Beragam pekerjaan atau profesi bakal diambil-alih robot atau mesin. Bagaimana era teknologi blockchain menaburkan harapan dan optimistis—jika banyak orang tidak berpeluang lagi berprofesi sesuai bidang keahliannya?
Apakah Indonesia sudah siap dengan penggunaan era teknologi blockchain untuk melayani masyarakat umum? Dalam dua-tiga tahun ke depan, kita tidak bisa lagi menghindari penggunaan era teknologi blockchain jika ingin lebih maju dan modern.
Akan tetapi, jika era teknologi blockchain kita terapkan bakal banyak pelayanan pekerjaan yang bakal digantikan oleh mesin atau robot. Contoh nyata, ketika chek in di Bandara Soekarno-Hatta International atau Bandara Changi Singapura, calon penumpang harus mampu melayani sendiri saat berhadapan dengan mesin.
Di Bandara Singapura misalnya, jarang petugas yang berada di radius mesin pembantu check ini. Tidak seperti di bandara-bandara di Indonesia, calon penunpang masih dapat bermanja diri dengan bantuan tenaga manusia. Akan tetapi, petugas yang memanjakan kita itu nanti bakal digantikan oleh mesin.
Bagaimana dengan para petani di India? Pemerintah India mengakui masih puluhan juta warga India yang tidak bisa membaca dan menulis. Nah, bagaimana warga India menggunakan era teknologi blockchain jika membaca dan menulis saja belum bisa?
Pemerintah India menyediakan tenaga profesional untuk membantu para petani karena ladang pertanian, alat olah tanah, alat panen, dan alat produksi sudah terdigitalisasi sehingga mekanisasi pertanian yang terdigital benar-benat menaburkan harapan dan optimistis bagi para petani.
Seperti apa dan bagaimana sikap kita terhadap kedatangan era teknologi blockchain yang menaburkan harapan dan optimistis? Yang pasti, Dubai bakal menyingkirkan para pegawai seperti pengacara, akuntan, pegawai bank dan asuransi, imigrasi, dan pegawai negeri yang melayani masyarakat—mereka bakal digantikan dengan era teknologi blockchain pada tahun 2020. Bagi pemerintah pelayanan khas blockchain itu menaburkan harapan dan optimistis karena lebih efisien dan cepat, namun bagi para pegawai yang tersisihkan bakal kehilangan pekerjaan.
Demikian parahkah memasuki era teknologi blockchain? Guru Besar Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Rhenald Kasali melalui tulisannya Arah Tranformasi dan “Digital Crisis” 2018 (Kompas.com), mengingatkan agar cara para pemimpin dan pengamat ekonomi dalam mengkontekstualisasi dunia ini, pun harus berubah.
Sebab mereka juga mengantarkan cara berpikir para CEO dan pemimpin. Selamat berselancar dalam gelombang besar perubahan yang penuh kesempatan, bagi mereka yang sepenuh hati, tulis Rhenal Kasali.