Inspiration, MICE

Berpikir Inovatif dan Kreatif Meningkatkan Bisnis dan Pekerjaan

ShareBerpikir inovatif dan kreatif meningkatkan bisnis dan pekerjaan  asal dilakukan secara kontinyu, komit, proaktif, dan berpikir jauh ke depan. Kenapa China dan...

Written by Rayendra L. Toruan · 2 min read >
Berpikir Inovatif dan Kreatif Meningkatkan Bisnis dan Pekerjaan

Berpikir inovatif dan kreatif meningkatkan bisnis dan pekerjaan  asal dilakukan secara kontinyu, komit, proaktif, dan berpikir jauh ke depan. Kenapa China dan Taiwan lebih mendominasi tiap pameran mesin dan alat industri yang dilaksanakan di Indonesia?

Berpikir Inovatif dan Kreatif Meningkatkan Bisnis dan Pekerjaan
Otak kanan yang menghasilkan inovasi yang imajinatif dan futuristik menjadikan manusia berpikir out of the box sehingga mampu membuat produk seperti mesin tekstil. Teknologi inovasi dan kreativias yang dihasilkan otak kanan diwujudkan dalam bentuk nyata (mesin produksi) hasil logika otak kiri manusia. Berpikir Inovatif dan Kreatif Meningkatkan Bisnis dan Pekerjaan  (Foto: Rayendra L. Toruan)

Tiap pameran permesinan dan alat industri yang diselenggarakan di Jakarta, Surabaya, dan di kota-kota lainnya di Indonesia, lebih didominasi peserta dari China dan Taiwan.

Kalau pun perusahaan milik Indonesia ikut serta berpameran, kebanyakan mewakili perusahaan asing. Perusahaan milik Indonesia itu bertindak sebagai distributor, agen, dan vendor yang mewakili pihak asing.

Para teknisi (Indonesia) memahami dan menguasai kandungan teknologi mesin dan alat industri yang digelar, namun pembuat teknologi—berupa perangkat keras dan aplikasi sistem—umumnya hasil pemikiran orang dari negara asal produk itu sendiri.

Kita surprise dan bangga jika bertemu dengan perusahaan milik Indonesia yang menggelar mesin dan alat industri buatan sendiri—seperti PT Dirgantara Indonesia, PT Industri Kereta Api Indonesia, PT Pal Indonesia, dan perusahaan lainya.

Perusahaan yang umumnya plat merah  milik Usaha Badan Milik Negara (BUMN) sepenuhnya dikelola oleh putra-putri. Artinya, produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan BUMN itu  diproses dengan teknologi yang telah dikuasai oleh anak-anak Indonesia.

Apakah kita kekurangan ahli atau sarjana teknologi yang mampu merekayasa beragam mesin dan alat Industri? Sebab para sarjana tekniklah yang mampu merekayasa inovasi, otomatisasi, dan meneliti bidang teknik yang kemudian dikembangkan.

Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi melaporkan, Indonesia kekurangan 190.997 orang sarjana teknik pada tahun 2019. Indonesia yang berpenduduk 260 juta jiwa lebih hanya memiliki 17.092 orang sarjana  S-1 dan  5.046 orang D-3 bidang teknik pada tahun 2016.

Kemudian tahun 2017, kita memerlukan 72.895 orang (S-1) namun hanya memiliki 18.273 orang sarjana teknik. Sedangkan bertitel D-3 hanya sekitar 5.111 orang masih jauh dari kebutuhan sejumlah 117.915 orang.

Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi menyebutkan, tahun 2019, Indonesia membutuhkan 190 ribu orang lebih sarjana strata 1 dan tingkat D-3, namun hingga kini, yang tersedia hanya  20.635 orang S-1 teknik dan 5.242 orang tingkat D-3.

Para sarjana teknik itu umumnya mendalami program Teknik Arsitektur, Dirgantara, Elektro, Fisika, Elektronika, Geodesi, Geologi, Industri, dan Informatika. Kemudian, di bidang Teknik Kelautan, Kimia, Lingkungan, Mesin, Perminyakan, Sipil, dan Planologi.

Sarjana teknik di bidang kehutanan, pertanian, teknologi pangan dan minuman, rekayasa, desain, rancang bangun seperti otomotif, teknik struktur, mekenikal, teknik baja, dan masih banyak bidang teknik—termasuk inovasi, otomatisasi, konstruksi sipil—yang kita butuhkan.

Kita sering “meributkan” kehadiran para pekerja dari negara-negara lain terutama dari China dan Taiwan. Namun, kehadiran mereka di Indonesia tentu punya alasan yang kuat.

Contohnya, jika pihak China berperan dalam investasi energi—katakanlah sumber kelistrikannya diolah dari tenaga angin atau panas bumi—otomatis investor itu akan mendatangkan tenaga (teknis) dari daratan China. Kita dapat mensubsitusi tenaga asing itu hanya jika kita menguasai  teknologi.

Seperti diungkapkan pada awal uraian ini, hampir tiap pameran permesinan dan alat industri didominasi oleh peserta dari China dan Taiwan. Peserta membawa dan menggelar beragam mesin yang meski kualitasnya tak sebanding dengan mesin buatan Jerman dan Italia atau Jepang dan Korea.

Dan hampir segala jenis alat industri untuk kebutuhan sektor industri di Indonesia, ditawarkan oleh produsen mesin dari China dan Taiwan. Harga mesin buatan negeri tirai bamboo itu pun jauh lebih murah dibanding mesin buatan Jerman, Italia, Perancis, dan negara-negara lain.

Kenapa China dan Taiwan lebih mendominasi pameran peralatan industri di Indoensia? Jawabannya sederhana, cara  berpikir inovatif dan kreatif meningkatkan bisnis dan pekerjaan sesungguhnya dipahami oleh para pebisnis dari China dan Taiwan.

Kondisi akan lebih parah, jika era Industri 4.0 diterampakan di segala sektor industri di Indonesia. Lebih dari 50 juta orang akan digantikan robot dan mesin.

Bagaimana menghadapinya? Mau tak mau kita harus berpikir inovatif dan kreatif meningkatkan bisnis dan pekerjaan yang kita wujudkan dalam tindakan misalnya jika ingin berbisnis atau bekerja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *