri otomitif—seperti kendaraan—tentu tidak akan membeli mesin plastik buatan negara-negar lain.

Penyelenggara pameran pun tidak mengungkapkan gambaran perkembangan sektor karet yang sesungguhnya di Indonesia. Bagaimana pendapat beberapa perusahaan dari negara lain dan Indonesia?

Simak penjelasan beberapa peserta dari perusahaan Acigraf Graphic Equipment, Gama International, Grafikakontrol, Omet, Rossini, Uteco Converting—dari Italia yang didukung oleh Italian Trade Agency (Kedutaan Besar Italia Jakarta) dan ACiMGA.

Sementara dari Indonesia adalah PT SumberDjaja Perkasa, Langgeng Jaya, Adupi, PT Victory Blessing Indonesia, PT Star Seiki Indonesia, dan PT International Machinery salah satu perusahaan yang membuat mesin kemasan plastik berlokasi di Bekasi.  

Kuzey Global Thermoforming Machinrd, Toshiba Machine, Yushin Precision Equuipment, Flying Tiger KJ, Taewood, Shantou Mengxing Package Machinery, Korea Plastic Single Association, Join Decal, Ilshinwells, Joong Ang Coorporation, Geording,  dan Union J Plus—juga punya cerita menarik.

Tidak ketinggalan peluang bisnis dengan Jin Chang Plastic Machinery, Zhejiang Bimetal Machibery, dan Foshan Bekwell Intelligent Equipment.

Bagaimana upaya Angela Burgio gadis Italia yang menangani ACiMA (Associazione constructtori Italiani machine I’ind grafica) beranggotakan 62 perusahaan dan Dr. Allesandro Liberatori Komisioner Italian Trade Agency untuk meningkatkan nilai perdangan antara Indonesia dan Italia?

Simak cerita singkat dalam bentuk galeri foto-foto yang menarik, silakan mencari peluang bisnis dengan mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *