Human Development

Cara Merawat Mulut dengan Benar

ShareHasil riset Kementerian Kesehatan atas 1.027.763 orang di 15 provinsi  tahun 2013:  94,2 persen menyikat gigi, namun hanya 2,3 persen yang melakukannya...

Written by Boromeus Sihombing · 3 min read >

Hasil riset Kementerian Kesehatan atas 1.027.763 orang di 15 provinsi  tahun 2013:  94,2 persen menyikat gigi, namun hanya 2,3 persen yang melakukannya secara benar. Infeksi pada gusi menyebabkan beragam penyakit.

Apakah penyakit periodontal pathogens dapat menurun dari orangtua kepada anak? Sebaiknya berkonsulatsi kepada dokter gigi. (Sumber foto@: http://askdentist.eu)
Apakah penyakit periodontal pathogens dapat menurun dari orangtua kepada anak? Sebaiknya berkonsulatsi kepada dokter gigi. (Sumber foto@: http://askdentist.eu)

Menurut Prof. Dr. drg. Melania S. Djamil dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, orang tidak menyadari pentingnya sikat gigi. Gigi merupakan sumber kelainan dalam tubuh, sistematik yang bisa menjadi sumber penyakit jantung, ginjal, paru, hati,  reproduksi, dan segainya.

Mengutip dari Liputan6.com, Melania mengingatkan agar orang menggunakan sikat gigi yang tepat dan sesuaikan pasta gigi dengan kebutuhan mulut. Apakah gigi berlubang, gigi sensitif atau gusi berdarah, sesuaikanlah pasta gigi Anda, jelas drg. Melania.

Permasalahan gusi biasanya seringkali diabaikan oleh masyarakat. Bukan seperti masalah gigi berlubang atau masalah gigi bungsu yang seringkali menimbulkan rasa sakit pada penderitanya, masalah pada gusi pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.

Sebuah organisasi ahli kesehatan gigi dan mulut bidang periodontologi di Amerika Serikat (American Academy of Periodontology, 2013) mengungkapkan bahwa pada banyak kasus, tahap awal dari penyakit gusi dan periodontal (jaringan pendukung gigi) seringkali tanpa gejala rasa sakit. Bahkan banyak orang dewasa menderita penyakit gusi tanpa mengetahuinya lebih awal.

Drg. Sandra Olivia, MARS, SpPerio., menjelaskan, permasalahan gusi sering menjadi sebuah dilema—disebut silent disease. Hal ini terjadi karena kebanyakan pasien tidak menyadari ketika mereka sedang mengalami permasalahan gusi atau periodontal. Banyak penderita yang mendatangi ke dokter gigi dalam kondisi gigi yang sudah goyang, atau bahkan sudah tanggal, tanpa pernah mengalami rasa sakit pada gusi.

Permasalahan gusi kian menjadi ancaman kesehatan yang nyata di Indonesia. Sebuah riset memperlihatkan bahwa 5 dari 10 penduduk Indonesia pernah mengalami masalah gusi (Synovate AsiaBus, 2011). Studi lainnya—komponen riset berbeda—menunjukkan bahwa jumlah penderita gusi bermasalah di Indonesia semakin meningkat dari 19% tahun 2012  (IPSOS Consumer Tracking, 2012) menjadi 28 persen pada tahun 2013 (IPSOS Consumer Tracking, 2013). Data itu memperlihatkan masih banyak orang Indonesia yang belum memahami pentingnya kesehatan gusi.

Selain faktor silent diseasei, rendahnya perhatian masyarakat atas kesehatan gusi juga kurangnya informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gusi. Gusi merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan gigi dan mulut.  Gusi  berperan sebagai proteksi sekaligus penyangga bagi gigi. Gusi yang sehat berfungsi dan melekat dengan baik pada gigi yang terhubung dengan lapisan penyangga. Kesehatan gusi harus menjadi prioritas untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut secara optimal.

Masalah pada gusi dapat diidentifikasi dengan mengenali tanda-tanda tertentu. Tanda-tanda di bawah ini perlu dikenali untuk mengidentifikasi adanya masalah gusi sejak dini:

  • Gusi berdarah: gusi berdarah diketahui ketika seseorang melihat adanya darah saat membuang ludah usai menyikat gigi. Drg. Sandra menjelaskan, “Banyak yang mengira bahwa gusi yang berdarah itu disebabkan oleh penyikatan gigi yang terlalu keras atau penggunaan bulu sikat gigi yang terlalu kasar. Anggapan itu kurang tepat. Gusi berdarah disebabkan adanya plak yang menumpuk pada pangkal gigi yang kemudian menekan gusi sehingga membuat gusi mengalami radang dan mudah mengeluarkan darah apabila terkena sentuhan ringan, seperti saat tersentuh sikat gigi.”
  • Gusi memerah: ciri gusi sehat adalah berwarna pink atau merah muda. Bila warna gusi merah, putih, atau malah kebiruan, itu artinya ada kemungkinan masalah pada gusi.
  • Gusi sering membengkak: gusi terlihat lebih gemuk dan menonjol dari biasanya
  • Bau mulut (halitosis): tidak membersihkan gigi dan mulut setelah makan dan sebelum tidur.
  • Resesi gingiva atau gusi turun: gigi tampak memanjang dari sebelumnya.

Sebaiknya kita perlu lebih cermat mewaspadai tahap perkembangan penyakit periodontal dengan melakukan:

  • Penumpukan plak pada gusi sehat: plak yang terbentuk dari bakteri dan sisa makanan dapat menyebabkan gusi beradang dalam 2 hingga 4 hari.
  • Gingivitis (gusi bengkak): kondisi perubahan klinis terlihat dari pembengkakan gusi. Gusi tampak merah dan berdarah saat menyikat gigi.
  • Periodontitis (kerusakan tulang penyangga gigi): Kondisi infeksi gusi tahap lanjut disebabkan bakteri pathogen. Kondisi ini merusak jaringan lunak yang lambat laun dapat mengganggu tulang penyangga gigi di gusi, dan gigi menjadi goyang. Jika kondisi itu tak ditindak-lanjuti, gigi dapat tanggal.

Tip atau cara merawat kesehatan gusi:

  • Bersihkanlah gigi sekurang-kurangnya 2 kali sehari—setelah sarapan pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Ggunakan pasta gigi dengan bahan-bahan khusus yang mampu mengangkat plak dari gigi.
  • Gunakan bulu sikat gigi yang lembut. Bulu sikat yang kasar dan tekanan yang terlalu keras pada gusi  menyebabkan kerusakan struktur gigi serta mengiritasi gusi.
  • Konsumsi makanan bergizi yang mengandung vitamin C dan kalsium. Kedua zat itu  berguna untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi.
  • Minum cukup air putih: Minum air yang cukup setelah makan akan sangat membantu dalam membersihkan sisa-sisa makanan pada gigi dan gusi sehingga mengurangi jumlah bakteri yang tertinggal
  • Hindari merokok, kondisi gusi pada perokok lebih rentan terhadap infeksi. Tembakau menyebabkan berkurangnya oksigen di aliran darah sehingga dapat menghambat aliran darah dan nutrisi ke jaringan gusi. Hal itu dapat memengaruhi lemahnya mekanisme pertahan tubuh dan membuat gusi menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
  • Memeriksakan gigi secara rutin setidaknya 6 bulan sekali untuk mendeteksi gangguan sejak dini dan mencegah permasalahan gusi berlanjut ke tingkat yang lebih parah.
  • Memerhatikan pola makan. Hindari mengonsumsi makanan dengan kandungan banyak gula. Gula merupakan zat yang mudah menempel pada rongga gigi yang menyebabkan kerusakan pada gigi.

Parodontax merupakan pasta gigi dengan kandungan 70 persen bahan khusus terdiri dari garam mineral dan ekstrak herbal—secara simultan mampu merawat dan mencegah perusakan gusi. Kandungan garam mineral (sodium bicarbonate) pada pasta gigi parodontax, teruji secara klinis dapat membantu mencegah dan mengangkat penumpukan plak penyebab awal masalah gusi. (Sumber: parodontax Indonesia dan http://disehat.com/)

[box type=”note”]

Simak artikel selanjutnya dengan topik Kesehatan Gigi (1)
Melawan Patogen Periodontitis

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *