Jawa, Potensi Daerah

Bangladesh dan Sri Lanka Membeli 340 KA dari INKA

ShareKerata Api buatan Madiun meluncur di Sri Lanka, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Australia, Afrika, dan Indonesia. Jangan kalah bersaing dengan China dan...

Written by Jurnalis Industri · 2 min read >

Kerata Api buatan Madiun meluncur di Sri Lanka, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Australia, Afrika, dan Indonesia. Jangan kalah bersaing dengan China dan Jepang.

Kereta Api penumpang buatan PT Industri Kereta Api (INKA) telah diekspor ke Bangladesh,  Sri Lanka, dan negara-negara lain. (Sumber foto: http://assets.kompas.com)
Kereta Api penumpang buatan PT Industri Kereta Api (INKA) telah diekspor ke Bangladesh,  Sri Lanka, dan negara-negara lain. (Sumber foto: http://assets.kompas.com)

Mari kasih jempol pujian kepada putera-puteri Indonesia khususnya mereka yang bekerja di PT Industri Kereta Api (INKA, Persero) yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur. Mereka sedang giat-giatnya mengerjakan (memproduksi) 340 unit kereta api penumpang yang dipesan oleh  Bangladesh dan Sri Lanka (awal tahun 2017).

Dari hasil ekspor 340 kereta api itu saja, INKA mengantongi US$200 juta (sekitar Rp2,3 triliun). Manajemen INKA tidak menuturkan berapa tahun mereka membuat 340 unit kereta api itu, namun pengiriman dimulai tahun 2018. Dari ke-340 unit itu, Bangladesh membeli 250 unit. Jika kita jumlahkan dengan pembelian tahun 2016, sebanyak 150 unit, berarti Bangladesh memesan 400 unit kereta api penumpang selama 2 tahun. Peluang bisnis kereta api penumpang cukup potensial di Bangladesh. Maklum  negeri ini berpenduduk 164.153.750 jiwa  menurut United Nation (Januari 2017). Bangladesh lagi giat-giatnya membangun sarana infrastutkur seperti transportasi perkereta apian.

Sementara Sri Langka yang berpenduduk 21 juta jiwa membeli 90 unit kereta rel elektrik buatan INKA (2017). Tahun-tahun sebelumnya, Sri Lanka telah menggunakan kereta api penumpang—termasuk Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Sudan (Afrika). Manajemen INKA tidak merinci jumlah kereta api penumpang yang sudah diekspor sebelum tahun 2017.

Meski INKA adalah satu-satunya produsen kereta api penumpang di Asia Tenggara yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur, manajemen dan para karyawan jangan lengah. Tiongkok (China) dan Jepang merupakan kompetitor tangguh. Bahkan Tiongkok dan Jepang sudah mengikuti tender pembangunan rel kereta api cepat di Indonesia. Kedua negara itu pasti berusaha memasukkan kereta api buatan mereka ke Indonesia.

Bahkan harga barang dari Tiongkok pada umumnya lebih murah. Oleh karena itu, INKA harus kreatif dan inovatif menciptakan daya saing yang tinggi. PT Kereta Api Indonesia yang masih doyan membeli kereta api bekas dari Jepang dapat digantikan oleh INKA.

Salah satu upaya INKA untuk ikut memberdayakan industri di dalam negeri adalah dengan menyerap sebesar 60 persen komponen. Artinya, INKA telah menggunakan produk buatan perusahaan-perusahaan dalam negeri sementara 40 persen komponen masih diimpor. Kalau sektor industri di dalam negeri mampu mendukung 100 persen komponen kebutuhan INKA, maka devisa kita tidak akan terbang ke luar negeri.

Cara lainnya adalah INKA melakukan peningkatan piramida industri dengan mengoptimalkan penggunaan komponen-komponen kecil dibuat oleh perusahaan-perusahaan lokal dan anak usahanya. INKA lebih fokus membuat gerbong, roda, dan mesin.

Target penjualan meluncur naik

Perusahaan pelat merah yang berdiri pada era Menristek/Ketua BPPT B.J. Habibie pada 1981 itu, juga sedang menggarap beberapa proyek di Indonesia. Contohnya, pembangunan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta, Light Rail Transit (LRT) di Palembang, KRDE Bandara Internasional Minangkabau,  proyek pembuatan bus gandeng, dan peremajaan 485 gerbong milik PT Kerata Api Indonesia—perusahaan yang sukses sejak kepemimpinan Ignatius Jonan (kini Menteri ESDM).

Kinerja baik suatu perusahaan juga dapat dilihat dari hasil penjualannya. Kementerian BUMN mematok pendapatan PT INKA harus naik 48 persen dari Rp1,6 triliun (2016) menjadi Rp2,6 triliun pada tahun 2017. Mampukah INKA mencapainya? Kenapa tidak? Target pendapatan pada 2016 sebesar Rp1,6 triliun dan INKA berhasil mencapai Rp1,8 triliun. Pencapaian melebihi patokan target membanggakan bagi Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, dan Kementerian Keuangan.

Pemerintah pun mengucurkan Rp1 miliar sebagai penyertaan modal bagi INKA, tutur Cholik Mochamad Zam-Zam, Senior Manager Secretary, Public Relation dan CSR INKA kepada wartawan. Modal itu digunakan untuk membangun perluasan pabrik baru dan membeli mesin-mesin baru agar kapasitas produksi dapat ditingkatkan sesuai dengan  target. Ini berarti, penambahan tenaga kerja yang berasal dari lulusan Akademi Perkeretaapian Madiun (API), atau lulusan politeknik lainnya dari seluruh Indonesia. Anda yang masih muda dan mempunyai kompetensi, silakan mencoba melamar pekerjaan di INKA.

Selamat INKA, sukse selalu. (Bahan diolah dari berbagai sumber seperti KOMPAS.com, KONTAN, ANTARA,  BISNIS INDONESIA, liputan6.com, dan lain-lain)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *