Inspiration, MICE

Digitalisasi Mengambil Tugas Pekerja Ini Cara Menghadapinya

ShareProses digitalisasi mengambil tugas pekerja apakah manusia bakal tergusur? Beberapa sektor industri menggunakan robot dan mesin yang menggantikan peran manusia.  Bagaimana cara...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >

Proses digitalisasi mengambil tugas pekerja apakah manusia bakal tergusur? Beberapa sektor industri menggunakan robot dan mesin yang menggantikan peran manusia.  Bagaimana cara kita agar tetap bekerja dan eksis?

Digitalisasi mengambil tugas pekerja
Dengan digitalisasi (gambar kiri) justru memudahkan pekerja mengatur palet yang akan diangkut (Sumber foto/©: Fraunhofer IML). Mesin-mesin yang digunakan untuk menyiapkan lahan kentang di India (gambar kakan) dioperasikan dengan digital dan tetap membutuhkan manusia. Digitalisasi mengambil tugas pekerja (Foto: Rayendra L. Toruan)

Bagaimana sikap pekerja di suatu industri jika manajemen menggunakan digital untuk memudahkan dan mempercepat proses pekerjaan?

Orang sering mengatakan, penerapan digitalisasi di sektor industri sama saja tindakan untuk memutuskan hubungan dengan para pekerja.

Bagi sebagian orang, kehadiran dan penggunaan teknologi cerdas itu menimbulkan ketakutan. Realitasnya tampak dari pergeseran fungsi suatu tugas yang tadinya dikerjakan oleh manusia diambil-alih digital. Selain lebih efisien, hasil pekerjaan mesin cerdas lebih berkualitas.

Mesin tidak rewel dan mampu bekerja lebih lama tanpa beristirahat seperti layaknya manusia. Akan tetapi, penggunaan mesin justru manusia (pekerja) kehilangan pekerjaan.

Namun, para pekerja tidak seharusnya ketakutan. Di sektor logistik yang lagi booming dalam 2-3 tahun belakangan ini—berkat maraknya bisnis secara online—implementasi aplikasi digital justru merupakan solusi baru.

Tim peneliti Fraunhofer membuktikan bahwa sistem digitalisasi justru membantu meringankan beban para pekerja di sektor logistik. Bukan sekadar mengimput data.

Barang baik berupa kontainer dan paket-paket yang ukurannya beragam—semuanya harus didata agar pelanggan dapat mengakses “histori perjalanan” barang yang dikirimkan.

Pelanggan atau konsumen menggunakan internet—termasuk membeli suatu barang dari ritel secara  online yang juga sedang booming. Bagaimana cara mengirimkan barang-barang itu?

Para pekerja tentunya menaruh atau menumpuk paket yang jumlahnya demikian banyak di gudang. Oleh karena itu, setiap gudang milik perusahaan logistik  memiliki palet—sesuai dengan kategori barang atau paket yang berada pada palet.

Dengan teknolgi augmented reality maka jumlah truk yang diperlukan untuk mengangkut palet lebih sedikit dibanding dangan cara lama (konvensional). Pengurangan jumlah truk berdampak baik terhadap lingkungan.

Para pekerja di perusahaan logistik pun  lebih mudah menggunakan alat yang disebut optical head-mounted displays display (OHMD)—tempat informasi tentang penumpukan palet.

Berdasarkan teknologi yang dikenal sebagai augmented reality atau para ahli menyebutnya sebagai asisten digital—hasil rancangan para peneliti Fraunhofer Institute for Material Flow dan Logistics IML.

Para pekerja di gudang mudah mendapatkan informasi melalui OHMD, dan segera mengetahui bidang atau pekerjaan  yang harus dilakukan pada waktu selanjutnya.

Contohnya, pelerja dapat mengetahui  petunjuk lokasi atau area tiap kotak atau palet yang harus ditempatkan. Para pekerja dapat menumpuk palet dan cara ini paling efektif. Sistem augmented reality merupakan perangkat keras dan perangkat lunak.

Bagian OHMD dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Hololens dengan tampilan teropong yang tembus pandang—saat dipakai dengan menginformasikan berupa proyeksi gambar palet.

Tim peneliti melengkapi OHMD dengan perangkat lunak yang menentukan rencana susun secara optimal dan hasilnya. Cara ini membantu para pekerja di gudang sehingga hasil  pekerjaan lebih baik.

“Sangat penting untuk memastikan, misalnya kesenjangan antara satuan kotak-kotak sekecil mungkin,” jelas Benedikt Mättig salah satu ilmuwan yang bekerja di Fraunhofer IML.

“Tujuan teknologi buatan kami adalah agar manusia dan teknologi dapat saling melengkapi ketika melakukan pekerjaan. Contohnya, para pekerja di gudang tidak harus mengikuti rencana susun yang disarankan secara mentah-mentah. Pekerja pun dapat mengandalkan pengalaman sendiri saat bekerja.”

Sistem augmented reality terus dikembangkan agar dapat diaplikasikan di sektor industri lainnya, tandas Mättig.

Jadikanlah digital sebagai asisten—salah satu dari banyak teknologi inovasi yang selalu muncul pada  era Industri 4.0. Jika manusia dapat berinteraksi dengan teknologi digital, peluang baru untuk bekerja selalu terbuka.

Meski nantinya, operasional pabrik-pabrik tanpa orang—atau jumlah pekerja (manusia) semakin minim, namun bidang logistik,  ritel, dan produksi  misalnya masih membutuhkan para pekerja di bidang inovasi.

Di bidang pemasaran misalnya, para pekerja sangat membutuhkan asisten digital untuk  mengembangkan “industri jejaring sosial“.

Meningkatkannya implementasi digital disruption pada strata kehidupan manusia—seperti sektor industri—justru menciptakan peluang-peluang baru bagi para pekerja.

Jadi, tidak usah kuartir, bahwa era digitalisasi mengambil tugas pekerja (Bahan diolah dari laman Fraunhofer IML)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *