Energi, Renewable Sources

Cara Bandara Seokarno-Hatta Hemat Energi

ShareOperator bandara telah menggunakan limbah panas dari biodiesel untuk menghangatkan gedung. Sementara sistem photovoltaic (panel surya) telah menghasilkan listrik. Tim Nicolas Réhault...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Operator bandara telah menggunakan limbah panas dari biodiesel untuk menghangatkan gedung. Sementara sistem photovoltaic (panel surya) telah menghasilkan listrik.

Sebuah pesawat diisi bahan bakar advtur oleh Pertamina. (Sumber foto: Tempo.co)
Sebuah pesawat diisi bahan bakar advtur oleh Pertamina. (Sumber foto: Tempo.co)

Tim Nicolas Réhault memasang ratusan sensor yang mendokumentasikan operasi sistem ventilasi, unit pendingin, dan sistem pemanas sepanjang waktu di kedua terminal bandara yang mereka kunjungi di Italia.

Data ditransmisikan ke Freiburg melalui internet. Ilmuwan komputer menggunakan pengukuran untuk menguji dan mengoptimalkan algortitma mereka. Cara  itu dilakukan agar tim ahli dapat mengidentifikasi area yang membutuhkan pengembangan. Contohnya dengan melihat satu bagian gedung dipanaskan sementara yang lain didinginkan, apa yang akan terjadi?

Dengan cara mengidentifikasi itu maka sistem ventilasi berjalan dengan kecepatan penuh. Alat sensor monitor dan kontrol suhu dapat menyediakan informasi yang salah. Misalnua energi terbuang begitu saja saat sistem pendingin udara mendinginkan dan memanaskan secara simultan padahal energy itu dapat diolah-manfaatkan lagi.

“Masalah utamanya terdapat pada detail,” ujar Nicolas Réhault. “Sayangnya, lebih dari apa pun, ini cenderung menjadi kerusakan kecil yang terlewati operator selama  bertahun-tahun. Sangat sulit untuk sistem terpusat apa pun untuk menangkap dan menganalisis seluruh data.”

Oleh karena itu, operator gedung bandara harus mencegah pemborosan energi. Pabrikan perangkat lunak yang terlibat dalam proyek CASCADE telah mengembangkan ISO50001—sesuai program manajemen energi yang telah diujikan di bandara Milan dan Roma.

Dengan perangkat lunak itu pengguna dapat mengidentifikasi pengukuran penghematan energi, dan membantu bagaimana cara mengiplementasikannya, merencanakan, dan memonitor. Program komputer dihubungkan ke sebuah perangkat online hasil pembangan ISE yang telah memvisualisasikan operasi gedung.

Cara manajemen bandara Soetta kelola energi

Para manajer fasilitas dan pekerja dapat melihat sebuah sensor  yang gagal di mana pun itu atau jika sebuah pompa rusak pada layar. Sistem itu menyediakan diagnosis cepat, yang membantu untuk menyederhanakan pekerjaan perawatan yang dibutuhkan.

Tim penelti Fraunhofer juga mengerjakan algoritma baru yang membuat pengguna untuk meningkatkan jalan pengoperasian gedung dengan kecepatan lebih tinggi dan ringan. “Kalkulasi kami menunjukkan konsumsi energi sistem individual dapat dikurangi hingga 20 persen jika operasi di bandara  secara kontinyu dimonitor dan diatur secara optimal,” tandas Nicolas Réhault.

Upaya itu membutuhkan lebih dari hanya sebuah reduksi dalam konsumsi energi. Jika perjalanan udara terus bertumbuh seperti saat ini dan Eropa masih ingin mencapai tujuan iklim sesuai dengan kesepatan Kyoto Protocol.

Reduksi 20 persen dalam emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 mungkin tercapai jika penggunaan sumber daya tenaga terbarukan meningkat. Hasil survei tim  peneliti CASCADE mengindikasikan banyak bandara mulai beralih ke aturan energi yang baru.

Beberapa operator telah menggunakan limbah panas yang dihasilkan selama produksi biodiesel untuk memanaskan gedung, dan sistem photovoltaic yakni panel surya mampu menghasilkan listrik. Dalam beberapa tahun ke depan, banyak investasi untuk menghasilkan sumber energi terbarukan.

Dengan kemampuan memfasilitasi perawatan dan membantu pengguna menghemat energi, perangkat lunak baru buatan Fraunhofer cocok untuk seluruh konsep. “Pada dasarnya, metodologi dikembangkan sebagai bagian proyek CASCADE guna membantu pengguna untuk mengurangi konsumsi energi,” tambah Nicolas Réhault.

Para ahli fokus pada bangunan bandara. Bandara adalah suatu teknologi bangunan, ditemui dan dilihat oleh jutaan orang. Tak ada tempat yang lebih baik untuk menunjukkan ke publik, konsep penghematan energi, teknologi bangunan inovatif, dan sistem manajemen gedung yang sukses, demikian Nicolas Réhault.

“Bandara adalah tempat terbaik untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa hemat energi dapat dilakukan.” Bagaimana hemat energy dilakukan di bandara internasional Soekarno-Hatta?

Manajemen PT  Angkasa Pura II (Persero) memastikan pembangunan fisik Terminal 3 yang  baru di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sesuai dengan paradigma zaman sekarang:  bandara harus fungsional, modern, hemat energi, ramah lingkungan, kemudian maintenance mudah.

Dengan konsep yang lebih modern, Terminal T3 ini jika dibandingkan dengan terminal lain di Bandara Soekarno-Hatta jauh mengungguli. Di  T3 digunakan fungsi, bentuknya mirip dengan bandara modern dunia seperti di Singapura, dan Tiongkok. Fasilitas di  T3 Bandara Soekarno-Hatta  menggunakan teknologi modern. (Bahan diolah dari Saving energy before take off tulisan Monika Weiner, Fraunhofer 2/15 dan economy.okezone.com)

[box type=”note”]

Simak HEMAT Energi (1)
Bandara di Eropa Berbenah Diri

[/box]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *